DAFTAR
ISI JILID 2 :
1.
Adam
Panca Putra Pinaria_Coretan Seorang Rantau
2.
Akbar
Rizal Haris_ Anak Petani Juga Berhak Kuliah
3.
Alifa
Husna Amanda_Kisah Anak Serambi makah di asrama YAPI
4.
Anugrah
Catur P_Derap Langkahku di Asrama YAPI
5.
Budi
Muhammad Arif Qirom _ Berprestasi dan Berpikir Kritis
6.
Choirul
Ikhsan_Rentang Masuk Asrama Walisongo
7.
Fadhil
Al Faiz_Kisahku Memasuki Asrama Wali
Songo
8.
Farhan
Firdaus -Langkahku Menjadi Anak Kota di
Asrama
9.
Farid
Hamdani_ Mahasiswa Islam Membutuhkan Asrama Sunan Giri
10. Ihsan Hijria Putra-Anugerah dari Tuhan itu
Nyata
11. Ikram - Dari Negeri Maluku Ujung Timur
Indonesia Ke Ibukota Jakarta
12. Indah Purnama Sari_ Cerita Awal Masuk
Asrama YAPI
13. Indera Robby Ramdhani _Memilih Pilihan
Berbeda
14. Irfanto Febriansyah_ Satu Yang Dipilih Dari
Banyak Pilihan
15. Khoirunisa_ Dinamika Hidupku di Asrama YAPI
16. Laskar Hidzib _ Reinjeksi Arah Kaderisasi
YAPI dalam Menjawab Tantangan
17. Luluk Khodija_Ada apa di Asrama YAPI ?
18. Nurul Hida_Berawal Dari Amanah Menuju Mimpi
Penuh Berkah_
19. Renaldi Martin_ Anak Indaramayu Kuliah di
Jakarta Tinggal di Asrama YAPI
20. Ruhidin _ Kisahku Masuk Asrama YAPI dan
Kesruannya.
21. Sinta Nopitasari _ Awal Langkahku di Asrama
YAPI
22. Siti Nurhalimah Tussa’diyah_Langkahku di
Asrama YAPI dan Mimpiku
23. Wahyu Khoirun Nisa_ SELALU ADA HIKMAH DI
SETIAP KEJADIAN
24. Yudha Dewantara_ Siap atau Tidak Siap,
Harus Dipilih !
25. Wildan Zakaria _ AWS Sebuah Pilihan dari
Berbagai Pilihan
CORETAN SEORANG
PERANATAU : INITIALIS GRADUS
Oleh : Adam Panca Putra Pinaria
Kebimbangan, sebuah kata yang mampu mendekripsikan apa
yang aku rasakan. Tahun 2017, tahun dimana untukku menjadi tahun yang sulit
dilupakan. Tahun dimana pemberitaan mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia
tertinggi sejak 2014. Namun, apa yang kurasakan adalah lambatnya perputaran
uang. Di saat
pendapatan utama orang tuaku adalah daya beli masyarakat mengingat kami membuka
rumah makan. Terhentaknya ekonomi kami saat itu setidaknya setelah pendidikan
kakak-kakakku sudah ditahun terakhir, sehingga pengeluaran keluargaku dapat
ditekan. Ditahun dimana menurunnya ekonomi daerahku itulah saat aku akan lulus
dari SMA dan akan melanjutkan kebangku kuliah. Atau tidak? Aku bingung,
bimbang.
Sebenarnya apa yang aku inginkan?
Kebingungan
itupun semakin kuat, semakin besar seiring waktu berjalan. Mencoba membaca
keahlian diri sendiri sangatlah sulit untuk remaja 17 tahun yang semangat dan
rasa takutnya sama besar saat itu. Namun ada satu hal yang aku pahami dalam
diriku saat itu aku suka dan ingin terus mencoba hal baru, baik itu pengalaman,
keahlian dan tentu saja pengetahuan. Aku pun terbiasa melakukan pencarian lewat
google atas apa yang aku tidak
ketahui. Oh iya, sekarang akupun memakai istilah googling. Aku mulai mencari mulai dari apa arti kuliah sampai
jurusan apa yang menjamin pekerjaan.
Kenapa aku tidak mencari jurusan sesuai apa yang aku
suka?
Selayaknya
dunia yang bulat seperti roda, keadaan keluargaku juga sudah mengalami yang
namanya naik turun. Menjadikan diriku yang saat itu berumur 5 tahun mengerti
cara kerja uang. Kembali kepada aktivitas googlingku,
aku membaca kisah, pengertian deskripsi dan lain sebagainya untuk mengerti
keadaan di luar pulau
tempat tinggalku. Ada satu hal yang aku selalu senangi yaitu “kepastian”, hal
ini membuatku menyenangi Matematika dan
ilmu hitung. Sehingga tidak salah bagiku untuk menyukai sebuah institusi yang
memberi kepastian kerja untuk lulusannya. Di mataku saat itu adalah sekolah yang
lulusannya pasti menjadi aparatur Negara baik sipil maupun militer. Namun, ternyata di sekolahku menerima
kuota SNMPTN atau seleksi masuk dengan nilai. Aku berpikir “kenapa tidak”.
Melihat
kondisi saat itu banyak hal lucu yang tak bisa kujelaskan. Mulai dari bagaimana
universitas negeri Provinsiku
terang terangan mengatakan akan menolak mereka yang menyimpan pilihan masuk ke sana dipilihan kedua.
Hingga banyak temanku yang memilih sembarangan di kuotanya. Diriku sendiri memilih program
studi Teknik Industri di universitas ternama dipulau jawa. Bukan karena
kepedean tapi lebih kepada memaksimalkan kesempatan. Tentu saja aku mendapat
warna merah saat pengumuman. Tapi tersebut tidak akan membuatku menyesal.
Karena aku harus terus melihat kedepan.
Aku
pun mempersiapkan diri untuk tantangan berikutnya dan memilih akademi
kepolisian. Namun, mungkin itu bukanlah rezekiku karena persiapan yang kurang
matang. Aku hanya bisa mengatakan untuk administrasi pendaftaran sangatlah
menjadi penghambat mereka yang tinggal di pulau. Dimana setiap dokumen dikerjakan
di pulau berbeda. Kemudian tatapanku mengarah ke STAN
yang saat itu tes dilakukan di Makassar tapi sekali lagi aku gagal. Kegagalan
ketigaku itu ternyata berdampak kuat pada kesehatanku. Jika aku mengatakan aku
tidak bersedih itu pasti tidak akan dipercaya. Kekhawatiran itu memuncak saat
melihat kondisi ekonomi daerahku yang semakin menurun. Kesimpulan itu kuambil
dari daya beli masyarakat daerahku yang makin lama makin lemah. Tapi, dari
semua hal yang sedih yang telah
kusampaikan
tentu ada kabar bahagia yang datang dan telah lama orang tuaku tunggu yaitu lulusnya
kakakku dari akademinya. Kami sekeluarga yang ada di daerahku akhirnya pergi menuju ibukota
untuk menghadiri upacara kelulusannya. Kurasa kebingunganku ini akan
kukesampingkan dulu.
Desiderium
Keinginan, kata yang masih belum
bisa kudefinisikan. Oh iya, upacara kelulusannya sangat luar biasa. Namun, aku
tidak bisa meninggalkan masalah yang harus ku selesaikan ini. Aku merasa hampa
karena belum terbiasa untuk tidak sekolah, jangan salah aku menyukai liburan.
Namun, saat kita tidak
melaksanakan lagi rutinitas yang dikerjakan selama 12 tahun tentu akan ada
perasaan yang salah. Akupun mendapat kabar dari temanku bagaimana mereka
mengisi waktu gapyear mereka di
kampung inggris, ini menarik menurutku. Mengingat masa-masaku di SMP aku sudah
menyadari pentingnya bahasa inggris saat itu dan memang aku sudah sempat
mengikuti kursus serta belajar otodidak di daerahku. Aku akhirnya menyampaikan
keinginanku ke orang tuaku, tentu melihat kondisi saat itu orang tuaku tidak
langsung setuju. Namun, atas dukungan kakak-kakakku akhirnya aku melangkah ke
dalam kereta saat itu. Pikirku banyak hal baru yang siap aku jelajahi setiba disana.
Ada hal lucu saat aku tiba
disana. Ternyata aku datang sehari sebelum dimulainya program kursus
yang kuambil. Akhirnya aku tidak bisa masuk ke asrama kursusku tersebut. Temanku juga
belum bisa kuhubungi karena sedang ada ujian kursusnya. Tentu sebagai muslim ada satu tempat yang selalu bisa
menjadi rumah singgah. Aku pun ke masjid terdekat disana. Melihat lingkungan
baru ini membuatku entah kenapa
bersemangat. Menunggu setidaknya 5 jam, temanku akhirnya datang
menjemputku. Saat kesana aku hanya
membawa
satu tas ransel dan koper mini. Kami pun keasrama dia disana. Keesokan harinya
aku pun bisa ke asramaku untuk menyimpan barang dan segera ketempat orientasi.
Ada banyak yang ingin kutuangkan
dalam catatan ini tentang kehidupanku di kampung inggris. Namun akan kusingkat
saja, beberapa hal yang kualami disana dimulai dari bagaimana aku menemui teman-teman baru, menyadari bahasa inggrisku
yang kurasa saat itu sudah lumayan ternyata masih kurang, menjelajahi daerah
tersebut, menjajaki kuliner dan masih banyak lagi. Tapi ada satu hal terus
mengganggu pikiranku disana.
Apakah ini sesuai keinginanku kesana?
Tepat sebulan saat pikiran itu
memuncak, aku mulai melakukan kembali rutinitasku saat SMA yaitu lari. Aku pun
mulai kembali berpikir positif, aku menyelesaikan kursus disana dengan nilai
yang memuaskan yaitu 85. Akupun secara pasif sudah bisa berbahasa inggris.
Dengan tujuan yang sudah kucapai akhirnya aku kembali ke Jakarta lagi. Salah
satu alasanku ke Jakarta adalah karena kakakku sebentar lagi akan wisuda. Seusai menghadiri wisudanya aku yang masih jauh dari solusi masalahku kembali merasa
kehampaan yang hanya bisa kuisi dengan lari.
Longe
Jauh. Jauh dari kepastian masa
depanku. Berselang dari wisuda kakakku aku menetap di rumah kontrakan yang aku
tinggali bersama
kakak-kakakku. Rumah ini sudah akan selesai sewanya sehingga akupun pulang ke
orang tuaku. Sedangkan, kakak-kakakku menetap
dan mencoba peruntungan di Jakarta. Sesampainya di daerahku aku mempersiapkan
diriku untuk tes akademi militer. Tapi masih belum rezekiku dikarenakan saat ke Kendari untuk memeriksa kesehatanku.
Hasilnya adalah kesehatan mataku yang ternyata lebih buruk dari dugaanku.
Mencari kembali sekolah kedinasan dengan kondisi mataku, aku kembali
mempersiapkan diri untuk tes STIS. Tesnya
yang dilaksanakan di kendari
membuatkuku kembali kesana
bersama teman-temanku yang juga mengikuti beberapa tes disana.
Apakah aku berhasil?
Tentu saja tidak. Kalau berhasil
aku tidak mungkin menulis ini. Tapi, temanku berhasil masuk, aku turut senang untuknya. Pada akhirnya
aku hanya bisa kembali kerumah.
Aku kepikiran tahun lalu aku tidak sempat mengambil SBMPTN, “kenapa tidak kuambil tahun ini” pikirku. aku akhirnya
menyampaikan tujuanku untuk mengambil SBMPTN di tahun ini kepada orang tuaku.
Disaat itu, aku akhirnya memilih program studi
hanya dengan dua kriteria dari orang tuaku dan diriku yaitu
berlokasi di Jakarta dan berhubungan dengan informatika. Lokasi tesnya aku pilih dikendari, karena
hanya itu yang terdekat. Akupun kembali kesana untuk yang kesekian kalinya.
Untuk pertama kalinya dari beberapa
upaya yang telah aku lakukan
akhirnya aku menerima tanda hijau di halaman pengumumanku. Aku pun segera
mengabarkan orang tuaku dan kakak-kakakku. Disela-sela berkabar tersebutlah aku
mengenal Asrama YAPI yaitu Asrama Sunan Giri (ASG). Aku akhirnya berangkat ke
Jakarta untuk keempat kalinya dengan tujuan kembali bersekolah. Kenangan awal
saat ke kampus tujuanku. Aku tidak bisa bohong ada sedikit rasa sesal yang
kurasakan.
