Selasa, 10 Mei 2022

DOKTER KEJAM ITU BERNAMA “ INTAN ”.



DOKTER KEJAM ITU BERNAMA “ INTAN ”.

( Potrek Buram Buruknya Pelayanan di Puskesmas Tunjung Teja – Kabupaten Serang ).

 

Namaku Juhariyah aku lahir  bulan Februari tahun 1945. Usiaku seusia NKRI negeri yang sama-sama kita cintai.  Memiliki umur panjang tentu saja kita patut syukuri termasuk diriku sangat bersyukur atas karunia Allah yang maha Rahman Rahim memberiku umur hingga usiaku 77 tahun, sudah banyak bonus. Karena kanjeng nabi Muhammad SAW saja usianya hanya 63 tahun. Aku tinggal di Kampung  Caringin  Desa/ Kecamatan  Tunjung Teja, Kabupaten Serang. Aku aslinya orang Cilisung Cipanas – gajrung Kabupaten Lebak. Berjodoh dengan suami Muhamad Nur sewaktu beliau mondok di Pesantren Pamanku KH. Afifudin kami menikah setelah masing-masing punya anak 2 dengan pasangan kami sebelumnya. Demikianlah takdir Allah SWT menyatukan kami, dan hal yang patut aku syukuri kedua adalah semua anak bawaanku dan bawaan dari suamiku dapat kompak dan bagaikan saudara kandung saja. Aku bawa 2 anak demikian pula suamiku bawa 2 anak.

Setelah kami menikah kami dikaruniai 3 orang putra sehingga aku punya 7 anak. Enam orang putra dan 1 orang putri, yang putri anak bawaan suamiku. Umur di tangan Allah SWT, tahun 2004 pada tanggal 24 Desember terjadilah Tsunami Aceh yang menewaskan  lebih dari separuh penduduknya. Duka Aceh pun menghempasku, anak pertamaku dari suami lama bernama Dudi Setiawan wafat dalam kecelakaan di jalan Tol Balaraja – Ciputat.  Dari 5 orang penumpang Avanza hanya anakku yang tewas. Ia memaksakan diri nyetir padahal sehari sebelumnya baru saja pulang bawa keluarga kecilnya jalan-jalan ke Taman Safari dan baru pulang pada Sabtu  tengah malam. Entah karena kurang tidur plus kelelahan, saat menyetir mobil lupa untuk memasang savety belt  dan pada saat tragedi maut itu terjadi maka tak ayal tubuhnya terpental dari dalam mobil dan terpelanting beberapa kali hingga membentur sparador ( pembatas jalan ) yang menyebabkan 2 tulang rusuknya patah.

Darah segar terus mengalir dari punggung anakku bahkan setelah dimandikan dan dibungkus kain kafan pun darah itu masih rembes.., aku tak kuat menyaksikan prosesi pemakamannya dan jatuh pingsan lalu di gotong oleh anakku yang lain di bawa ke rumah duka di Balaraja. Penyebab mobil itu terplanting karena salah satu ban depannya pecah mendadak sehingga tak bisa dikendalikan lagi. Alhamdulillah empat orang penumpang lainnya Allah selamatkan. Tak cukup sebulan atau dua bulan kesedihanku ditinggal si Cikal anakku yang bagiku dialah anak kebanggan yang tak pernah merepotkan dan bahkan mengasuh pada adik-adiknya. Jadi teladan untuk kesungguhannya dalam belajar dan berprestasi. Setahun kemudian barulah aku dapat mulai mengikhlaskan kepergiannya dan memang semua milik Allah, dan aku tak berhak menahan saat pemiliknya mengambil kembali titipannya.

Putraku dengan suami kedua ada 3 orang, saumiku yang memberi nama, anak pertama Encep, kedua Ade dan ketiga Ending semua itu nama panggilan. Padahal nama mereka bagus dan islami : Khotibul Uman, Dail Ma’ruf dan Muhibudin. Tak ada yang banyak tahu nama asli anakku karena sejak bayi tetangga di kampungku, tahunya nama panggilan saja. Maka sewaktu mereka  SMA di Kota  Serang dan  ada temannya yang main ke rumah mencari rumah Umam, Dail, dan Muhib. Tetangga bilang “tidak ada di sini”. Salah alamat kali. Itulah salah satu keunikan yang ada di masyarakat Indonesia. Setelah teman akakku cerita bahwa umam itu anak  Pak M. Nur, barulah bilang : “ oooh ka Encep ”  sambil menunjukan dan mengantar ke rumahku.

