DOKTER
KEJAM ITU BERNAMA “ INTAN ”.
(
Potrek Buram Buruknya Pelayanan di Puskesmas Tunjung Teja – Kabupaten Serang ).
Namaku
Juhariyah aku lahir bulan Februari tahun
1945. Usiaku seusia NKRI negeri yang sama-sama kita cintai. Memiliki umur panjang tentu saja kita patut
syukuri termasuk diriku sangat bersyukur atas karunia Allah yang maha Rahman Rahim
memberiku umur hingga usiaku 77 tahun, sudah banyak bonus. Karena kanjeng nabi
Muhammad SAW saja usianya hanya 63 tahun. Aku tinggal di Kampung Caringin
Desa/ Kecamatan Tunjung Teja,
Kabupaten Serang. Aku aslinya orang Cilisung Cipanas – gajrung Kabupaten Lebak.
Berjodoh dengan suami Muhamad Nur sewaktu beliau mondok di Pesantren Pamanku
KH. Afifudin kami menikah setelah masing-masing punya anak 2 dengan pasangan
kami sebelumnya. Demikianlah takdir Allah SWT menyatukan kami, dan hal yang
patut aku syukuri kedua adalah semua anak bawaanku dan bawaan dari suamiku
dapat kompak dan bagaikan saudara kandung saja. Aku bawa 2 anak demikian pula
suamiku bawa 2 anak.
Setelah
kami menikah kami dikaruniai 3 orang putra sehingga aku punya 7 anak. Enam orang
putra dan 1 orang putri, yang putri anak bawaan suamiku. Umur di tangan Allah
SWT, tahun 2004 pada tanggal 24 Desember terjadilah Tsunami Aceh yang
menewaskan lebih dari separuh penduduknya.
Duka Aceh pun menghempasku, anak pertamaku dari suami lama bernama Dudi Setiawan
wafat dalam kecelakaan di jalan Tol Balaraja – Ciputat. Dari 5 orang penumpang Avanza hanya anakku
yang tewas. Ia memaksakan diri nyetir padahal sehari sebelumnya baru saja
pulang bawa keluarga kecilnya jalan-jalan ke Taman Safari dan baru pulang pada
Sabtu tengah malam. Entah karena kurang
tidur plus kelelahan, saat menyetir mobil lupa untuk memasang savety belt dan pada saat tragedi maut itu terjadi maka
tak ayal tubuhnya terpental dari dalam mobil dan terpelanting beberapa kali
hingga membentur sparador ( pembatas jalan ) yang menyebabkan 2 tulang rusuknya
patah.
Darah
segar terus mengalir dari punggung anakku bahkan setelah dimandikan dan
dibungkus kain kafan pun darah itu masih rembes.., aku tak kuat menyaksikan
prosesi pemakamannya dan jatuh pingsan lalu di gotong oleh anakku yang lain di
bawa ke rumah duka di Balaraja. Penyebab mobil itu terplanting karena salah
satu ban depannya pecah mendadak sehingga tak bisa dikendalikan lagi. Alhamdulillah
empat orang penumpang lainnya Allah selamatkan. Tak cukup sebulan atau dua
bulan kesedihanku ditinggal si Cikal anakku yang bagiku dialah anak kebanggan
yang tak pernah merepotkan dan bahkan mengasuh pada adik-adiknya. Jadi teladan
untuk kesungguhannya dalam belajar dan berprestasi. Setahun kemudian barulah
aku dapat mulai mengikhlaskan kepergiannya dan memang semua milik Allah, dan
aku tak berhak menahan saat pemiliknya mengambil kembali titipannya.
Putraku
dengan suami kedua ada 3 orang, saumiku yang memberi nama, anak pertama Encep, kedua Ade dan ketiga Ending
semua itu nama panggilan. Padahal nama mereka bagus dan islami : Khotibul Uman,
Dail Ma’ruf dan Muhibudin. Tak ada yang banyak tahu nama asli anakku karena
sejak bayi tetangga di kampungku, tahunya nama panggilan saja. Maka sewaktu
mereka SMA di Kota Serang dan ada temannya yang main ke rumah mencari rumah Umam, Dail, dan Muhib. Tetangga bilang “tidak ada di sini”. Salah alamat kali. Itulah
salah satu keunikan yang ada di masyarakat Indonesia. Setelah teman akakku cerita bahwa umam
itu anak Pak M. Nur, barulah bilang : “ oooh
ka Encep ” sambil menunjukan dan
mengantar ke rumahku.
Kebahagiaan
keluarga pasca kesedihan di tinggal almarhum anak pertamaku Dudi berlangsung
cukup lama dari 2004 hingga 2014. Sepuluh tahun kami jalani hidup normal. Dan
ujian Allah kembali datang, anakku Encep
setiap hari mengeluh pusing sakit kepalanya luar biasa dan keluhan itu
berlangsung lama hampir 1 bulan. Awalnya dikira sakitnya karena masuk angin atau kelelahan biasa, dikerik atau miunum Paramex
atau Tolak angin. Namun karena semakin tak terkendali bahkan merasa kepalanya
seperti hilang sebelah. Maka kami bawa ke RSUD sekaligus di rongsen lengkap
badan dan kepala. Setelah hasilnya ke luar, betapa kagetnya kami sekeluarga
saat dokter menyampaikan bahwa ada benjolah di otak sebesar bola tenis meja.
