A. GEGER DI WUHAN MENCEKAM DI SEKOLAHAN
Berita
korona sudah kudengar sejak akhir 2019,
ada beberapa kiriman video pendek yang isinya menggambarkan betapa
menyeramkannya virus covid-19 ini bila sudah menghinggapi seseorang. Dan lebih
menyeramkan lagi, konon bisa menyebar dari media benda padat, cair, dan gas.
Apa saja yang dipegang atau disentuh orang yang terpapar korona, maka barang
tersebut bila disentuh orang lain, maka orang yang menyentunya akan langsung
terpapar pula.
Terus
terang saja, aku pun merasa was was,cemas, dan khawatir dengan adanya berita
korona yang baru tersebar terbatas dari satu grup WA ke grup WA lainnya, isi video
pendek korona tersebut cukup kuat pengruhnya di otak dan pikiran siapa saja
orang yang menontonnya menyampaikan pesan betapa ganasnya virus korona, ia bisa
membunuh siapa saja dengan cepat dan tanpa memilih siapa yang akan dimangsanya.
Semester
2 tahun pembelajaran 2019-2020 ada field trip ke Taman Mini Indonesia Indah
(TMII) di Jakarta Timur, ketika itu aku mengampu pelajaran IPA di kelas IV SD
Islam Al Azhar 10 Serang, dan ditugaskan menjadi ketua pelaksana, dengan adanya
isu korona kami khawatir kalau kami tidak bisa berkujung, namun karena waktu
itu berita korona masih belum begitu besar dan menyebar, maka jadwal kunjungan
kami ke TMII pun di awal januari 2020 bisa dilaksanakan.
Ada
rasa heran dalam hatiku, mengapa ada beberapa anak muridku pakai masker, Cindy, Falisha, Bagas, dan Barra
memakainya, bahkan aku pun diberi oleh mereka dan diminta untuk memakainya. Pak
pakai ya, untuk jaga kesehatan !, dalam hatiku kesehatan apa dengan masker?, yang ada juga menjadi susah bernafas dan malah
tidak sehat. Masker pun aku pakai untuk menghargai mereka, namun kutarik
kebawah dagu menutupi jenggotku. Ada murid yang melihatku dan komentar, pak
masker untuk nutup hidung dan mulut bukan jenggot. Aku timpali, iya tadi sudah
dan ini jenggot Pak guru juga mau maskeran. Hehehe.
Selama di TMII, aku melihat beberapa kelompok murid dari
berbagai sekolah yang ketemu di lokasi PP-IPTEK sebagian dari mereka ada yang
pakai masker juga, namun waktu itu belum begitu banyak. Kami menghabiskan waktu
belajar hari ini di TMII, selain PP-IPTEK, kami mengunjungi wahana teater Keong
Mas, Musium Al Quran di Masjid At-Thiin, dan musium air tawar, serta area sewa
sepeda. Kami pulang setelah ashar, dan tiba di kota Serang jelang adzan Isya. Di
perjalan pulang aku duduk di bangku belakang bus Armada Jaya Perksa yang kami
sewa, kebetulan rombongn anak laki-laki yang duduk bersamaku, mereka asyik
bercanda dan bernyanyi sepanjang jalan perjalanan pulang.
Februari 2020 yang masuk sekolah tatap muka mulai berkurang, beberapa orang tua mulai khawatir jika anaknya masuk sekolah tatap muka dan ngejapri aku untuk ijin anaknya tidak masuk ke sekolah dan minta supaya diinfokan tugasnya saja. Mau belajar mandiri dari rumah, ada Fio dan Keyko, putri Kapolres kabupaten Serang dan Korlantas Polda Banten, mereka berdua sebulan Februari tidak masuk sekolah dan hanya sesekali datang untuk mengumpulkan buku paket menyerahkan tugas atau PR padaku dan guru pelajaran lainnya.
Barulah pada Maret 2020 gelombang berita tentang wabah korona di China
tepatnya di kota Wuhan meledak dan membanjiri semua media baik Televisi, sosial
media maupun media cetak lainnya. Kabar korona ditayangkan 24 jam di semua media bahkan berita lainnya nyaris
tak diberitakan, dalam berita korona tersebut terselip pesan betapa
mengerikannya virus covid-19 ini karena hanya dalam waktu singkat, dalam
sepekan saja sudah menewakan ratusan bahkan hampir ribuan nyawa manusia.
Jagat
raya dibuatnya panik, dan ketakutan. Manusia banyak yang menjadi paranoid seakan-akan
kalau keluar rumah akan kena korona. Demikian pula denganku yang mau tidak mau
terpengaruh pemberitaan yang aku tonton, dan aku baca. Hingga saat mau buka
pintu masjid pun, aku membukanya dengan siku, jika pakai telapak tangan dan aku
lupa mengusap wajahku dengannya, bisa jadi telapak tanganku yang penyentuh
pegangan pintu itu kemudian menebarkan korona tersebut melalui mata, hidung,
atau mulutku, demikian keyakinanku waktu itu.
Dari berita di media Televisi dan media sosial lainnya, jelas sekali pesannya bahwa kita jangan sampai mengucek wajah dengan tangan setelah tangan tersebut menyentuh benda apasaja, kawatir benda tersebut bekas disentuh orang yang terpapar korona, dan bila kita menyentuhnya maka kita akan ketularan virus korona juga. Sungguh benar benar membuat rasa takut luar biasa berita korona saat itu, dan kuat tertanam keyakinan di masyarakat bahwa cara untuk mencegah korona tidak masuk ke tubuh yaitu dengan selalu memakai masker dimanapun kita berada.