Paenitet
Sesal. Apa yang kusesalkan masih
belum bisa kupastikan. Setelah mendengar penjelasan mengenai program studiku
Pendidikan Informatika yang setelah satu semester kembali kenama sebelumnya
yaitu Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer. Prodiku ternyata meluluskan mahasiswa dengan gelar Sarjana
Pendidikan. Tentu sebelumnya aku sudah mengetahui itu saat lolos SBMPTN. Tapi
dengan mendengar jawaban dari pihak informasi cukup membuatku meragukan diri
sendiri.
Saat itu aku masih tinggal di
Bekasi. Rumah kontrakan baru kakak-kakakku. Dari sana kekampusku terbilang
memberi banyak kejadian lucu mulai dari tersesat hingga terjebak macet. Dari
pengalaman itu akhirnya aku pergi ke ASG untuk mulai tinggal disana. Pengalaman
tinggal di ASG diawali dengan perasaan senang. Namun setelah tes penerimaan
mulai bermunculan pikiran “apakah sudah bener tinggal disini?”. Aku tidak bisa
bohong perasaan sesal karena program studiku kembali naik dan ditambah dengan
sesal karena masuk asrama.
Tapi aku sadar, pilihanku
hanyalah disini atau di bekasi. Tidak ada pilihan ketiga untukku, karena akupun
tidak ingin kembali lebih membebani orang tua atau kakak-kakakku lagi. Satu
satunya dipikiranku adalah tidak ada yang sia-sia. Baik itu program studiku
ataupun tinggal di asrama. Itulah resolusiku.
Resolutio
Resolusi itu membawaku hingga
bisa menyelesaikan setiap tahap pengaderan asrama. Aku yang saat itu sadar
bahwa dunia selalu berputar akhirnya mulai terbiasa hidup di asrama. Resolusi
itu juga memaksimalkan kuliahku. Saat
sampai di ASG aku hanya menggandeng ransel berisi dokumen dan beberapa pakaian
saja. Pandanganku untuk asrama ini adalah seperti pesantren yang kukunjungi
selagi di Kediri. Setelah disana barulah kumengerti kalau asrama ini adalah
asrama pengaderan.
Sepanjang tinggal di asrama
sebagai warga tamu barulah kusadari beratnya tinggal dengan orang lain yang
budaya daerahnya sangat berbeda denganku. Awal yang cukup berat untukku
dikarenakan aku juga sedang melaksanakan orientasi di kampus. Saat itu
menurutku orientasi di kampus sangatlah tidak relevan. Bahkan, menurutku tidak
ada gunanya. Karena inti dari orientasi adalah pengenalan. Sementara bagian
pengenalan sendiri hanya secuil dari rangkaian kegiatan. Terlepas itu semua
tibalah pengumuman yang mana aku lulus seleksi asrama. Dan tibalah hari
orientasi di asrama.
Jujur awalnya aku mengira
orientasi di asrama tidak akan bedah jauh dari orientasi kampus. Ternyata
perkiraanku meleset. Menurutku orientasi seperti ini adalah hal yang
menyenangkan. Orientasi ini benar benar memperkenalkanku dengan asrama.
Orientasi ini juga memberi pengalaman yang bisa kugunakan saat pelatihan di
luar atau dalam kampus.
Pengalaman orientasi itupun
sangat membantuku saat mengikuti Latihan Kader 1 HmI yang diselenggarakan oleh
Komisariat Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta. Pengalaman
tersebut kembali membantuku saat mengikuti Latihan kepemimpinan Program Studi
dan Fakultas di Kampus. Jujur dengan adanya pengalamanku itu
pelatihan-pelatihan di Kampus tersebut seperti biasa untukku. Kembali
kepengaderan asrama, pengaderan selanjutnya adalah perkenalan.
Tahapan ini terbagi dua yaitu perkenalan warga
dan presentasi. Saat perkenalan warga ini adalah proses yang aku sangat
setujui. Karena aku adalah salah seorang yang susah mengingat orang. Namun,
mengenai presentasi perkenalan entah kenapa aku ridak bisa menyetujui atau
menolaknya. Karena bagiku ini memiliki keuntungan dan kerugiannya masing
masing. Ya memang perlu bagi warga baru untuk memperkenalkan dirinya kepada
warga. Namun, yang menjadi penentu kelulusannya malah tes pengetahuan. Kurang
relevan menurutku. Ditambah adanya tugas seusainya. Hanya ada satu pesan bila
yang baca ini adalah calon warga. Kerjakan tugas yang diberikan secepatnya. Karena saat
itu jujur bagiku lebih mudah
mendapat pengertian dosen dari pada pengurus asrama. Singkatnya aku lulus tahap perkenalan
dengan sekali percobaan.
Tahapan berikutnya adalah mandat. Tahapan ini benar benar menguras tenagaku
ditambah keikutsertaanku di organisasi kampus membuatku harus selalu mengupdate
kalender kegiatanku. Saat
itu aku mendapat mandat bahasa dengan tugas yang bertujuan meningkatkan bahasa
inggris warga. Ada beberapa nilai yang kupetik dari pengalaman mandat ini
yaitu, pertama kegiatan sekecil apapun akan mempengaruh semuanya bila kita
tidak memperhatikan dengan baik, kedua komunikasi yang baik sangat mempengaruhi
keberhasilan kegiatan dan terakhir jangan berharap berlebihan. Walaupun nilai
mandatku saat presentasi pas-pasan, setidaknya aku bisa menyelesaikannya.
Selagi aku melaksanakan mandat
kegiatan di kampusku terkhusus kegiatan sosial politik menjadi penenangku. Yang
mana sampai aku bisa menjabat di beberap lembaga yang berkenaan dengan sosial
politik. Jangan salah, sosial politik itu tak semerepotkan yang diberitakan. Ya
bagi mereka yang megambil keuntungan dari situ tentu merepotkan. Kembali ke
pengaderan asrama, tahapan
berikutnya adalah makalah
ilmiah. Saat itu aku sedang
benar-benar membantu pengobatan ibuku, sehingga dalam pikiranku adalah
bagaimana aku cepat menyelesaikannya. Setelah dua kali mengganti judul akhirnya
aku bisa menyelesaikannya. Satu hal yang pasti dengan secara terus menerus
dikerjakan pasti akan selesai.
Dari setiap tahap pengaderan dan
pengalaman hidup dengan banyak orang akhirnya mengajarkan banyak hal. Namun,
lucunya banyak hal tersebut tidak bisa kutuangkan semuanya dalam tulisan
ini. Tapi yang pasti membantuku mempersiapkan diri untuk hidup dimasyarakat.
Rasa penyesalanku makin lama semakin berkurang. Untuk itu bisa kukatakan bahwa
aku senang memilih tinggal di asrama. Karena bisa membuka pintu dunia baru
dihadapanku.
Novae Terrae
Dunia baru yang kumaksud adalah
dunia aktivis. Selama berkuliah aku selalu tertarik dengan bahasan politik baik
dalam maupun luar negeri. Menurutku kita harus selalu bisa meresap bahasan
tersebut sebagai mahasiswa. Pengalaman aktivis ini hanya akan kusingkat saja
disini. Aku sendiri pernah menjabat posisi organisasi yang berhubungan langsung
dengan kegiatan aktivis kampus. Satu kalimat dariku untuk merangkum semuanya
adalah setiap mahasiswa haruslah membawa nilai yang ingin diperjuangkan dan
menjadikan nilai itu sebagai
prinsip sebelum menyebut dirinya aktivis. Apa yang kurasakan dan alami mulai dari
perjuanganku sampai kehidupanku tinggal dan berkuliah di Jakarta membantu
diriku dalam mempersiapkan diri. Tentu persiapan yang matang akan berperan
besar dalam memenuhi harapan kita masing-masing.
Setelah semua ini entah kenapa mulai muncul kembali
pertanyaan-pertanyaan dibenakku.
Apakah
aku siap membuka pintu dunia yang lebih baru?
Tentu aku siap dan harus siap.
Karena kali ini aku bisa berusaha menjadi lebih baik dari diriku yang
sebelumnya.
Apakah
aku akan sukses dan berhasil?
Aku akan terus belajar untuk
tidak meragukan diriku sendiri, aku juga akan berusaha semaksimal yang aku
bisa.
Spes
Harapanku
untuk diriku adalah untuk terus berjuang dan terus maju. Harapanku untuk yang membaca ini adalah untuk memaknai
coretan ini sebagai bukti bahwa perjuangan tidak ada yang sia-sia. Harapanku
untuk ASG dan YAPI adalah untuk terus bisa membuat mereka yang seperti diriku
bisa lebih kuat secara mental
dan lebih siap untuk terjun kemasyarakat. Aku juga berharap ASG dan YAPI terus
memupuk jiwa-jiwa aktivis yang ada dan pasti selalu ada di mahasiswa yang
tinggal di asrama.
Ingat kita tidak akan pernah hancur, kita hanya dikalahkan.
Dan ingat kekalahan adalah syarat kemenangan.
Teruslah berjuang.
Karena orang yang kuat hanya bisa menolong dirnya sendiri.
Namun, orang hebat bisa menyelamatkan orang lain.
Tentang Penulis
Adam Panca Putra Pinaria, Lahir di Ereke, 16 Januari 2000. Pemuda ini merupakan anak kelima dari 6
bersaudara. Adam menyelesaikan sekolah dasarnya di SDN 10 Poasia di Kendari dan SDN 1 Kulisusu di tanah kelahirannya. SMPN 1 Kulisusu
dan SMAN 1 Kulisusu adalah pendidikan lanjutan yang ditempuh olehnya yang masih
di tanah kelahirannya. Sekarang ia sedang menempuh pendidikan di Universitas
Negeri Jakarta di Faklutas Teknik Program Studi Pendidikan Teknik Informatika
dan Komputer angkatan 2018.
Adam
sudah berorganisasi sejak SMP dimana ia menjabat sebagi Bendahara utama OSIS.
Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Teknologi Informasi
dan Komunikasi OSIS dan menjadi anggota pasukan 8 PASKIBRAKA Kabupaten saat
SMA. Pengalaman Organisasi yang diikuti oleh Adam selama berkuliah yaitu diantaranya sebagai berikut; Staff Pusgerak
Pasukan Biru FT UNJ 2019, Kepala Divisi Lingkungan Hidup FKA UNJ 2019, Wakil
Kepala Departemen Komunikasi dan Informasi BEMPPTIK 2019, Staff Pusgerak Green
Force UNJ 2019/2020, Wakil Sekretaris Jenderal Himpunan Mahasiswa dan Pemuda
Buton Utara JABODETABEK 2019-2022, Kepala Divisi Pusgerak Pasukan Biru FT UNJ
2020, Staff Departemen Sosial Politik BEMFT UNJ 2020, dan Komandan Green Force
UNJ 2020/2021. Adam sendiri di asrama pernah menjabat Biro Pengaderan Diskusi
dan Humas 2020, dan Biro Kepemimpinan Kaderisasi Organisasi dan Sosial 2021.
Anak Petani Juga Berhak Kuliah
Oleh Akbar Rizal Haris
Ramadhan kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya,tahun ini
tahun pertama saya kuliah dan kali pertama saya puasa di ibukota tepatnya
diasrama wali songo.asrama yang menjadi proses adaptasi saya dari wilayah
pesisir Utara Jawa Indramayu tepatnya, kabupaten yang didominasi oleh hamparan
sawah yang sangat luas, menuju kota depok daerah penyangga ibu kota yang kental
akan macetnya .
Hal tersebut menjadi dua hal yang sangat bertolak belakang
sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi saya,Namun menjadi rezeki
tersendiri untuk saya ,ditambah saya kuliah di universitas Gunadarma teknik
mesin lewat jalur beasiswa yang mana hal
tersebut saya dapatkan secara tidak sengaja,karena sejak saya masih duduk di
bangku sekolah dasar tak ada terbesit keinginan untuk berkuliah apalagi di
wilayah Jabodetabek yang identik dengan
manusia modern.bahkan sampai sekarang tak jarang saya bertanya tanya apa tujuan
saya kuliah,hal tersebut tak lepas dari lingkungan dan pola asuh orang tua saya
,yang mana bapak saya merupakan seorang petani tulen sekaligus purna TNI-AD.