Dan tampaknya itu penggumpalan darah yang tumbuh semakin membesar. Dimungkinkan itu akiban benturan 20 tahun yang lalu saat kecelakaan tabrakan semasa lulus SMA.
Sejak
diketahui penyakit yang menyerang Encep, dokter menyarankan agar anakku dioperasi bedah
tengkorak diambil endapan darah beku yang tumbuh jadi tumor otak itu. Hasilnya
bagaimana, apakah akan pulih dan normal ?. Kata dokter tidak bisa kembali normal,
akan kehilangan memori atau ingatannya. Tak mengenali keluarganya. Seperti Artis
Gugun Gondrong yang dioperasi di Singapura, dan hingga 3 tahun setelahnya pun
tak mengenali istrinya. Mendengar gambaran tersebut kami tak tega sudah
sakitnya luar biasa digergaji batok kepala dan hasilnya hilang ingatan. Akhirnya
pengobatan dilakukan dengan berbagai obat herbal, obat Sin-Ce ( China ) dan alternatif.
Namun hanya bertahan 3 tahun hingga anakku Encep kehilangan penglihatan. Kata dokter
karena tumornya makin besar dan menekan
saraf penglihatan hingga tak berfungsi. Ibarat kabel ketekuk dan tak ada aliran
listrik.
Setiap
hari rintihan kesakitan itu menyiksa diriku sebagai ibu kandungnya, Mulyati istrinya yang sangat soliha setia mendampingi anakku
hingga akhir hayatnya. Semoga surga bagi menantuku Mulyati yang merawat dengan
penuh cinta dan kasih sayang mulai dari memandikan, menyuapi makan, dan
membersihkan kotoran karena jelang ajalnya sudah tak kuat ke kamar mandi pun
hingga semua aktifitas hanya di tempat tidur. Tahun 2015 kembali Allah ambil
titipannya, anakku Encep dipanggil dan kembali kepadaNya. Inna lillahi Wa
Inna Ilahi Rojiuun. Usia almarhum Dudi
saat wafat baru 38 tahun, dan saat wafat anakku Encep usia 38 tahun. Sampai kedua
anakku Dail dan Muhib adiknya Encep khawatir pada saat usia mereka jelang 38
tahun. Mereka bersiap-siap jika sudah saatnya dipanggil. Alhamdulillah hingga
hari ini kedua anakku tersebut panjang umur. Usia dail 44 tahun dan Muhib 42
tahun.Semoga mereka Panjang umur pula seperti diriku mencapai usia 77 tahun.
Sejak
usia 70 tahun memang kesehatanku mulai banyak keluhan. Pernah abses dan aku
harus diopersai bedah mulut untuk mencabut akar gigi di gusiku yang atasnya
telah tidak ada namun akarnya masih tersisa di dalam gusi. Bayangkan aku yang sudah
renta begini, digergagi gusi dan di bongkar gigiku lebih dari 20 gigi atas dan
bawah. Sakitnya luar biasa, aku dirawat hampir setengah bulan di RS sari Asih. Penyakit
lain yang sering aku keluhkan adalah sakit tulang belakang dari punggung hingga tulang ekor, karena
waktu remaja hingga usia 50 tahun sering menenteng air seember di tangan kanan
maka tulang belakangku bengkok seperti huruf “ S “ kata dokter kelaina tulang
skoliosis.
Selama
7 tahun sering bolak balik Puskesmas dan Rumah Sakit. Kadang jika sakit dan luar biasa aku dilarikan ke
UGD oleh anak bungsuku Muhib, namun jika tak darurat aku ke poli dalam RSUD dan
minta rujukan dari Puskesmas Tunjung Teja. Seingatku dalam 7 tahun terakhir ini
aku sudah 3 kali dirawat inap. Yang kedua di RS Kencana dan terakhir karena
sesak nafas dan ternyata karena akibat tulang yang bengkok menekan paru-paru
itu maka aku sesak dan dirawat hingga 10 hari di RS Sari Asih. Pelayanan yang
kuterima alhamdulilah bagus, kadang kontrol di RSUD pun didahulukan melihat
fisikku yang jalan saja dipapah atau kadang di kursi roda.
PETUGAS KESEHATAN KEJAM ITU BERNAMA DOKTER INTAN
Tak
seperti biasanya pelayanan yang kudapatkan pada hari Selasa 10 Mei 2022 di
Puskesmas Tunjung teja sangat buruk.