Kebahagiaan keluarga pasca kesedihan di tinggal almarhum anak pertamaku Dudi berlangsung cukup lama dari 2004 hingga 2014. Sepuluh tahun kami jalani hidup normal. Dan ujian Allah  kembali datang, anakku Encep setiap hari mengeluh pusing sakit kepalanya luar biasa dan keluhan itu berlangsung lama hampir 1 bulan. Awalnya dikira sakitnya karena masuk angin  atau kelelahan biasa, dikerik atau miunum Paramex atau Tolak angin. Namun karena semakin tak terkendali bahkan merasa kepalanya seperti hilang sebelah. Maka kami bawa ke RSUD sekaligus di rongsen lengkap badan dan kepala. Setelah hasilnya ke luar, betapa kagetnya kami sekeluarga saat dokter menyampaikan bahwa ada benjolah di otak sebesar bola tenis meja. Dan tampaknya itu penggumpalan darah yang tumbuh semakin membesar. Dimungkinkan itu akiban benturan 20 tahun yang lalu saat  kecelakaan tabrakan semasa lulus SMA. 

Sejak diketahui penyakit yang menyerang Encep, dokter menyarankan agar anakku dioperasi bedah tengkorak diambil endapan darah beku yang tumbuh jadi tumor otak itu. Hasilnya bagaimana, apakah akan pulih dan normal ?. Kata dokter tidak bisa kembali normal, akan kehilangan memori atau ingatannya. Tak mengenali keluarganya. Seperti Artis Gugun Gondrong yang dioperasi di Singapura, dan hingga 3 tahun setelahnya pun tak mengenali istrinya. Mendengar gambaran tersebut kami tak tega sudah sakitnya luar biasa digergaji batok kepala dan hasilnya hilang ingatan. Akhirnya pengobatan dilakukan dengan berbagai obat herbal, obat Sin-Ce ( China ) dan alternatif. Namun hanya bertahan 3 tahun hingga anakku Encep kehilangan penglihatan. Kata dokter karena tumornya  makin besar dan menekan saraf penglihatan hingga tak berfungsi. Ibarat kabel ketekuk dan tak ada aliran listrik.

Setiap hari rintihan kesakitan itu menyiksa diriku  sebagai ibu kandungnya, Mulyati istrinya  yang sangat soliha setia mendampingi anakku hingga akhir hayatnya. Semoga surga bagi menantuku Mulyati yang merawat dengan penuh cinta dan kasih sayang mulai dari memandikan, menyuapi makan, dan membersihkan kotoran karena jelang ajalnya sudah tak kuat ke kamar mandi pun hingga semua aktifitas hanya di tempat tidur. Tahun 2015 kembali Allah ambil titipannya, anakku Encep dipanggil dan kembali kepadaNya. Inna lillahi Wa Inna Ilahi Rojiuun.  Usia almarhum Dudi saat wafat baru 38 tahun, dan saat wafat anakku Encep usia 38 tahun. Sampai kedua anakku Dail dan Muhib adiknya Encep khawatir pada saat usia mereka jelang 38 tahun. Mereka bersiap-siap jika sudah saatnya dipanggil. Alhamdulillah hingga hari ini kedua anakku tersebut panjang umur. Usia dail 44 tahun dan Muhib 42 tahun.Semoga mereka Panjang umur pula seperti diriku mencapai usia 77 tahun.

Sejak usia 70 tahun memang kesehatanku mulai banyak keluhan. Pernah abses dan aku harus diopersai bedah mulut untuk mencabut akar gigi di gusiku yang atasnya telah tidak ada namun akarnya masih tersisa di dalam gusi. Bayangkan aku yang sudah renta begini, digergagi gusi dan di bongkar gigiku lebih dari 20 gigi atas dan bawah. Sakitnya luar biasa, aku dirawat hampir setengah bulan di RS sari Asih. Penyakit lain yang sering aku keluhkan adalah sakit tulang belakang dari punggung hingga tulang ekor, karena waktu remaja hingga usia 50 tahun sering menenteng air seember di tangan kanan maka tulang belakangku bengkok seperti huruf “ S “ kata dokter  kelaina tulang  skoliosis.

Selama 7 tahun sering bolak balik Puskesmas dan Rumah Sakit. Kadang  jika sakit dan luar biasa aku dilarikan ke UGD oleh anak bungsuku Muhib, namun jika tak darurat aku ke poli dalam RSUD dan minta rujukan dari Puskesmas Tunjung Teja. Seingatku dalam 7 tahun terakhir ini aku sudah 3 kali dirawat inap. Yang kedua di RS Kencana dan terakhir karena sesak nafas dan ternyata karena akibat tulang yang bengkok menekan paru-paru itu maka aku sesak dan dirawat hingga 10 hari di RS Sari Asih. Pelayanan yang kuterima alhamdulilah bagus, kadang kontrol di RSUD pun didahulukan melihat fisikku yang jalan saja dipapah atau kadang di kursi roda.

 

 PETUGAS KESEHATAN KEJAM ITU BERNAMA DOKTER INTAN

            Tak seperti biasanya pelayanan yang kudapatkan pada hari Selasa 10 Mei 2022 di Puskesmas Tunjung  teja sangat buruk. Biasanya dari 4 petugas  yang berjaga itu,  jika anakku Muhib menyodorkan KTP dan ASKES minta rujukan, lalu salah satu perawat membaca dan  langsung menanyakan “ Ibunya di mana?” . Setelah dijawab  : “ada di mobil”  kemudian salah seorang perawat itu biasanya menghampiriku sambil membawa alat pengkur tensi dan aku  diperikasa. Tak lama rujukan pun diberikan. Paling lama hanya 10-15 menit. Kemudian aku langsung ke RSUD hinga  pukul 7.30 atau pukul 08.00 sudah daftar ke Poli Penyakit Dalam.