Sejak saya kecil cita cita saya sudah sangat bulat untuk
meneruskan perjuangan bapak,tak jarang pula saya diajak ke tempat beliau
bekerja,hal itu pula yang makin menumbuhkan kecintaan saya terhadap TNI dan
NKRI.akan tetapi hal tersebut harus saya kubur dalam dalam karena saya
mengalami kecelakaan pada tahun 2015 dan saya harus dioperasi . Selang beberapa
tahun pada saat saya mau lulus SMA saya kebingungan, kampus mana yang akan saya
pilih,kala itu saya mendaftar SNMPTN di universitas jenderal Soedirman dan di
universitas Padjadjaran akan tetapi nasib masih kurang baik "belum
rezekinya " gumam saya dalam hati .
Kemudian saya mencoba peruntungan
lain dengan mendaftar di STIKES kemenkes Semarang ,akan tetapi nasib kurang
baik masih menimpa saya,dua kali daftar dan dua kali ditolak.Setelah penolakan
itu saya ingin kembali mendaftar di salah satu universitas swasta Islam
didaerah yogyakarta. Jika kalian
bertanya mengapa saya memilih daerah selatan Jawa dan daerah sekitarnya sebagai
tujuan meneruskan pendidikan lanjutan saya, entahlah saya pun tidak tau.yang pasti
Yogyakarta dan daerah Jawa lainya yang mempunyai kekentalan budaya yang sangat
apik telah mendapatkan tempat tersendiri dihati saya.saya mempunyai keterkaitan
sendiri terhadap budaya Jawa beserta kesultanannya.
Waktu kian berlalu saya pun berkonsultasi
dengan guru BK mengenai universitas mana yang sekiranya mempunyai peluang
besar,kemudian tak berpikir panjang beliau menyarankan program beasiswa sampe
s2 di universitas Gunadarma jurusan teknik mesin,karena beliau juga melihat
program yang saya tuju disnmptn adalah teknik juga dan memang saya punya
ketertarikan tersendiri terhadap fisika dan teknik. saya pun tanpa pikir
panjang mengiyakan ajakan tersebut karena jujur saja saat itu saya sudah tidak
tau mau kemana yang penting tidak berdiam diri dirumah.
Setelah diterima di universitas
Gunadarma,bapak saya menyarankan agar mencari asrama saja supaya tidak
terpengaruh oleh pergaulan bebas ibu kota ucap beliau seperti itu.beliau juga
ingin ilmu yang saya dapat saat mondok dulu tak sia sia .tak lama setelah itu
saya mendapatkan informasi mengenai asrama wali songo ini yang letaknya pun tak
jauh dari universitas Gunadarma.
Saya pun mencoba keberuntungan dan setelah beberapa tahapan
Alhamdulillah saya lolos dan berhak tinggal di asrama wali songo ini. Saya
sangat bersyukur dan berterima kasih dapat tinggal dan menjadi bagian dari
asrama wali songo ini.Asrama yang mengajarkan banyak hal kepada saya yang merupakan anak kampung yang awam akan
pengetahuan luar.disini saya mendapatkan pembinaan mengenai kepemimpinan,
tanggung jawab, publik speaking dan lain sebagainya.
Setelah berbagai proses yang saya
alami hingga sampai dititik sekarang ini saya belajar dan mengerti bahwa apa
yang kau kira baik tak selamanya baik dan apa yang kau kira tak baik tak selamanya
tak baik.Allah bukan tidak mengabulkan doa doa mu tapi Allah memberi apa yang
kau butuhkan bukan apa yang kau inginkan.Apa yang kau tanam itu pula yang akan
kau tuai.jangan pernah berhenti berbuat baik karena yang baik akan berakhir
baik.
TENTANG PENULIS
Akbar Rizal Haris atau yang kerap disapa akbar atau abay ini merupakan mahasiswa baru universitas Gunadarma
program studi Teknik mesin Angkatan 2021,yang berasal dari indramayu.dia
mengadu nasib di ibu kota seorang diri.ia lahir di indramayu tepatnya pada
tanggal 1 desember 2003.
Berenang dan membaca puisi menjadi salah satu hal yang ia
sukai ia dibesarkan dilingkungan yang mayoritas petani tulen hal tersebut
menjadi tantangan tersendiri untuknya tinggal di ibu kota ini.ia juga menyukai
seni fotografi bisa diliat dari akun Instagram nya @rzzalll_.
KiSAH
ANAK SERAMBI MAKKAH DI ASRAMA YAPI
Oleh :
Alifa Husna Amanda
Perkenalkan namaku Alifa Husna Amanda, yang
biasa dipanggil Nada. Aku berasal dari Aceh tepatnya di Kota Banda Aceh.
Hobiku membaca tetapi untuk menulis aku tidak terlalu suka, mungkin mengunggah
blog seperti ini akan menjadi alternatif lain untukku agar rajin menulis, walaupun
mengetik
kadang bawaannya malas namun aku paksakan biar selesai tugas membuat naskah
buku Derap Langkahku di Asrama YAPI. Aku anak tengah, memiliki 2
abang, 1 adik cewe dan 1 adik cowo. Abangku yang pertama alhamdulillah sudah
memiliki keluarga kecilnya. Abangku yang kedua sedang duduk di bangku perkuliahan semester 8. Adik ceweku tahun ini akan menduduki
bangku sekolah menengah akhir sedangkan adik cowoku duduk di bangku
SMP.
Pada tahun 2021 aku lulus dari SMA Negeri 11 Banda
Aceh dan ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Saat itu aku mengikuti UTBK
SBMPTN dengan pilihan jurusan ITB Tekhnik Pertambangan serta UNSYIAH dengan pilihan jurusan Tekhnik Sipil. Mungkin
bukan rejekiku untuk lulus di jurusan pilihan yang aku mau. Sempat terpuruk karena
terlalu banyak berharap tapi tak sebanding dengan usaha yang aku lakukan. Tak sampai berhenti disitu, aku yang
punya tipe anak suka mengikut kegiatan apapun, tetap bisa mempertahankan semangatku dengan ikut semua kegiatan. Mulai dari
CPNS dan UTBK MANDIRI serta beberapa pencarian beasiswa
Universitas Swasta. Alhamdulillah CPNS aku lulus di tahap
administrasi, tapi tidak melanjutkan ke tahap kedua yaitu ujiannya karena masalah
kesehatan saya pada hari H itu menurun dan juga lagi naik naiknya kasus korona.
UTBK MANDIRI juga alhamdulilah saya lulus dipilihan
kedua yaitu PGPAUD, akan tetapi karena keuangan saat itu sedang tidak bersahabat dan biaya pendidikan tinggi,
aku bilang ke mama untuk tidak usah hiraukan pendidikan lanjut, karena
setidaknya kita ada ijazah SMA (minimal). Tetapi di balik itu semua aku sibuk mencari kampus swasta yang
menyediakan beasiswa agar mamaku tidak memikirkan biaya pendidikanku. Alhamdulillah
setelah search dan juga tanya tanya dengan saudara di Jakarta
ada pendaftaran PMB di kampus STEBANK yang menyediakan beasiswa tahfidz dan juga beasiswa
KIP.
Aku mencoba ikuti PMB STEBANK dan juga bertanya ke
pihak kampus tentang penyediaan asrama untuk mahasiswi non-tahfidz. Ternyata
pihak kampus menyarankan agar masuk asrama YAPI. Dan setelah aku lulus menjadi
mahasiswi STEBANK aku baru tau bahwa STEBANK merupakan asrama di bawah naungan Yayasan
Asrama Pelajar islam baca YAPI. Mungkin karena kurang
komunikasi antara YAPI ataunpun pihak kampus yang mana tidak menyertakan kapan
bisa masuk asrama. Karena aku orang jauh jadi aku
harus mikir bagimana kehidupan ke depan, jadi aku cari cari
informasi asrama YAPI dengan teman yang beasiswa tahfidz. Saat aku coba
berkomunikasi dengan ketua asrama dulu (kak Cici) dibilang bisa masuk asrama di bulan sepuluh 2021. Akan tetapi karena kendala keuangan jadi aku minta undur di bulan 12 tahun 2021.
AWAL MASUK ASRAMA YAPI.
Awal mula
kuliah di Jakarta lumayan rumit, akhirnya aku
sampai di asrama YAPI di dekat Asrama Sunan Giri Rawamangun di komplek PU, Jl. Sunan Giri Rawamangun Jakarta Timur. Jujur awalnya ekspetasiku yang terlalu tinggi atau bagaimana, aku
pikir asrama yang akan kutempati itu seperti asrama pada umumnya yang seperti pesantren.
Ternyata ekspetasiku ketinggian. Sebenarnya asrama dulu itu
luas, tetapi tidak untuk dihuni oleh 16 orang, jadinya kita berdesak
desakan. Selama ± 2 bulan aku tinggal di
asrama putri Darul Qur’an Fatahillah baca DQF dengan
penuh sesak, bau menyengat, dan juga banyak binatang yang sangat amat aku tidak
suka yaitu
kecoa dan tikus. Atas wewenang YAPI
mengabarkan asrama
DQF akan
pindah asramanya ke
Rawamangun . Syukur alhamdulillah aku sangat senang dengan
kabar tersebut.
Sekarang aku
tinggal di asrama putri ( Aspuri ) milik YAPI, di sinilah aku dan teman teman lainnya tinggal di asrama yang mewah dengan
fasilitas yang amat sangat memadai dan juga peraturan yang semakin ketat. Bagiku itu wajar
sebanding dengan apa yang disediakan dan juga feedback ke
aku. Sekarang aku sedang fokus untuk menyelesaikan studiku di STEBANK Syafrudin Prawiranegara ,
dan aku berusaha ikut andil dalam kegiatan
di asrama YAPI.
Rencana Setelah Lulus dari
Asrama YAPI
Rencananya, setelah aku lulus dari kuliahku insyaallah jika diberikan kesehatan dan juga umur panjang, aku
ingin melanjutkan S2 di universitas negeri lainnya dengan jurusan ILMU HUKUM. Cita
citaku ingin jadi ahli hukum. Banyak tentangan dan juga
campur tangan keluarga saat aku memilih setiap jurusan. Tapi aku
tau itu adalah bentuk sayang mereka agar
aku ga ke sana ke sini tanpa arah. Walaupun
ada rasa cape ketika terus terusan ditentang tapi mau gimana lagi?. Aku juga
berharap asrama YAPI terus ada dan semakin maju agar bisa kukenalin ke anak anakku nanti
"nak mama lulusan asrama DQF YAPI, mau joint ga?" hahaha.. .
BIODATA PENULIS
Nama: Alifa Husna
Amanda
Tempat, Tanggal
Lahir: Banda aceh, 9 Juni 2003
Alamat: Jl.Rawa Sakti
Lr. Beringin No.3 Peuniti. Kec,Baiturrahman Kota Banda Aceh.
Status:
Mahasiswa
Riwayat Pendidikan :
SDN 40
Kota Banda Aceh. SMPN 7 Kota Banda Aceh,
SMAN 11 Kota Banda Aceh, Tahun
lulus 2021.
Sekarang sedang menempuh jenjang S1
perbankan syariah di Sekolah Tinggi Perbankan Islam Mr. Sjafruddin
Prawiranegara
Moto hidup: Teruslah Berjuang Sampai
Orang-Orang yang Mencibirmu Bungkam.
HP: 083192042599
Email: alifaamanda2018@gmail.com
Maret 24, 2022
Derap Lamgkahku di Asrama YAPI
Oleh : Anugrah Catur Prayogo.
Nama
saya Catur, anak keempat dari empat bersaudara. Orang kampung yang saat ini
sedang menjalani perkuliahan di kota orang, kota yang dikenal dengan keramaiannya,
kepadatannya, dan jam terbang yang tinggi, ya Depok. Semuanya terjadi begitu
saja, bahkan belum pernah saya pikirkan sebelumnya. Bukan hal yang mudah bagi
anak yang selalu dekat dengan orang tua, harus berpisah untuk menempuh
Pendidikan. Takut dan khawatir adalah rasa yang pertama kali saya rasakan
setelah menerima pengumuman. Takut jauh dengan orang tua dan khawatir tidak
bisa bertahan hidup dengan lingkungan sekitar. Setiap tempat memiliki budaya
yang berbeda, dimana anak rantau harus bisa menyesuaikan diri dengan budaya
tempat tersebut. Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan yang berbanding terbalik
dengan kampung saya disini, tetapi sebagai pengunjung saya harus mewajarkan hal
itu. Apatis, arogan, dan egois sifat yang sering kali saya temui disini. Tidak
terbayang apabila saya hidup sendiri di kos, tidak ada teman bicara dan berbagi
keluh kesah.