Dengan adanya kebijakan pemerintah yang membuat Satgas Covid 19 secara nasional, dan dilanjutkan di tiap Propinsi, dan Kabupaten /Kota, maka semua berita lokal dan Nasional bahkan internasional semuanya dipenuhi berita korona mulai dari angka terpapar, yang dapat disembuhkan dan yang wafat akibat korona. Rasa takut yang berawal korona di Wuhan China pada akhir 2019 dan meledak Maret 2020, kini membuat dunia terguncang, Sekolahan pun menjadi mencekam.
TOBE CONTINUE....
B. BAGAIMANA KITA MENGAJAR MURID ?, Kita di Sekolah dan Murid di Rumah ?
Guncangan berita kematian akibat
terpapar virus korona menjadikan manusia sealam raya dicekam ketakutan luar
biasa, kalau mau jujur jamaah sholat subuh di Masjid Muhajirin Pancasila
Komplek Depag tempat aku tinggal pun, jamaahnya tinggal tersisa beberapa orang
saja. Alasan mereka karena ada himbauan/larangan untuk tidak sholat berjamaah
di masjid, dan supaya sholatnya di rumah saja.
Kadang ada perasaan ingin mengatakan dalam forum pengajian warga yang biasa kami lakukan tiap malam Jumat, bahwa kita semua jamaah sholat subuh yang masih tersisa, apabila ada salah satu dari jamaah subuh meninggal, meskipun gejalanya seperti gejala sakit korona, maka jangan dipublish dan tetaplah dilakukan pemulasaraan janazah seperti biasa, toh dari berbagai sumber yang kompeten di bidang pervirusan, menyatakan bahwa bila virus yang bersarang dalam tubuh seseorang, dan orang yang dihinggapinya telah mati, maka virus itu ikut mati dan tidak akan menyebar. Ini salah satu video tersebut di Mata Najwa :
Ambulan atau mobil jenazah dengan suara mengumnya yang khas bergema setiap hari, baik pagi, siang maupun malam. Berseliweran di jalan raya dan perumahan warga, disusul dengan pengumuman dari pengeras suara masjid atau mushalla yang diawali dengan kata “Inna lillahi wa inna ilahi roojiuun” diulang 2 kali biasanya, lalu ditambahkan dengan informasi lanjutan : telah berpulang ke rahmatullah bapak …. bin … dan seterusnya.
Hiruk pikuk suara tersebut makin
membuat orang tua murid panik dan ketakutan bila anaknya tetap masuk sekolah
tatap muka lalu kena korona. Atas masukan dari berbagai pihak dan aturan pemerintah yang mengatur bahwa semua sekolah pembelajarannya harus tatap maya atau daring, maka Sekolahku pun memutuskan merubah pembelajaran tatap
muka menjadi pembelajaran tatap maya atau daring.
Aku dan semua Guru di SD Islam Al Azhar menjadi
galau dan bertanya kepada pimpinan waktu itu Pak H. Sudibyo, M.Pd : “Bagimana kita dapat mengajar dari
Sekolah sedangkan anaknya ada di rumah atau di kamarnya masing-masing?”.
Alhamdulillah di Sekolahku ada 2 guru yang hobinya
ngoprek IT Pak Anwar dan Pak Jupri. Mereka berdua mengusulkan agar kita menggunakan zoom meeting
saja. Apaan tuh Zoom meeting , pikirku karena aku termasuk guru yang belum sadar IT, masih gaptek
dan kudet.
Adalah Pak Cherul Anwar dan Pak Jupri dua orang guru melek IT yang waktu itu menggulirkan ide supaya kita mendownload aplikasi Zoom Meeting saja di laptop atau Hp masing masing. Meskipun masih menggunakan Zoom gratis, alhmdulillah akhirnya Pembelajaran Jarak Jauh atau PJJ di sekolahku dapat berjalan baik.
https://drive.google.com/file/d/1Cx9Qoak-3K8j9Gye6b4qoA7AmcEFwyJJ/view?usp=sharing
Catatan atau kekurangannya adalah bahwa tiap 40 menit zoom akan terputus dan guru bisa klik start kembali, murid pun akan msuk kembali hingga pembelajaran selesai. Inilah zoom gratis yang sangat bermanfaat untuk menanggulangi kebingungan kami para guru, yang bertanya tanya : “Bagaimana kami mengajar murid di tengah pandemi korona?”. Jawabannya : gunakan aplikasi zoom dan sejenisnya, dan setelah dicoba alhamdulillah berjalan baik.
Keren Pak. Mengalir. Siap menunggu kelanjutannya 👍
BalasHapusmakasih bu Dwi, semangat terus. bikin buku bersama saja dahulu sebelum buko solo
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusLho judul tentang G. Form ..bisa berlanjut ceritanyakan....di tunggu pak 💪
BalasHapusJadi teringat lagi awal corona mulai dariBogor ya klo ga salah, iyah bulan maret dan sayapun dg anak2 masih study tour waktu itu, agak sedih nih 😢
BalasHapusBagus ceritanya, saya tunggu kelanjutannya pa 🙏🤩
Kereeenn Pak, Mantaaabbb 🤩👍🏻
BalasHapusCeritanya sangat menarik,
Aplg ada nama2 dl cerita spt Cindy, Falisha, Bagas dan Barra 🥰
Jd penasaran dengan kelanjutannya 😍
Ditunggu yaa Pak 😊
Sehat dan sukses slalu 🙏🏻
Wah .....pak Dail produktif....ceritanya bikn kepo ..terus menulis..dan lihatlah apa yang akan terjadi....👍😀
BalasHapusMantap pak,
BalasHapusKeren pa ceritanya....👍
BalasHapusMantap pak dail kerennn
BalasHapusterima kasih sudah mampir dan komentar. barokallah
BalasHapus