            Hari ini aku benar benar merasa seperti mau mati saja, sakit tulangku laur biasa, dan nafasku sesak tak bisa tarik nafas panjang/ full,  hanya seperempat atau setengah. Terengah-engah dan kepala pusing serasa mau pingsan. Alah-alah ada perawat yang menghampiriku, malah terdengar suara “ semuanya wajib antri “ jika mau dapat rujukan. Ya Allah…., aku mulai tak kuat, dan melihat kondisiku, anakku Muhib minta supaya didahulukan kawatir kesiangan dan tak bisa berobat ke Poli Dalam. Bukannya ditanya atau diberi saran jika kondisi parah agar tak perlu pakai rujukan langsung UGD saja. Malah terdengar bentakan pada anakku Muhib dari mulut wanita cantik bernama Dokter Intan yang tak melakukan apa-apa kecuali main HP  mahalnya I-Phone terbaru, sambil  mengawasi perawat lain yang sibuk.  Ia malah berkata seperti menantang kepada anakku Muhib. Ya udah Bapak maunya apa ?. saya juga sama orang Tunjung, tidak takut. Semuanya harus mengantri kalau mau dapat rujukan. Aku terus beristigfar, …

            Gara-gara ribut anakku dengan dokter Intan , aku panggil anakku, ya sudah Nak kita antri saja. Dan baru pukul 10 rujukan itu aku dapatkan, kondisiku makin tak karuan seperti akan pingsan gelap dan kunang-kunang. Anakku Muhin menggendongku dan mendudukannku di mobil dan kami pun langsung ke Rumah sakit. Tiba di sana sudah hampir  pukul 11.00  dan benar saja antrian untuk pasien Poli Penyakit Dalam sudah habis. Ya Allah betapa kejam dan jahatnya Dokter Intan. Dia koar-koar  “ saya juga orang Tunjung asli , anak mantri Kholik. Kalau dah gak kuat antri, pergi saja ke  RS, tak pelu minta rujukan. Karena kesombongan dan kegarangannya, perawat lain yang biasanya membantuku dan mendahulukan, membuatkan rujukan untuk pasien yang sudah sangat sepuh dan lemah sepertrtiku, tak ada yang berani. Mungkin karena jabatan dokter Intan di Puskesmas Tunjung teja sangat menentukan. Nama Intan tapi akhlak seperti setan. (Maaf).

            Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Serang dan Ketua IDI kabupaten  Serang, tolong dokter Intan ini ditangani. Bayangkan kalau nyawa  saya meninggal gara-gara antri rujukan. Lagian kenapa pelayanan untuk daoat rujukan disatukan dengan yang akan berobat di Puskesmas. Rakyat sudah menderita dengan susahnya kenaikan harga, jangan dibuat makin sengsara dengan buruknya pelayanan. Ingat sumpah jabatan dokter untuk menolong pasien. Dan Anda jadi dokter pun karena ada yang sakit, maka berakhlaklah pada kami yang sakit ini. Balasan Allah pasti berlaku, baik di dunia maupun akhirat. Sakit hatiku akan terbawa mati wahai Dokter Intan yang kejam. Sampai gagal berobat karena terlambat daftar, terlalu lama antri untuk dapat rujukan. 

TERIMA KASIH.   Juhariyah atau ibu  Inyung Caringin.

 

TEMBUSAN :

1.      Bupati Serang

2.      Ketua DPRD Kabupaten Serang

3.      Kepalaa dinas Kesehatan Kabupaten Serang

4.      Ketua IDI kabupaten Serang

5.      Kepala Puskesmas Tunjung Teja

6.      Ketua Pekat IB wilayah Banten

7.      Wartawan  di Serang Banten.

8.      Dr. Intan

 

6 komentar:

  1. Semoga tulisan ini menjadi pengingat para nakes yang bersikap serupa. Salam literasi Pak Dail

    BalasHapus
  2. Turut prihatin dan sedih guru semoga semoga serang ke depan bisa memberika pelayanan yang lebih baik

    BalasHapus
  3. MasyaAllah Intan teganya dirimu, mudah2an nakes yang kuray moral segera ditindaklanjuti. Pk dail ada darah cipanas yaa

    BalasHapus
  4. Semoga tdk ada lagi intan2 yg seperti ini, dan semoga semua dokter memberikan pelayanan yg terbaik untuk Pasiennya.

    BalasHapus
  5. Ya Allah... terenyuh bacanya. Semoga p'Dail sekeluarga sll diberi kemudahan dlm setiap urusan dan Bu Dokternya diberi kelembutan hati...

    BalasHapus

DI STASIUN PONDOK CHINA JODOHKU BERSATU

Popular posts