Banyak
lika-liku yang saya lalui disini, dimulai dari culture shock yang sangat
berbanding terbalik dengan budaya di kampung saya. Hal yang menurut saya aneh
untuk dilakukan merupakan hal yang biasa dilakukan disini. Tetapi disisi lain
saya bertemu banyak orang hebat disini. Banyak ilmu yang saya dapatkan bahkan
hanya dengan melihat perilaku mereka. Memang benar bahwasannya orang kota jauh
lebih rasional dalam berpikir dari pada orang kampung. Dari segi Pendidikan dan
pola piker orang kota jauh diatas orang kampung. Salah satu hal yang saya
mengerti adalah orang kota cenderung tidak mudah puas denga napa dia hasilkan,
sehingga hal itu menuntut mereka untuk terus berkembang. Berbeda halnya dengan
orang yang kampung yang mudah puas dengan apa yang mereka dapatkan. Tetapi
tidak bisa kita pungkiri bahwa orang kota hanya memikirkan diri sendiri.
Baru
4 bulan saya disini, tetapi banyak sekali hal yang terjadi, mulai dari hal
menyenangkan, menyedihkan, dan mengharukan terjadi begitu cepatnya. Mulai
terasa sepinya tanpa orang tua, jauh dari mereka, mungkin bisa dibilang mimipi
buruk bagi saya. Akan tetapi proses ini lah yang menjadikan saya lebih dewasa
dan tidak terus-menerus bergantung kepada orang tua, karna orang tua kita tidak
akan selalu ada disamping kita. Rasa ingin balik kampung, mengingat suasana
kampung dan orang-orang kampung yang ramah, membuat saya semakin ingin cepat
balik kampung. Tetapi proses saya disini belum selesai, masih banyak hal yang
harus saya lewati disini, hal yang bisa saja hanya terjadi sekali dalam hidup
saya.
Sebelum
saya kesini, ada teman saya yang menawarkan untuk gabung ke Asrama Walisongo.
Saya tidak tau apa itu asrama, dan saya mengiyakan ajakannya karena saya rasa
bisa membantu survive disini. Saya tidak tau bahwa asrama memiliki
program-program yang dapat melatih softskill maupun hardskill saya, terutama di
bidang keislaman. Saat saya tau program asrama, saya khawatir jikalau saya
tidak bisa mengikuti program tersebut dengan baik. Tetapi disini dituntut untuk
bisa, jika belum pernah melakukan, maka di asrama lah tempat pertama kali
mencoba. Saya mendapat banyak ilmu dan hal-hal baru selama tinggal di asrama.
Dan lingkungan asrama pun mendukung untuk orang yang sedang belajar seperti
saya. Diasrama saya bertemu dengan orang dari berbagai daerah dan berbagai
karakter, hal ini membuat saya menjadi tau budaya-budaya yang ada diluar
kampung saya. Itu juga yang membuat saya harus bisa beradaptasi dengan teman
dari berbagai suku.
Saya
harap asrama YAPI terus berkembang dan menghasilkan kebih banyak alumnus yang
berkualitas baik dari segi Agama ataupun Pendidikan. Saya sangat bersyukur bisa
masuk asrama YAPI karena saya benar-benar didorong untuk mengeksplor hal baru.
Semoga Asrama YAPI makin dikenal orang dan makin Berjaya. Tidak Lelah untuk
membantu dan mendukung mahasiswa yang sedang dalam fase belajar. Adanya asrama
YAPI ini juga membantu Indonesia menghasilkan mahasiswa yang unggul di berbagai
bidang.
Biodata Penulis
Nama : Anugrah Catur
Prayogo
Tempat Lahir : Sukoharjo,
Tanggal Lahir : 20 Oktober 2003
Alamat : Jln. Pramuka no.14 Ngebrak Rt
05/01 Plumbon, Mojolaban, Sukoharjo
Nomor HP/Wa :
088216316922
Email :
acprayoga@gmail.com
Motto hidup : Komitmen, Konsisten,
Konsekuensi
Riwayat
Pendidikan
SD : SDN 65
Gurawan
SMP : SMP N 6
Surakarta
SMA : SMA N 3
Surakarta
Universitas : Gunadarma
Berprestasi dan
Berpikir Kritis
Oleh Budi Muhammad Arif Qirom
Masa SMK merupakan masa yang berkesan, belajar menjadi pribadi dewasa,
mencari jatidiri dan berpendidikan terakhir untuk memilih antara bekerja atau
melanjutkan Kuliah. sejak masa SMK ada beberapa kesan yang pernah saya lalui
baik dengan teman jurusan, guru, maupun dengan teman sekolah. Pada saat itu
beberapa pengalaman yang pernah saya lalui sejak di SMK yaitu mengikuti
organisai OSIS, ujian praktek jurusan dan lain sebainya. Alhamdulillah saya
pernah memberikan prestasi untuk sekolah di cabang olahraga Senam baik tingkat
Provinsi maupun Nasional.
Di SMKsaya mengambil jurusan Teknik Otomotif. Pada saat itu di tahun
2017 tepatnya di bangku kelas 12 SMK sejak saat itu kebanyakan dari temen-temen
saya sudah memiliki tujuan dan arahan kedepannya untuk melanjutkan bekerja, ada
juga yang melanjutkan pendidikan pesantren dan ada juga melanjutkan jenjang
pendidikan kuliah. Saya sendiri saat itu masih bingung mau mengambil jurusan
(Teknik atau Olahraga dan melanjutkan kuliah di UNNES atau di UNJ. Pada
akhirnya saya putuskan untuk mengambil kampus Universitas Negeri Jakarta
Fakultas Ilmu Keolahragaan. Singkat cerita ada 2 pilihan Program studi yang
saya ambil, pertama saya ambil Prodi IKOR di UNJ, kedua Prodi Penjas di UNJ dan
ketiga prodi Penjas di UNNES.
Ada berapa alasan kenapa saya ambil Fakultas Ilmu Keolahragaan tidak
mengambil jalur linear dari SMK yaitu jurusan otomotif atau mengambil Fakultas
Teknik, kenapa memang saya mengambil sekolah jurusan teknik Otomotif karena di
wilayah daerah saya yang paling nge Trend di jalur SMK ialah jurusan Otomotif
dan jurusan TKJ belum ada jurusan farmasi, gizi, maupun yang lainnya. Disamping
itu saya disarankan mengambil sekolah SMK dan mencari sekolah yang terdekat
dengan tempat saya latihan agar bisa memaksimalkan waktu sekolah dan latihan.
Di samping itu juga saya di kasih masukan dan arahan dari guru atau
pelatih saya dengan kalimat “kalo kamu seneng dengan bidang olahraga dibanding
teknik otomotif mending kamu ambil kuliah di Jakarta yaitu Universitas Negeri
Jakarta karena di sana pusat nya keilmuan dan kampus bidang olahraga yang
terbaik di Indonesia”. Saya juga sempat disentil pertanyaan oleh paman saya
yang mengatakan kenapa kamu gak ambil jurusan teknik otomotif saja karena
linear dari sekoal SMK kemudian saya bilang, memang jurusan teknik otomotif
jugamenggiurkan dalam bekerja dan berbisnis akan tetapi saya lebih memilih
passion ke olahraga ungkap saya.
Singkat carita setelah semuanya punya jalur dan jalan kehidupan yang
diharapkan masing masing antara saya dan temen temen saya, akhirnya saya
memilih daftar kuliah sedangkan kebanyakan temen saya memilih bekerja dengan
mempunyai alasan yang mereka butuhkan masing masing. Rencananya saya mau ambil
jalur SNMPTN dan pada akhirnya setelah saya cek informasinya ternyata sudah
kelewat jadwal pendaftarannya. Setelah selesainya jadwal penerimaan SNMPTN saya
mencoba jalur seleksi SBMPTN.
Banyak cerita yang saya lalui untuk memilih Jakarta sebagai tempat saya
mencari ilmu. Ada cerita yang begitu sangat terkesan sebelum saya daftar dan
diterima di Universitas Negeri Jakarta yaitu Ibu dan Bapa. Orang tua saya
sayang dan sangat mengkhawatirkan anak nya berkuliah di Ibu Kota. Hal yang
sangat dipikirkan orang tua saya setiap harinya kepada saya disaat kuliah
nantinya, beliau mengkhawatirkan tidak mampu membiayai masa kuliah maupun
kehidupan saya di Jakarta. Beliau sering menangis, memikirkan, pusing bahkan
sampai sakit. Sebelum dan sesudah saya lulus di Universitas Negeri Jakarta hal
yang menjadi kan saya teringat itu Ibu saya sampai Sakit karena mengkhawatirkan
saya.
Setelah dinyatakan lulus jalur SBMPTN di Universitas Negeri Jakarta
merasa senang sekalih. Alhamdulillah dari doa yang telah orang tua dan keluarga
saya lakukan tercapai. akhirnya saya berasrama di sunan giri tahun ajaran
2017-2018. Sebelum berasrama saya pernah ngekost. Semenjak saya kuliah begitu
banyak pengalaman organisasi yang saya ikuti dikarenakan kewajiban dari asrama.
Organisasi yang saya ikuti diantaranya ada KOP Aerobic Gymnastics UNJ, BEMP
IKOR, KPM IKOR, BPM FIK UNJ, Panitia PKKMB 2021.
Semenjak saya di asrama banyak sekalih moment pengkaderan yang saya
dapatkan. Dimasa Warcob, setelah menjalani forum perkenalan dinyatakan lulus
pada semester 2 saya mendapatkan amanah mandate olahraga oleh pengurus cabinet
Visioner. Berjalannya waktu setelah tugas mandate olahraga selesai saya maju
makalah dan lulus di semester 6 dan melanjutkan sebagai biru olahraga pada saat
cabinet Revolusioner. Di tahun 2020 saya memegang Biro BARAKA (Biro Akademik,
Literasi dan Kreativitas Diri) sebagai Biro Kreativitas Diri. Alhamdulillah
dengan adanya aturan dari asrama bahwa setiap warga asrama wajib mengikuti
organisasi dan harus daftar sebagai ketua di tiap organisasi yang dijalani. Sejak
itu pula diri saya mulai mempunyai sikap kritik, peka, peduli, kerjasama,
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Budi Muhammad Arif Qirom, Lahir di Brebes Jawa tengah pada
tanggal 22 Maret 1998, merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara, pasangan
Bapak Haerudin dan Ibu Akmaliyah. Penulis beragama Islam beralamat di Jl. Eyang
Purwa Rt/Rw 002/003 Des. Bangbayang, Kec. Bantarkawung, Kab. Brebes Jawa
Tengah.
Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh diawali dengan menamatkan
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 03 Brebes pada tahun 2011, selanjutnya menamatkan
pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri 04 Brebes pada tahun 2014, kemudian
menamatkan pendidikan di Seoklah Menengah Kejuruan swasta Al-Furqon
Bantarkawung pada tahun 2017. Setelah
itu melanjutkan Pendidikan Strata satu (S1) di Universitas Negeri Jakarta
Fakultas Ilmu Keolahragaan Prodi Ilmu Keolahragaan.
Adapun pengalaman penulis dalam berorganisasi yakni pernah aktif sebagai
pengurus osis di tingkat SMK bidang kerohanian, kemudian menjadi ketua KOP
(Klub Olahraga Prestasi) Aerobic Gymnastics, Kerohanian BEMP (Badan
Eksekutif Mahasiswa Prodi) IKOR 2018, Kaderisasi BPM (Badan Perwakilan
Mahasiswa) FIK 2020, Panitia PKKMB 2021.
Rentang Kisah Awal Masuk Asrama Walisongo
Oleh : Choirul Ikhsan, Mahasiswa FMIPA UI 2016
Masih terbayang dalam ingatan saya, Febuari 2019, matahari tepat waktu
menyelesaikan pekerjaannya hari itu, mega senja telah mulai pupus diufuk barat
dan mulai menyisakan kegelapan. Lelahnya hari ini tergambar jelas pada dahi
saya yang bermandikan keringat. Aroma terbakar matahari menusuk hidung yang
menandakan permintaan untuk menutup aktivitas pagi ini. Langkah kaki
terasa lunglai, badan terasa berat, tetapi saya harus bergerak untuk dapat
mencapai tujuan akhir hari ini. “Kamar! ya Kamar”, hal terakhir yang harus saya
lakukan di penghujung hari adalah kembali kekamar. " Kamar tidur"
kata yang selalu terngiang semenjak sore tadi. Setelah seharian dimulai dengan
kegiatan perkuliahan dan diakhiri dengan mengajar siswa SMP, akhirnya tubuh
saya harus menyerah dengan angan-angan.
