TUNGGU
PAK SOPIR…, TUNGGU .. !!!
Oleh
: Dail Ma’ruf
Pak
Damar yang punya anak di kelas 6 SD swasta di Kota Serang, siang itu menjemput
anaknya ke Sekolah. Hari ini pulang lebih awal karena agendanya hanya ujian Juz
30 dan sudah beres sejak pukul 10.25 WIB. Karena hujan lebat, jemputnya pakai payung
dan motornya disimpan di kantor. Anak
Pak Damar yang bernama Bagas lulus masuk MTsN1 Kota Serang dan hari ini jadwalnya untuk penyerahan berkas
dan pengukuran Seragam.
Karena
hujan deras, maka Pak Damar memesan Maxim Car. Selang 5 menit pesanan tiba dan
keduanya masuk. Pak Damar memegang payung dan masuk di depan samping pak Sopir,
dan Bagas masuk ke bagian tengah sambil ditipkan pegang map persyaratan yang
ada uang untuk bayar sergam. Asyik
mengobrol dalam perjanan dengan Pak Lombok orang Medan, Pak Damar langsung turun
saat tiba di tujuan, demikian pula Bagas anaknya. Mobil yang dicarter sudah
melaju, Pak Damar menanyakan Map yang dititipkan kepada Bagas.
Bagas
bilang ketinggalan yah di Mobil. Segera Pak Damar mengejar dan berlari sekuatnya, sambil berteriak…
Pak berhenti, Map saya ketinggalan. Namun apadaya, laju mobil tak bisa dkejar
oleh pak Damar dengan lari. Meski laju mobil tampak pelan, tetap tak bisa dikejar dengan lari sekencang apapun.
Blass… bablas… putus sudah harapan untuk dapat mengambil Map di mobil yang dicarter.
Dengan gontai, Pak Damar terus mengejar mobil Ertiga putih sambil teriak … Map
saya di Ertiga putih, ada pengendara motor yang paham. Dia langsung tancap gas dan
berhasil menyalip dan menghadang … mobil pun menepi sambil bertanya ada apa?.
Sang Hero menjawab “itu ada penumpang Bapak ketinggalan barangnya di mobil.
Pak
damar pun tiba dan segera minta ijin membuka pintu mobil dan mengambil Map berkas
Bagas untuk daftar ulang. Dengan santainya Pak Lombok menyapa : “ kenapa Bapak
tak telepon saja. Tanpa jawab Pak Damar meninggalkan mobil Ertiga putih yang
hampir membuatnya berhenti bernafas
karena lari sambil teriak teriak berharap sopir melihat ke spion dan faham
ternyata kandas. Dalam hati tak banyak berprasangka, mungkin karena Pak Lombok sibuk
dengan orderan berkutnya.
Kesal rasanya diri Pak Damar pada anaknya
Bagas, namun ia sadar yang salah bukan Bagas, karena namanya lupa, mau dikata
apa?. Lupa tak kenal usia bisa terjadi pada orang tua, muda bahkan anak-anak.
Dia tetap bersyukur ada pertolongan Allah melalui pengendara motor yang
menghadang Ertiga putih yang disewanya.
Pelajaran berharga hari ini bagi Pak
Damar dan pembaca kisah ini adalah “Janganlah menyimpan barang pribadi di samping”.
Karena saat turun, kita akan buru-buru dan pasti akan lupa tak membawanya. Upayakan
barang pribadi tetap dipegang atau masukan ke dalam tas jika memungkinkan
sehingga tidak tercecer. Waspada saat dalam perjalanan dan yakinkan bahwa
barang tak ada yuang tertinggal bila turun dari kendaraan. Wassalam.
Nah pertanyaannya , kenapa pak damar tidak telfon supir maximnya ? Hehe
BalasHapusYaa namanya juga lupa hehe .