Bila kita bertanya ke teman yang terbiasa berqurban , bagaimana tahun ini
qurban ?. Jawabannya alhamdulillah qurban pak, tahun ini insya allah 1 domba,
ada juga yang jawab tahun ini alhamdulillah kami sekeluarga qurban 1 ekor sapi,
dan sederet jawaban yang postif dan membanggakan lainnya.
Namun beda halnya bila kita bertanya “maaf ” kepada sahabat yang kebetulan belum pernah berqurban, sebagian besar jawabannya : iya pak, saya baru bisa qurban perasaan saja. Dan kita bisa hibur, saya doakan moga tahun depan bisa qurban ya pak/bu, biasanya dijawab : “aamiin”.
Dari 2 narasi di atas, lantas muncul pertanyaan : “mengapa fenomena ini terjadi”? . Dari pengalaman saya pribadi. Bukan untuk sombong dan hal lainnya, sebelum tahun 2018 saya juga termasuk dalam narsi kedua, apakah bapak qurban?, saya jawab iya qurban perasaan. Namun dengan adanya sedikit paksaan dari Pak Yani ketua Yayasan di tempat saya bekerja di Al Azhar Serang, beliau mengatakan : “Qurban itu perintah Allah SWT yang memaksa ”bahkan keterlaluan. Karena Allah SWT memerintahkan kepada nabi Ibrahim AS untuk mengorbankan anak kesayangannya Ismail yang saat itu lagi gagah gagahnya kisaran anak laki-laki 14 tahunan, dan Nabi Ibrahim mendapatkan keturunan pun sudah sepuh di usia 100 tahun, masa penantian panjang. Sekalinya mendapatkan keturunan dan lagi sayang sayangnya, ujian Allah SWT tiba untuk menyembelih putra kesayangannya.
Bahkan saking beratnya perintah ini, pada kali pertama mendapat
perintah kali kedua, nabi Ibrahim belum yakin itu perintah Allah SWT. Barulah
setelah datang kepadanya hingga 3 kali perintah untuk mengorbankan putranya
Ismail AS lewat mimpi, maka sang ayah pun menyampaikan perintah Alllah tersebut
kepada Ismai AS. Qodarullah, sungguh jawaban dari sang Putra di luar ekspektasi
sang Ayah : "Laksanakan saja ayah, “insya Allah Engkau akan mendapatiku
termasuk orang-orang sabar dan ikhlas" .
Nabi Ibrahim tidak maksa kepada putranya, namun
minta pendapat sang anak : "Sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku ,
sungguh aku ini menyembelihmu" يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ.
Isamil As sang putra dengan mantap menjawab :
يَا أَبَتِ
افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ Artinya: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar."
Terima kasih wahai anakku , Bapak sungguh bangga padamu. Begitu kira kira obrolan sang ayah dan putranya. Maka eksekusipun dilakukan dan Allah SWT menerima qurbannya nabi Ibrahim As dan menggantikan putranya dengan domba/ kambing gibas.
Manusia yang cerdas dan punya hati, pasti berpikir : “Ya Allah , betapa besarnya ujian kecintaan nabi Ibrahim terhadapmu, hingga untuk membuktikannya harus menebusnya dengan menyembelih putanya Ismail AS. Namun rupaya cinta Ibrahim As kepada sang khaliq, melebihi cintanya pada apapun termasuk pada putra kesayangannya. Sehingga ia diberi julukan “khalilullah” dan masuk dalam jajaran rasul ulul azmi.
Lantas mengapa kita masih berpikir ini
dan itu untuk berqurban?, toh tidak diminta mengurbankan anak atau anggota
keluarga yang kita sayangi, dan hanya diminta untuk menyembelih hewan saja,
bisa sapi untuk 7 orang, atau kambing/domba untuk 1 orang. Kalau saja yang
diperintahkan oleh Allah SWT itu saya, saya yakin tidak akan mampu
melaksanakannya, meskipun saya beresiko tidak diakui keimanan dan kecintan saya
pada Allah SWT.
Di akhir tulisan ini, di tengah
pandemi korona yang rasanya kita semakin merasa dekat dengan kematian, karena
dalam 1 hari saja kadang kita mendengar berita duka lebih dari 2 orang yang
wafat baik karena korona maupun sakit bisa, bahkan kita pun tidak tahu apakah
kita masih hidup esok atau lusa?. Maka bila memang tidak bisa dipaksakan untuk
berqurban tahun ini, niatkanlah bahwa tahun depan insya Allah akan berqurban. Tentu
niatnya dibarengi dengan action seperti mendisiplinkan diri untuk menabung
qurban di panitia Mushalla/ Masjid dengan menyisihkan Rp.300.000/bulan, insya
allah ketemu bulan Dzulhijjah tahun depan sudah cukup untuk 1 porsi sapi.
Karena kita ketahui bahwa boleh qurban 1 sapi untuk 7 orang.
Cinta itu bukanlah rangkaian kata-kata
indah seperti kita saat remaja yang kita persembahkan pada sang pujaan hati belahan jiwa. Cinta sejati adalah realisasi dari kata kata apalagi cinta pada sang khaliq Allah SWT. Dengan
berqurban semoga saja menjadi bukti kecintaan kita pada Allah SWT, dan hewan yang kita sembelih/kita qurbankan, di hadapan Allah
SWT kelak akan bersaksi bahwa Ahmad atau
Siti mencintaimu Ya Allah, maka bebaskan dia dari api neraka dan tempatkan di
surgamu. Aamiin
terima kasih sudah mampir, baca dan komentar. Barokallah
BalasHapusBagus pa 🙏, saya tersenyum saat baca bagian qurban perasaan ituh 😁
BalasHapusSemoga Idul Adha 1443 H dan seterusnya akan lebih bermakna lagi ya Pak Dail.
BalasHapus