Kehendak hati ingin istirahat, tapi mata saya terusik dengan secarik
kertas di bawah pintu. Tak kuasa hati mengabaikan, akhirnya saya ambil kertas
itu. Secarik kertas beruraikan kalimat" Surat Pemberitahuan". Tak
sampai selesai mata saya membaca paragraf pertama, fokus saya langsung
berpindah pada bagian akhir surat. “Denda pembayaran” tercetak jelas di kalimat
akhir. Dengan perlahan saya baca lagi surat tersebut untuk kedua kalinya.
Dugaan pertama saya benar, ini adalah surat peringatan dan pemberitahuan
keterlambatan pembayaran uang asrama. Suasana istirahat yang tenang yang saya
harapakan berubah menjadi tidak nyaman. Suasana panik langsung menyerang
persendian dan syaraf saya, keringan dingin bercucuran di balik baju yang saya
pakai.
Otak saya menjelajah kelautan angan-angan dan berpacu mencari solusi
untuk hal ini. Berbagai ekspetasi dan pertanyaan yang tergambar dipikiran saya,
semakin menambah kepanikan, "apakah saya akan dikeluarkan dari asrama?
kalua saya dikeluarkan,selanjutnya saya mau
kemana? apakah saya harus minta uang ke orangtua? tapikan saya sudah
berkomitmen untuk tidak meminta uang lagi ke orang tua, apakah akan jadi
gelandangan di Jakarta? Apakah bakalan dikelurkan dari UI? Begitu banyak pertanyaan
yang mengganggu penghujung hari saya waktu itu. Malam itu saya mencoba
memejamkan mata dengan ekpetasi liar yang masih membayang semalaman.
Seminggu berlalu dan
saya belum menemukan solusi untuk tempat tinggal, saya berharap beasiswa saya
dapat dicairkan segera sehingga dapat membayar tunggakan biaya asrama. Tapi,
harapan saya pupus karena saya mendapatkan kabar bahwasanya beasiswa akan turun
di bulan Maret, tentunya saya harus telat lagi membayar uang sewa asrama.
Hari-hari perkuliahan saya lalui dengan hati yang selalu was-was dengan
berbagai pemikiran tadi. Sorenya, tanpa
sengaja saya pulang melewati majalah dinding yang berada digedung asrama UI.
Biasanya, saya tidak tertarik untuk berhenti membaca kertas-kertas yang ada
pada madding tersebut. Tapi, kali ini entah apa yang terjadi dengan diri saya,
dengan izin Allah saya berhenti didepan majalah dinding tersebut. Mata saya
langsung terfokus pada sebuah poster tempat tinggal gratis. Tak dapat
dipungkiri, kata yang paling saya pikirkan akhir-akhir ini adalah “ gratis”.
Tanpa berpikir Panjang lagi, saya menyelesaikan membaca poster itu dengan
seksama. Saya berusaha mencerna kata demi kata dari atas sampai bawah. Ternyata
poster ini berisi mengenai beasiswa tempat tinggal dan pembinaan di Asrama Mahasiswa
Islam Walisongo. Asrama ini terletak di jalan kompos di Lenteng Agung. Hal ini
membuat saya juga senang sekaligus takut. Saya senang karena ada kesempatan
untuk saya untuk dapat mendapatkan tempat tinggal gratis. Sekaligus juga
mendapatkan pembinaan keislaman. Disisi lain saya juga takut, saya takut karena
saya tidak tahu mengenai wilayah Jakarta serta steriotip anak rantau untuk
selalu berhati-hati dengan berbagai organisasi di pulau jawa. Selain itu, saya juga mencoba berkipir,
apakah dengan tinggal diasrama ini saya tetap harus mengeluarkan biaya yang
besar? Selang beberapa menit, keragu-raguan dalam diri saya langsung hilang
saat membaca batas pendaftaran akhir beasiswa ini yang ternyata besok hari.
Tanpa berpikir lagi saya langsung menyimpan nomor contact person asrama
tersebut. Kebetulan saat itu yang menjadi contact person adalah bang
Rozak (FIA UI, 2014).
Sesampai dikamar
saat itu, hal pertama yang saya lakukan adalah memeriksan persyaratan untuk
mendaftar di asrama walisongo. Diantaranya CV, motivation letter, dan transkrip
nilai. Untuk persyaratan sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah bagi saya,
karena kebetulan saya sudah punya semua persyaratan ini untuk mendaftar
pekerjaan sebelumnya. Jadi, hanya perlu di edit sedemikian rupa, syarat ini
dapat digunakan langsung. Sayangnya, saya tidak tahu menganai lokasi asrama
ini. Setelah saya mengirimkan semua
berkas ke CP selanjutnya, saya membuka maps mengenai lokasi asrama ini.
Ternyata sangat strategis karena aksesnya dekat sekali dengan stasiun kereta
(KRL) Universitas Pancasila. Jika saya naik di stasiun Universitas Indonesia,
satu stasiun selanjutnya kearah Jakarta adalah stasiun Universitas Pancasila.
Tak lupa pula saya menanyakan alamat lengkap asrama walisongo kepada bang Rozak
selaku contact person saat itu.
Besok paginya saya
mendapatkan jawaban dari lamaran saya keasrama Walisongo, cukup kaget karena
saya mendapatkan balasan secepat itu. Saya diminta untuk melakukan wawancara di
asrama langsung pada sorenya sepulang kuliah. Meskipun hanya mendapatkan
balasan untuk wawancara, tapi hati saya benar-benar lega saat itu. Hari itu
saya lalui dengan sangat santai dan Bahagia. Setidaknya saya sudah punya
kesempatan untuk masuk asrama ini.
Kegelapan mulai menyelimuti wilayah Jakarta saat itu, saya dengan
bergegas naik ke bis kuning (BIKUN) UI dari Fakultas MIPA UI. Berdesak-desakan
adalah gambaran suasana yang biasa pada sore hari di BIKUN UI. Semua mahasiswa
bergegas untuk Kembali ke rumah masing-masing. 4 halte telah saya lalui dan
saya pun turun di halte Universitas Indonesia. Kemudian saya melangkah menuju
ke dalam stasiun dan mengantri di peron 2 arah Jakarta. Tak sampai 3 menit kereta pun datang, saya
langsung naik kekereta tersebut. Kebutulan sekali, kereta arah Jakarta saat
sore hari benar-benar sepi sehingga saya bisa duduk. Lain cerita jika kereta
arah bogor, rombongan warga Jawa Barat khususnya Depok dan Bogor memenuhi
kereta bak susunan ikan.
Dua menit berlalu saya telah berada di stasiun Universitas Pancasila.
Saat itu langit benar-benar telah gelap seutuhnya. Derungan kendaraan membuat
suasa kacau di jalanan, ditambah lagi dengan bunyi klakson kendaraan yang
saling sahut-sahutan seolah meraka benar-benar terhalang untuk berjalan. Tapi
hal tersebut tidak membuat saya pusing, saya terlalu fokus untuk melakukan
wawancara kali ini. Satu menit selanjutnya saya telah berada di seberang jalan
stasiun. Hal bodoh yang saya lakukan saat itu adalah saya salah arah turun.
Padahal kalau saya turun diarah Depok saya akan langsung sampai di Asrama. Sayingnya,
saya cukup bodoh sehingga saya turun diarah yang berbeda. Sesampai di halte
Universitas Pancasila saya langsung bertanya pada orang sekitar mengenai alamat
asrama. 2-3 orang yang saya tanya menjawab kalau alamat ini berada di seberang
lain dari stasiun. Tanpa berpikir Panjang saya jalan mengitari stasiun untuk
berbelok. Bodohnya saya saat itu, kenapa saya ngga masuk lagi saja ke stasiun
lalu nyebrang? Kenapa harus mencari jalan mutar yang jauh?
10 menit selanjutnya saya sudah berada di depan Gedung Asrama Walisongo.
Awalnya saya cukup ragu ini adalah asrama, karena pada saat itu, asrama terasa
seperti kos kosan (hahaha) dan rumput
tinggi menyelimuti halaman saat itu. Kemudian saya bertanya kepada penjaga warung
disebalah asrama. Ternyata benar, Gedung ini adalah asrama Walisongo. Saya
memberanikan diri untuk masuk dan menuju ke pintu samping asrama. Saya mencoba
mengetok pintu, namun tak ada jawaban sama sekali. Kesunyian menyelimuti asrama
saat itu, 2-3 mengetuk tidak ada jawaban yang saya terima, akhirnya saya
memutuskan untuk mencoba memanggil orang yang didalam. Akhirnya saya
mendapatkan jawaban, saya pun merasa
sangat senang saat itu.
Orang pertama yang saya temui di Asrama saat itu adalah bang Umar,
kemudian bang Rozak dan saya wawancara dengan bang Purnomo (FIB UI 2014).
Banyak hal yang menjadi pertanyaan dan diskusi saat itu, mulai dari membaca
al-quran, kepribadian, organisasi, hingga diskusi mengenai politik dan hal yang
heboh saat itu. Tak berselang lama saya
menyelesaikan sesi wawancara. Terakhir sebelum pulang saya dikabarkan bahwa
hasil wawancara akan diumumkan sesegera mungkin dan tunggu saja. Dengan hati
yang puas karena telah menyelesaikan wawancara, saya pulang ke asrama UI
Kembali. Esok harinya saya mendapatkan kabar bahwasanya saya diterima di Asrama
Walisongo. Saya diminta untuk pindah sesegera mungkin ke Asrama. Saat itu saya
tidak dapat pindah secara langsung, saya baru dapat pindah di akhir bulan Maret
2017 saat itu.
Setelah menyelesaikan semua permasalah di asrama UI, saya segera pindah
ke Asrama Walisongo. Hari pertama di Walisongo saya ditempatkan dikamar dekat
pintu lantai satu Gedung depan. Namun beberapa hari setelah itu saya pindah ke
kamar dibawah tangga gedung depan. Saat itu, saya masuk asrama berbarengan
dengan bang Tegar (Vokasi UI 2015) dan Dery Dzaki (Psikologi Gunadarma 2016).
Kemudian juga ada Haeckal (Unindra 2016) yang lebih dahulu masuk beberapa
bulan, tetapi kami sama-sama menyandang gelar Warga Percobaan saat itu.
Hari-hari yang saya lalui di asrama tidak luput dari keberadaan
saudara-saudara lain di asrama, yaitu bang Ilham (UP 2015), Bang Heli
(Psikologi UG 2015), Bang Fa’I (UG 2014), Bang Rendi dan bang Purnomo (FIB UI
2014), Bang Fatur (UP 2015), Bang Dimas (FT Unnas 2015), Bang Silo (FIA UI
2015), Bang Reno (FEB UI 2015), Bang Reza, Bang Umar dan Bang Yaban (UBK 2015).
Ucapan terimakasih saya kepada meraka yang telah menghiasi awal kisah saya di
asrama Walisongo.
Tentang Penulis
Choirul Ikhsan biasa dipanggil Ikhsan merupakan salah
satu mahasiswa FMIPA Universitas Indonesia Angkatan 2016 dan juga warga Asrama
Walisongo. Ikhsan berasal dari Lintau, Sumatera Barat dan anak ke-3 dari 4
bersaudara.
Sebenarnya Ikhsan tidak biasa
dalam hal menulis dan lebih senang untuk membaca dan mengajar. Akan tetapi,
adannya program asrama dalam menulis ini, telah mengantarkan penulis untuk
menyelesaikan karya ini.
Tentunya dalam menciptakan karya atau naskah ini tidak luput dari kekurangan. Namun,
semoga langkah awal ini bisa memacu diri penulis untuk menciptakan karya lain
dan dapat membrikan manfaat untuk pembaca.
KISAHKU MEMASUKI ASRAMA WALISONGO
Oleh Fadhil Al Faiz
Halo teman-teman, sebelum memasuki ceritaku memasuki asrama
YAPI, aku akan memperkanalkan tentang diriku terlebih dahulu. Perkenalkan nama
aku Fadhil Al Faiz berasal dari Indramayu, pada
saat menulis tulisan ini aku berumur 19 tahun. Aku terlahir di keluarga
sederhana dengan 4 bersaudara, dimana aku adalah anak kedua, mempunyai satu
orang kakak perempuan dan 2 orang adik laki-laki. Bapakku sekarang berumur 47
tahun bekerja sebagai petani, ibuku berumur 46 tahun bekerja sebagai pedagang
kripik, kakak perempuanku berumur 24 tahun sebagai ibu rumah tangga didalam
keluarga kecilnya, adikku yang pertama berumur 8 tahun kelas 1 Madrasah
Ibtidaiah, kemudian adikku yang kedua berumur 3 tahun.