Biasanya dari 4 petugas yang berjaga itu,
jika anakku Muhib menyodorkan KTP dan
ASKES minta rujukan, lalu salah satu perawat membaca dan langsung menanyakan “ Ibunya di mana?” . Setelah
dijawab : “ada di mobil” kemudian salah seorang perawat itu biasanya menghampiriku
sambil membawa alat pengkur tensi dan aku diperikasa. Tak lama rujukan pun diberikan. Paling
lama hanya 10-15 menit. Kemudian aku langsung ke RSUD hinga pukul 7.30 atau pukul 08.00 sudah daftar ke Poli
Penyakit Dalam.
Hari
ini aku benar benar merasa seperti mau mati saja, sakit tulangku laur biasa,
dan nafasku sesak tak bisa tarik nafas panjang/ full, hanya seperempat atau setengah. Terengah-engah
dan kepala pusing serasa mau pingsan. Alah-alah ada perawat yang menghampiriku,
malah terdengar suara “ semuanya wajib antri “ jika mau dapat rujukan. Ya Allah….,
aku mulai tak kuat, dan melihat kondisiku, anakku Muhib minta supaya
didahulukan kawatir kesiangan dan tak bisa berobat ke Poli Dalam. Bukannya
ditanya atau diberi saran jika kondisi parah agar tak perlu pakai rujukan
langsung UGD saja. Malah terdengar bentakan pada anakku Muhib dari mulut wanita
cantik bernama Dokter Intan yang tak melakukan apa-apa kecuali main HP mahalnya I-Phone terbaru, sambil mengawasi perawat lain yang sibuk. Ia malah berkata seperti menantang kepada
anakku Muhib. Ya udah Bapak maunya apa ?. saya juga sama orang Tunjung, tidak
takut. Semuanya harus mengantri kalau mau dapat rujukan. Aku terus beristigfar,
…
Gara-gara
ribut anakku dengan dokter Intan , aku panggil anakku, ya sudah Nak kita antri
saja. Dan baru pukul 10 rujukan itu aku dapatkan, kondisiku makin tak karuan
seperti akan pingsan gelap dan kunang-kunang. Anakku Muhin menggendongku dan
mendudukannku di mobil dan kami pun langsung ke Rumah sakit. Tiba di sana sudah
hampir pukul 11.00 dan benar saja antrian untuk pasien Poli
Penyakit Dalam sudah habis. Ya Allah betapa kejam dan jahatnya Dokter Intan. Dia
koar-koar “ saya juga orang Tunjung asli
, anak mantri Kholik. Kalau dah gak kuat antri, pergi saja ke RS, tak pelu minta rujukan. Karena kesombongan
dan kegarangannya, perawat lain yang biasanya membantuku dan mendahulukan, membuatkan
rujukan untuk pasien yang sudah sangat sepuh dan lemah sepertrtiku, tak ada
yang berani. Mungkin karena jabatan dokter Intan di Puskesmas Tunjung teja
sangat menentukan. Nama Intan tapi akhlak seperti setan. (Maaf).
Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Serang dan Ketua IDI kabupaten Serang, tolong dokter Intan ini ditangani. Bayangkan kalau nyawa saya meninggal gara-gara antri rujukan. Lagian kenapa pelayanan untuk daoat rujukan disatukan dengan yang akan berobat di Puskesmas. Rakyat sudah menderita dengan susahnya kenaikan harga, jangan dibuat makin sengsara dengan buruknya pelayanan. Ingat sumpah jabatan dokter untuk menolong pasien. Dan Anda jadi dokter pun karena ada yang sakit, maka berakhlaklah pada kami yang sakit ini. Balasan Allah pasti berlaku, baik di dunia maupun akhirat. Sakit hatiku akan terbawa mati wahai Dokter Intan yang kejam. Sampai gagal berobat karena terlambat daftar, terlalu lama antri untuk dapat rujukan.
TERIMA KASIH. Juhariyah atau ibu Inyung Caringin.
TEMBUSAN :
1.
Bupati
Serang
2.
Ketua
DPRD Kabupaten Serang
3.
Kepalaa
dinas Kesehatan Kabupaten Serang
4.
Ketua
IDI kabupaten Serang
5.
Kepala
Puskesmas Tunjung Teja
6.
Ketua
Pekat IB wilayah Banten
7.
Wartawan
di Serang Banten.
8.
Dr.
Intan
Semoga tulisan ini menjadi pengingat para nakes yang bersikap serupa. Salam literasi Pak Dail
BalasHapusTurut prihatin dan sedih guru semoga semoga serang ke depan bisa memberika pelayanan yang lebih baik
BalasHapusMasyaAllah Intan teganya dirimu, mudah2an nakes yang kuray moral segera ditindaklanjuti. Pk dail ada darah cipanas yaa
BalasHapusSemoga tdk ada lagi intan2 yg seperti ini, dan semoga semua dokter memberikan pelayanan yg terbaik untuk Pasiennya.
BalasHapusYa Allah... terenyuh bacanya. Semoga p'Dail sekeluarga sll diberi kemudahan dlm setiap urusan dan Bu Dokternya diberi kelembutan hati...
BalasHapusMungkin maksudnya baik
BalasHapus