Sejak duduk dibangku SMP aku sudah memiliki keinginan atau
cita-cita untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin dan bisa membanggakan
kedua orang tua, karena seringkali aku dibully, diremehkan dan dikucilkan. Aku
tidak tau sebab pasti mereka seperti itu terhadapku, entah itu disekolah atau
di masyarakat, bahkan ada beberapa guru juga berperilaku demekian terhadapku.
Akan tetapi, semangatku tidak pernah surut untuk bersekolah dan mengikuti
beberapa organisasi dan perlombaan, yaa walaupun disana aku srantal-sruntul
dewekan. Dari sana semangatku terus bertambah untuk membahagiakan kedua
orang tuaku.
Perlu teman-teman ketahui, disaat kelahiranku aku dinyatakan
secara medis dan negara dengan jenis kelamin perempuan, sejak SMP aku melakukan
pemeriksaan panjang dengan beberapa dokter, mulai dari dokter anak, dokter
umum, dokter kandungan di desa atau di kota, sampai dirujuk ke luar kota di
dokter kandungan spesialis kesuburan, Kenapa demikian? karena sampai SMA aku
tidak menunjukan tanda-tanda baligh layaknya perempuan pada umunya. Pada tahun
2019 di umurku yang ke-16 tahun, keluarlah hasil tes laboratorium, kemudian aku
dan kedua orang tuaku menyerahkan kepada dokter, dan dibacakan hasilnya “ibu..
bapak.. saya sampaikan sesuai hasil tes ini bahwa anak bapak dan ibu adalah
laki-laki. Disini kromosom anak ibu XY, yang menunjukan bahwa anak ibu-bapak
adalah laki-laki bukan perempuan”. Dimulai dari sana disampaikan bahwa aku
mempunyai kelainan hipospadia, yaitu kelainan pada bayi laki-laki, kelinan
letak lubang kencing dan juga disfungsi kelamin saat dewasa apabila tidak
dilakukan operasi.
Setelah itu, di lain waktu aku melakukan tes kromosom dengan
hasil yang kurang menurut dokter, lalu aku meminum obat hormon setiap hari dan
melakukan konsultasi berlanjut. Oleh karena itu, aku dipindahkan ke SMA lain
untuk memulai identitas baru dan mengajukan perubahan identitas secara negara
di pengadilan. Alhamdulillah allah masih sayang sama aku, banyak orang-orang
baik yang membantu meringankan beban orang tuaku. Ada yang memberikan baju, ada
yang memberikan pinjaman uang, ada yang membantu mengurus berkas-berkas
peralihan identitas, ada yang memberikan motivasi dan semangat untukku, ada
sodara jauh yang menawarkan untukku tempat tinggal dirumahnya, ada yang
mengajariku sholat atau ibadah sebagaimana laki-laki, dokter pun meng-gratiskan
biaya konsultasinya karena tau keadaan ekonomi keluargaku, sehingga orang tuaku
hanya membayar tes laboratorium dan obatnya saja.
Pada tahun 2021 aku lulus SMA, sebelum aku lulus timbul
keinginan melanjutkan ke jenjang universitas namun aku ragu, karena melihat
orang tua punya banyak hutang demi pengobatanku sedangkan jika aku kuliah
tentunya memerlukan uang yang tidak sedikit dan hal itu pastinya menambah beban
orang tuaku. Akupun mencari informasi tentang beasiswa dari guru BK, sosial
media, dan kenalan dari saudaraku. Akhirnya aku mendapat informasi beasiswa
full dari Universitas Gunadarma, aku mencoba daftar dan berharap bisa
melanjutkan pendidikan. Oh iya, aku juga mendaftar SNMPTN, namun hanya untuk
memenuhi perintah sekolah karena misalkan lolos tidak akan aku ambil karena
terkait biaya kuliah nantinya. Aku tidak mendaftar UTBK SBMPTN, kenapa?
Lagi-lagi terkait biaya, karena untuk mengikuti UTBK-nya saja harus memerlukan
ongkos dll, sedangkan aku tidak berani meminta uang ke orang tua untuk ongkos
tersebut. Jadi, aku memasrahkan ke satu pilihan yaitu Universitas Gunadarma,
seandainya lolos ya alhamdulillah, jika tidak lolos ya artinya aku harus cari
kerja.
Setelah menunggu beberapa bulan dan sudah melewati beberapa
tahap, akhirnya keluar pengumuman hasil seleksi dari Universitas
Gunadarma, Alhamdulillah aku diterima
sebagai penerima beasiswa Gunadarma. Setelah itu, aku mendaftar juga ke
pendaftaran Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK). Seleksi berkas lolos,
interview juga alhamdulillah lancar, dan akhirnya sampai dinyatakan sebagai
penerima KIPK di Universitas Gunadarma Fakultas Ilmu Kesehatan dan Farmasi,
dengan jurusan Farmasi.
Awal mula kenal Asrama YAPI
Aku tau
ada Beasiswa Asrama YAPI yaitu dari guru BK yang membimbingku dalam mendaftar
beasiswa Universitas Gunadarma. Kebetulan anaknya masuk ke salah satu asrama
YAPI yaitu Asrama Walisongo (AWS) yang beralamat jalan kompos no. 19 RT11/RW08,
Kel. Lenteng Agung, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 12630. Awalnya aku dikenalkan terlebih dahulu dengan anak beliau yaitu
Azhar Ridho, dari perkenalan tersebut, akupun mengobrol ringan dan mengajukan
beberapa pertanyaan terkait AWS ini. Sesampainya dirumah, aku sampaikan kepada
orang tua, awalnya orang tuaku ragu untuk mengizinkan mendaftar ke Asrama YAPI
karena takut anaknya dibully. Akan tetapi, setelah aku beri penjelasan lagi
bahwa mereka harus percaya anaknya ini mampu menghadapi segala konsekuensinya
nanti apabila tinggal di asrama. Setelah mendapat izin orang tua, aku langsung
memberi kabar kepada ka Azhar bahwa aku tertarik dan berniat untuk mendaftar,
kebetulan juga beliau yang diberi mandat untuk recruitment AWS. Akupun
melengkapi segala persyaratan berkas-berkas yang diminta dalam pendaftaran, dan
selanjutnya tahap intervieuw oleh ketua Asrama Walisongo. Di hari berikutnya
diumumkan hasil seleksi kemarin, Alhamdulillah aku diterima di Asrama Walisongo
dan dimohon segera datang dan mengikuti berbagai kegiatan di asrama.
Pada
tanggal 10 September 2021, aku berangkat dari Indramayu ke Jakarta menggunakan
motor bersama ka Azhar. Setelah sampai, saat pertamakali masuk gerbang terasa suasana/hawa
yang adem karena pohon tinggi yang lebat, kemudian tenang, ya walaupun dekat
dengan stasiun kereta tetapi terasa itu tenang dan aman. Di awal aku disambut
oleh ketua AWS waktu itu, yaitu ka Mahendra dan diantar ke kamar yang kosong.
Hari-hari berlalu tidak ada kendala yang dapat dikatakan mengganggu, aku masih
bisa belajar nyaman, tidur nyaman, dan teman-teman asrama yang dapat menerima
kehadiranku dengan baik. Aku mencoba beradaptasi dengan kegiatan asrama dan
lingkungan kota ini, yang tentunya berbeda dengan di desaku baik dari suasana
maupun sosial-budayanya.
Di setiap malam selalu terbenak dihati dan di doa’aku semoga
dengan merantau ini aku dapat menimba ilmu yang bermanfaat, semoga dengan
masuknya aku di asrama, bisa meringankan beban finansial orang tua agar mereka
bisa mengaangsur hutang dan menabung, karena aku sangat berharap bisa segera di
operasi. Jika Allah berkehendak aku memohon permudah dan perluaslah rizki
keluargaku agar aku dapat segera di operasi, dan jika ia tidak berkehendak
semoga ini bisa menjadi hujjah dan penolongku di akhirat kelak. Aamiin…
Setelah
1 bulan aku tinggal di AWS, aku mengajak 4 teman yang baru kukenal di satu
jurusan dan saat seleksi KIPK untuk masuk asrama juga bersamaku, yaitu ada
Wildan, Farhan, Akbar, dan Rofik. Ada satu kegiatan yang sampai saat ini
sedikit susah untuk aku ikuti, yaitu sholat subuh berjamaah (diawal waktu).
Semoga aku bisa lebih baik lagi dalam mengikuti berbagai kegiatan di asrama
ini. Sudah 3 kali aku berganti teman kamar, yang pertama dan yang kedua karena
dia mengundurkan diri, dan yang ketiga karena aku tidak nyaman dengan
kepribadian dan sifat orang tersebut. Jadi aku meminta untuk pindah kamar, dan
akhirnya sekarang aku sudah dikamar baru, namun sendirian. Akan tetapi,
menurutku ini lebih baik daripada sebelumnya. Aku sangat bersyukur dapat
tinggal di Asrama Wali Songo ini, karena biaya hidup di kota lumayan mahal dan
juga karena berada di lingkungan yang in sya Allah baik. Terimakasih kepada
para pendiri dan petinggi YAPI sudah mewadahi/menyediakan fasilitas untuk para
mahasiswa islam yang dari daerah seperti saya ini, sungguh bermanfaat dan
mulianya pekerjaanmu para pendiri dan petinggi YAPI khususnya yang sudah
mendaahului semoga amalmu diterima disisi Allah SWT. Aamiinn
Itulah sedikit
kisahku tentang salah satu asrama YAPI yaitu di Asrama Walisongo, tempat
tinggal yang aman, terjaga dari pergaulan yang tidak diinginkan, dan pastinya
tidak menjauhkan kita dari Allah SWT. Terimakasih telah berkenan membaca karya
anak-anak YAPI.
TENTANG PENULIS
Fadhil
Al Faiz biasa dipanggil Fadhil, lahir di Indramayu pada tanggal 20
September 2003. Ia merupakan putra dari pasangan Juhendi dan Maemunah Binti
Daryo, anak kedua dari 4 bersaudara. Menyelesaikan pendidikan dasar di MI
INFARUL GHOY, sekolah menengah pertama di SMPN 2 ANJATAN, dan sekolah menengah
atas di SMAN 1 ANJATAN (2018-2019) dilanjutkan di SMAN 1 JUNTINYUAT
(2020-2021). Saat ini sedang melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan
tinggi swasta yaitu Universitas Gunadarma, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Farmasi
(FKIF) di jurusan Farmasi angkatan tahun 2021.
Pengalaman
organisasi yang pernah diikuti Fadhil yaitu anggota PASKIBRAKA kec. Anjatan
tahun 2018. Anggota PASKIBRA SMAN 1 ANJATAN tahun 2018-2019. Anggota PASKIBRA
SMAN 1 JUNTINYUAT tahun 2020-2021. Anggota HIMAFARSI tahun 2021-sekarang.
Pengurus AWS tahun 2022, divisi PSDM.
Menulis bukanlah sebuah hal yang baru menurutnya, karena
terbiasa menulis di buku dairy miliknya dan dibaca oleh dirinya sendiri. Akan
tetapi, menulis untuk dibukukan dan dibaca oleh orang lain merupakan sebuah hal
yang baru dan juga besar baginya. Semoga dari awal yang baik ini dapat
melahirkan sebuah manfaat dan juga karya-karya lainnya.
Langkahku Menjadi
Anak Kota di Asrama
Oleh : Farhan Firdaus
Namaku Farhan Firdaus seorang pemuda yang
berasal dari Cianjur, Jawa Barat yang saat ini sedang menempuh pendidikan di
kota Depok. Saat ini aku sedang menempuh
pendidikan ku di Universitas Gunadarma dengan mengambil jurusan Farmasi. Dan
saat ini merupakan tahun pertama diriku menjadi seorang mahasiswa. Saat
memutuskan berkuliah di Kotak yang jauh dari rumah tentu saja ada kekhawatiran
akan tempat tinggal nantinya saat di perantauan. Selain kekhawatiran akan
lingkungan yang nantinya akan ditinggali tentu saja kekhawatiran utama yang
lainnya ialah persoalan biaya. Seperti yang
aku ketahui bahwa, ketika hidup di kota
besar membutuhkan biaya yang tidak sedikit termasuk biaya tempat
tinggal, biaya makan dan biaya lainnya yang dibutuhkan untuk sehari-hari.
Sebelum dimulai perkuliahan aku dan keluargaku dibingungkan
oleh bagaimana biaya yang harus dikeluarkan untuk tempat tinggal dan
biaya-biaya lainnya saat aku merantau nanti. Disaat dilanda kebingungan
karena adanya kendala biaya, datanglah temanku memberikan informasi bahwa
ada sebuah asrama yang memberikan beasiswa gratis untuk tempat tinggal bahkan
asrama tersebut memberikan beasiswa untuk makan juga. Setelah mendapatkan informasi tersebut
akhirnya aku mencari-cari informasi mengenai asrama tersebut dan apa saja
syarat-syaratnya untuk mendaftar di asrama tersebut. Asrama tersebut ialah
asrama mahasiswa Islam Walisongo. Asrama
tersebut merupakan salah satu asrama yang dinaungi oleh Yayasan Asrama Pelajar
Islam atau YAPI. Setelah mendapatkan informasi yang jelas dan informasi yang
saya dapatkan tak perlu menunggu waktu yang lama akhirnya aku mendaftarkan diri
ke asrama Walisongo. Aku mendaftarkan
diri dengan mengisi formulir dan mengisi berkas-berkas yang dibutuhkan, setelah itu aku menunggu pengumuman
selanjutnya apakah aku lulus ke tahap wawancara atau tidak.
Setelah menunggu beberapa waktu akhirnya aku mendapatkan pengumuman bahwa
aku lolos dan akan melakukan tes selanjutnya ialah tes wawancara.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba ialah hari dimana Aku akan melakukan tes
wawancara. Pada saat wawancara Aku diminta menjelaskan
mengenai diriku dan aku juga dimintai pendapat mengenai pandangan pandangan
mengenai isu sosial yang sedang terjadi
dan aku juga diberikan
pertanyaan-pertanyaan umum mengenai agama Islam dan yang terakhir aku diminta
membaca Alquran. Setelah melakukan
wawancara rasa lega muncul tetapi ada rasa
khawatir yang aku rasakan. Aku
merasa khawatir Akankah aku tidak diterima di asrama tersebut. Setelah menunggu beberapa hari Akhirnya hari
pengaruh pengumuman pun tiba dan Alhamdulillah aku lolos sebagai warga percobaan di asrama Walisongo. Setelah Pengumuman itu aku diminta untuk
segera berangkat ke asrama secepatnya.
Hari minggu pagi, aku
diantar oleh ayahku pergi ke tempat perantauan, pergi ke tempat yang jauh dari
rumah yaitu asrama Wali Songo. Ketika berpamitan dengan keluargaku ada rasa
sedih karena Ini pertama kalinya aku jauh dari keluarga.
Sesampainya di asrama Walisongo aku disambut oleh ketua asrama Walisongo,
dan ketua asrama tersebut menjelaskan beberapa hal penting kepada diriku dan
ayahku mengenai asrama. Tak terasa akhirnya Ayahku berpamitan untuk pulang yang
artinya ialah bahwa aku sekarang resmi tinggal jauh dari orangtua dan keluarga.
Sesampainya di asrama Aku diantar kan oleh ketua asrama dan beberapa warga
asrama pergi ke kamarku. Aku mendapatkan
kamar di lantai 2. Dan inilah kehidupan asramaku dimulai.
Ketika mendengar kata
asrama Islam, di pikiranku ialah akan seperti pesantren-pesantren. Karena itulah timbul rasa ketakutan pada diriku.
aku takut apakah aku bisa menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada di asrama
ini dengan baik atau aku hanya akan membawa masalah di asrama ini. Dan nyatanya
aslinya tidak seseram dugaanku. Kehidupan di asrama justru tidak sama seperti
kehidupan di pesantren di asrama ini kita memang diwajibkan untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan untuk mengasah kemampuan kita. kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya berfokus
kepada kegiatan Islami saja tetapi kepada kegiatan-kegiatan yang memang
dibutuhkan untuk kita sebagai mahasiswa dan calon-calon penerus bangsa di masa
depan. Memang ada perbedaan ketika
diriku hidup di rumah dan di asrama.
selepas salat subuh ketika aku di rumah aku kembali tidur menunggu waktu kuliah tetapi
ketika aku berada di asrama aku disibukkan oleh kegiatan pagi, diantaranya
ialah salat berjamaah membaca Alquran
dan yang lain-lain. Kegiatan lainnya pun sangat-sangat bermanfaat untuk seorang
mahasiswa di antaranya ialah adanya mentoring
mentoring mengenai kewirausahaan pendidikan dan leadership.
Banyaknya kegiatan
tersebut ditujukan agar mahasiswa dibekali dengan Kemampuan-kemampuan lain di
luar dari ilmu yang didapatkan dari kampus. Di asrama ini sendiri aku
mendapatkan pengalaman pengalaman yang sebelumnya belum saya dapatkan. Saya belajar berorganisasi, belajar public
speaking, dan saya juga belajar mengenai pentingnya agama diatas segalanya. Dan
siapa sangka dengan banyaknya kegiatan-kegiatan ini semua warga-warga yang ada
di asrama ini tidak dipungut biaya sama sekali melainkan hanya dipungut biaya
untuk biaya operasional asrama yang
tidak ditanggung oleh Yayasan.
Setelah 6 bulan tinggal
di asrama ini aku mendapatkan banyak sekali pengalaman pengalaman yang dapat
membantu diriku di masa depan. Di waktu
6 bulan ini saya belajar mengenai organisasi. Saya Berkesempatan menjadi ketua
pelaksana acara penting asrama tiap tahunnya yaitu KTT. Karena kesempatan yang diberikan itu saya
jadi belajar mengenai berorganisasi seperti itu seperti apa, banyak hal-hal yang saya dapatkan setelah
menjadi ketua pelaksana KTT ini. selain
menjadi ketua pelaksana untuk KTT, aku juga
diberikan amanah untuk menjadi bagian pengurus inti asrama. Saat ini saya
menjabat sebagai sekretaris 1 di asrama Walisongo. Semoga saya dapat mengemban
amanah ini dengan baik sampai akhir masa periode kepengurusan nanti.
Aku sangat bersyukur
sekali dapat tinggal dan dapat menjadi bagian dari asrama YAPI. Karena dengan tinggalnya aku disini selain
meringankan beban biaya, Aku juga mendapatkan pembekalan pembekalan yang sangat
sangat bermanfaat bagi diriku sendiri. Semoga dengan pembekalan pembekalan yang
jadi kudapatkan dari asrama ini dapat
bermanfaat bagi diriku, dan orang lain di masa depan. Terima kasih saya
ucapkan kepada YAPI yang telah menerima saya sebagai salah satu warganya yang
telah membantu saya meringankan biaya saya di perantauan ini. Semoga saya bisa
memberikan feedback yang baik nantinya untuk asrama YAPI.
Tentang Penulis
Farhan Firdaus atau yang biasa dipanggil dengan sebutan aran ini
merupakan mahasiswa tingkat 1 jurusan farmasi di Universitas Gunadarma.
Farhan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Farhan berasal dari
Cianjur Jawa Barat yang memiliki hobi nonton Series dan membaca cerita fiksi.
Farhan memiliki cita-cita untuk membuat brand di bidang farmasi.
Farhan juga mempunyai cita-cita ingin membentuk sebuah yayasan yang dapat
membantu orang-orang yang membutuhkan dan berfokus kepada lansia.
Mahasiswa Islam Membutuhkan Asrama Sunan Giri
Oleh : Farid Hamdani
BIAYA pendidikan makin
mahal. Bahkan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sekalipun, yang dulu menjadi
andalan pendidikan yang murah dan bermutu. Lebih-lebih lagi di beberapa PTN
yang diubah statusnya menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN), mereka harus
mencari sumber pembiayaan alternatif. Selain hasil kerja sama dengan industri,
tentu saja biaya pendidikan dari mahasiswa akan dinaikkan seiring dengan
berkurangnya subsidi dari pemerintah. Pendidikan adalah investasi
terbesar dari suatu bangsa, bangsa mana yang mengabaikannya akan menuai bencana
di masa datang, apalagi di era persaingan bebas seperti sekarang ini. Fasilitas
hidup mahasiswa sebenarnya secara teoretis ada beberapa cara untuk meringankan
beban perguruan tinggi dan mahasiswa. Kemungkinan lain adalah,
pemerintah pusat maupun daerah dapat meringankan beban mahasiswa dengan
mengupayakan fasilitas hidup mahasiswa seperti makan, komputer, buku, dan
tempat tinggal dengan biaya hidup terjangkau.
Tempat tinggal bisa
jadi merupakan salah satu komponen terbesar pengeluaran mahasiswa setelah
makan. Di daerah Rawamangun, salah satu daerah kost terdekat dengan kampus UNJ,
biaya kost berkisar antara 500 ribu sampai dengan 1 juta ribu rupiah per kamar.
Itu berarti rata-rata pengeluaran per bulan termasuk dengan SPP berkisar antara
1,5 juta rupiah, belum termasuk makan. Jika makan menghabiskan biaya 10.000
rupiah per hari tentunya per bulan dibutuhkan biaya 300.000 rupiah, sehingga
total biaya hidup dapat mendekati 2 juta rupiah per bulan. Untuk orang tua
berpenghasilan lebih dari 3 juta rupiah per bulan barangkali masalah ini dapat
dipecahkan, namun untuk orang tua yang penghasilannya jauh lebih rendah
tentunya ini akan menjadi masalah besar. Belum lagi pada umumnya kost harus
dibayar di muka untuk satu tahun. Sang mahasiswa barangkali harus bekerja
sampingan seperti memberi les tambahan bagi siswa/siswi SMU untuk dapat
menutupi biaya hidup tersebut. Namun harus diakui bahwa tidak semua mahasiswa mampu
membagi waktu dengan baik di tengah tingginya tuntutan selesai kuliah tepat
waktu.
Padahal, masa-masa
kuliah adalah juga masa paling baik bagi mahasiswa untuk berinteraksi dengan
lingkungan seperti aktivitas kampus atau kemasyarakatan. Seorang sarjana tidak
hanya membutuhkan Indeks Prestasi (IP) yang tinggi namun juga kecakapan
berkomunikasi di dunia kerja kelak. Asrama mahasiswa untuk mengatasi tingginya
biaya kost, sejak lama didirikan asrama-asrama mahasiswa. Di Kota Jakarta,
hampir setiap PTN memiliki asrama mahasiswa.
Terdapat juga
asrama-asrama mahasiswa yang dibiayai oleh pemda-pemda dari provinsi lain yang
putra-putrinya banyak menuntut ilmu di Jakarta, misalnya Asrama Lampung, Asrama
Papua, dan lain sebagainya. Namun seiring dengan makin beratnya biaya
operasional yang harus ditanggung oleh perguruan tinggi, subsidi ke asrama juga
makin berkurang. Sebagai akibatnya ada dua kemungkinan: jumlah asrama dikurangi
atau uang sewa dinaikkan. Jalan keluarnya, asrama
mahasiswa harus bisa dikelola secara swadaya. Artinya, tidak menggantungkan
diri kepada subsidi namun juga tidak berorientasi keuntungan (profit oriented)
belaka. Salah satu contoh asrama yang berhasil mengembangkan pola pengelolaan
secara swadaya adalah Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri. Didirikan pada tahun
1962 dan dikelola sendiri sejak oleh
para mahasiswa Islam yang menjadi penghuni di sana, asrama ini memiliki
unit-unit usaha sendiri seperti kantin asrama dan di saat yang sama menekan
biaya sewa kamar hingga 80% dibanding sewa kamar kost.
Selain murah, sistem
asrama swakelola dan swadaya seperti ini juga dapat melatih mahasiswa
berorganisasi langsung dalam kehidupan nyata. Mereka harus memikirkan gaji
bapak-bapak karyawan lengkap dengan kondisi keluarga mereka masing-masing (dan para
karyawan pun tidak sedikit berkontribusi bagi kelangsungan hidup asrama),
menjaga agar kantin berjalan lancar, bagaimana menyisihkan anggaran untuk
perawatan asrama, menjaga hubungan baik dengan lingkungan masyarakat sekitar,
dan yang terpenting juga bagaimana menjalankan roda kehidupan asrama
berpenghuni paling banyak 40 mahasiswa ini. 40 orang mahasiswa yang datang
hampir dari seluruh pelosok Indonesia dengan membawa karakteristiknya (suku,
budaya, bahasa, agama) masing-masing, tentu harus mampu saling mengenal dan
beradaptasi.
Farid Hamdani, merupakan putra keenam dari
pasangan Samingun (Alm) dan Setyo Ningsih. Ia merupakan pemuda kelahiran
Mataram, Kec. Gading Rejo, Kab. Pringsewu, Prov. Lampung pada tanggal 18
Oktober 2000. Ia menyelesaikan 12 tahun bersekolah di SD Negeri 1 Mataram, SMP
Negeri 3 Gading Rejo, SMK Negeri 4 Tangerang Selatan dan sekarang sedang
menempuh pendidikan di Universitas Negeri Jakarta dengan Progam Studi S1
Pendidikan Vokasional Konstruksi Bangunan.
Sejak pendidikan
menengah dia sudah menonjolkan keahlian dalam bidang paskibra terbukti dia
beberapa kali memenangkan lomba paskibra ditingkat provinsi Lampung mulai dari
kelas 2 SMP sampai kelas 3 SMP dan pada jenjang SMK dia juga beberapa kali
memenangkan lomba Tata Upacara Bendera pada tingkat kabupaten dan provinsi. Sekarang
di jenjang pendidikan tinggi dia juga masuk kedalam Korps PASKIBRA UNJ untuk
mengibarkan bendera merah putih dalam acara memperingati hari besar.
Anugerah dari Tuhan itu Nyata
Oleh: Ihsan Hijria
Putra
Saya terlahir dari keluarga dengan
semangat melanjutkan pendidikan yang tinggi, ayah saya merupakan seorang
sarjana dan ibu saya merupakan lulusan SMA. Benteng terbesar antara kami dengan
pendidikan adalah biaya, sehingga untuk melanjutkan pendidikan kami harus
mencari dan mendapatkan beasiswa. Ayah saya merupakan seorang wiraswasta dan
ibu bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Pada tahun-tahun itu pekerjaan ayah
saya sedang tidak stabil bahkan ayah sampai menjadi pengumpul pasir dan batu di
sungai untuk menghidupi keluarganya. Jangankan untuk biaya melanjutkan
pendidikan anak-anaknya, untuk makan sehari-hari saja seringkali kesulitan.
Syukur Alhamdulillah saya lulus masuk perguruan tinggi yang saya inginkan
dengan beasiswa Bidikmisi melalui jalur undangan, beasiswa untuk calon mahasiswa
yang berprestasi dari segi akademik namun kurang mampu dari segi ekonomi. Saya
lulus SNMPTN di Universitas Negeri Jakarta dengan Program studi pilihan pertama
saya yaitu S1 Pendidikan Fisika. Kampus negeri terbaik yang berada di DKI
Jakarta, disinilah lembaran kisah baru saya dimulai.
Pada tanggal 29 April 2017 saya
berangkat dari Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan di Jakarta. 30 April
2017 saya tiba di Bandara Soekarno-Hatta bersama abang sepupu saya dan kami
langsung menuju ke rumah kakak ayah saya di Depok, Jawa Barat. 2 bulan saya
tinggal di Depok, saya pindah ke Tangerang kerumah kakak ibu saya sampai pada
akhirnya pindah dan kuliah di Jakarta. Di Depok dan di Tangerang saya disambut
hangat oleh saudara-saudara saya dan saya pun tinggal disana untuk sementara
waktu. Saya pun dibantu oleh saudara saya dalam proses pendaftaran ulang
mahasiswa baru. Memang tidak ada niatan dari awal untuk tinggal di rumah
saudara sehingga saya berniat untuk tinggal dan mendaftar di asrama mahasiswa
Bidikmisi di kampus B UNJ. Meskipun hanya untuk 1 tahun pertama saja, saya
tetap mendaftar disana dengan iuran per bulannya yaitu Rp 150.000. Nominal yang
terbilang sangat murah untuk tempat tinggal yang berada di ibukota. Saya sudah
dinyatakan diterima di asrama tersebut dan hanya tinggal mengangkut barang
saja.
Namun pada satu satu waktu rencana
itupun berubah, pada saat sosialisasi Bidikmisi di kampus ada kakak senior yang
membagikan brosur berisi informasi tentang sebuah asrama yaitu Asrama Mahasiswa
Islam Sunan Giri. Saya terkejut melihat informasi yang ada di brosur tersebut,
asrama tersebut menawarkan fasilitas yang banyak dengan iuran perbulannya yang
bisa dikatakan tidak sebanding alias sangat murah. Dengan hanya Rp
325.000/bulan saja penghuninya bisa mendapatkan tempat tinggal, makan 3x
sehari, wifi, fasilitas olahraga serta kegiatan pengembangan diri. Setelah saya
membaca secara keseluruhan dan searching di Google tentang asrama tersebut,
saya pun mendiskusikan dan menanyai pendapat keluarga saya tentang asrama ini
dan mereka pun setuju jika saya tinggal disana. Namun untuk masuk asrama
tersebut harus melewati 4 tahapan seleksi yang cukup ketat dikarenakan harga
murah dan fasilitas yang ditawarkan membuat banyaknya mahasiswa yang mendaftar
disana. Seleksi berkas, tes tulis, tes fisik dan wawancara adalah rangkaian
seleksinya. Pada saat itu saya dihadapkan dengan 2 pilhan yaitu memilih asrama
Bidikmisi yang sudah dinyatakan diterima atau Asrama Sunan Giri yang masih
harus melewati tahapan seleksi, dengan keteguhan hati dan dukungan dari
keluarga akhirnya saya memutuskan untuk memilih Asrama Sunan Giri meskipun
belum dinyatakan diterima.
Pada 26 September 2017 saya datang ke
Asrama Sunan Giri untuk menyerahkan berkas dan mulai tinggal disana dengan
status warga tamu. Warga tamu adalah warga yang tinggal di asrama dengan jangka
waktu tertentu selama mengikuti proses penerimaan warga baru asrama tersebut.
Disana saya mulai dikenali dan bertemu dengan para penghuni asrama maupun
sesama peserta seleksi masuk asrama. Mereka berasal dari berbagai daerah di
Nusantara dari Timur sampai dengan Barat Indonesia, ada yang dari Maluku,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Pekanbaru, Jawa, Banten, Bogor,
Sulawesi, NTB, Lampung dan lainnya. Hal ini dikarenakan asrama tersebut
merupakan asrama yang dikhususkan untuk mahasiswa Islam yang berasal dari
domisili luar provinsi DKI Jakarta kecuali Kepulauan Seribu sehinga tidak heran
jika penghuninya merupakan mahasiswa yang berasal dari daerah. Pada akhirnya
saya selesai mengikuti rangkaian seleksi penerimaan warga baru asrama dan
dinyatakan diterima di asrama tersebut sebagai peserta dengan nilai seleksi
tertinggi. Sejak saat itulah Asrama Sunan Giri mulai menjadi bagian dari kisah
perjalanan hidup saya.
Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri atau
yang biasa disebut Asrama Sunan Giri atau ASG merupakan asrama pengkaderan
mahasiswa Islam untuk dipersiapkan menjadi pemimpin-pemimpin umat di masa depan
dengan proses dan program yang ada di dalamnya. ASG mempunyai 3 tahapan
pengaderan yaitu warga percobaan, pengurus asrama dan warga senior. Dimulai
dari warga percobaan, pada saat saya menjadi warga percobaan saya dikenali
dengan lingkungan dan kegiatan-kegiatan yang ada di asrama. Selain menjadi
peserta kegiatan tersebut saya juga menjadi panitia penyelenggara kegiatan.
Tahapan-tahapan yang saya lalui selama menjadi warga percobaan yaitu ORGAN
(Orientasi Warga Percobaan), Perkenalan, Mandataris dan Makalah Ilmiah. Semua
itu saya lalui kurang lebih selama 2 tahun. Menjadi warga percobaaan merupakan
saat-saat dimana saya digembleng untuk menjadi pribadi yang kuat dan memiliki
kompetensi diberbagai bidang. ORGAN merupakan kegiatan orientasi atau
perkenalan asrama dan lingkungan asrama kepada warga percobaan yang telah
dinyatakan lolos pada tahap seleksi. ORGAN berlangsung selama 3 hari, hal yang
paling berkesan bagi saya ketika ORGAN adalah melakukan Public Speaking dan
berwirausaha (menjual roti) di Monas. Berikutnya adalah Perkenalan, Perkenalan
merupakan tahap pengaderan warga percobaan dalam mengenal lebih dalam karakter
civitas asrama dan lingkungannya, selain itu pada tahap ini warga yang
melakukan perkenalan dituntut untuk tidak malu dalam melakukan sesuatu yang
tidak menyalahi aturan. Hal yang paling berkesan adalah saya dilatih untuk
tidak menjadi pribadi yang Jaim (Jaga Image) yang berlebihan. Tahap berikutnya
adalah mandataris, mandatarais adalah tahap dimana warga percobaan diberikan
amanah untuk membantu mensukseskan program kerja dari satu Biro (pengurus) dan
melatih kemampuan memimipin maupun memanage kepanitiaan.
Saya mendapatkan mandat untuk
mensukseskan program kerja dari Biro Seni, Bahasa dan Kreativitas Diri dengan
Kanda Purwo Besari sebagai bironya. Pelajaran yang dapat saya ambil pada tahap
ini adalah lebih cerdas dalam memanage sesuatu dan menjadi pribadi yang dapat
berkomunikasi dengan baik dengan pemimipin dan orang yang kita pimpin. Setelah
menyelesaikan mandat, mandataris wajib melaporkannya dalam forum resmi
Presentasi laporan pertanggungjawaban mandataris. Pada saat itu presentasi saya
dilakukan sebanyak 2x dikarenakan pada presntasi pertama terdapat masalah pada
bagian lampiran LPJnya. Tahap berikutnya adalah tahap Makalah Ilmiah, Makalah
Ilmiah adalah tahapan pengaderan dalam membuat karya tulis yang hampir sama
sistem dan susunannya dengan skripsi di kampus. Pada tahap ini saya membuat
makalah dengan judul “Persepsi Mahasiswa Pendidikan Fisika UNJ terhadap Mata
Kuliah Praktikum Fisika Dasar II” dengan pembimbing makalah Kanda Abdul Rahman
dan Kanda Ronaldo Ahmad Sidik. Pelajaran yang dapat saya ambil adalah dapat
menulis dan mempresntasikan karya ilmiah dengan baik dan mendapatkan gambaran
tentang skirpsi dan sidang skripsi di kampus.
Setelah menyelesaikan tahapan
pengaderan sebagai warga percobaan, saya dilantik menjadi pengurus asrama
karena telah dinyatakan layak pada tahap Fit and Proper Test Pengurus Asrama.
Saya dilantik pada bulan Januari 2020 sebagai Bendahara Asrama Sunan Giri pada
kepengurusan Kabinet Visioner. Pada tahun selanjutnya saya terpilih menjadi
Ketua asrama periode 2021 pada Rapat Tahunan Warga pada bulan Desember 2020
melalui mekanisme voting. Saya membentuk kepengurusan dengan nama Kabinet
Nukleon, sebuah istilah dalam ilmu fisika dengan filosofi, visi dan misi
sebagai berikut:
Filosofi
Nama Kabinet:
KBBI: Nukleon adalah partikel pembentuk
inti atom (yaitu proton atau neutron).
Nukleon adalah suatu nama kolektif yang
digunakan untuk merujuk pada neutron dan proton dalam fisika. Kedua partikel
ini merupakan partikel penyusun inti atom. Hubungannya dengan kabinet ini
adalah kabinet ini yang dijalankan oleh pengurus merupakan inti dari asrama,
arah kegiatan dan kehidupan asrama tergantung pada kebijakan dari pengurus
AMI-SG sesuai dengan AD/ART dan kompetensi warga asrama YAPI.
Dimana partikel inti atom yang terdiri
dari proton yang bermuatan positif dan neutron yang tidak bermuatan (netral)
merepresentasikan pengurus itu sendiri dimana diharapkan pengurus dalam kabinet
ini memiliki sikap positif sehingga dapat menjadi contoh bagi warga asrama
lainnya dan netral dari sikap negatif.
Visi:
Mewujudkan AMI-SG sebagai asrama
pengaderan yang unggul dalam mempersiapkan calon pemimpin yang berakhlakul
karimah dan berintelektual serta sebagai pusat pengembangan diri.
Misi:
- Membentuk karakter dan jati diri
seorang pemimipin yang bernafaskan islam dan mempunyai intelektualitas
dalam bertindak
- Mengadakan program-program
unggulan di bidang pengaderan, kepemimpinan, keislaman, akademik,
kreativitas dan kewirausahaan sesuai dengan kompetensi warga asrama YAPI
- Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
yang dapat mengembangkan diri warga AMI-SG.
Menjadi seorang ketua asrama adalah
tugas yang berat dan mulia bagi saya, saya harus dapat memanage diri sendiri,
asrama dan seluruh warganya. Saya dibantu oleh 13 orang pengurus dalam kabinet
kami. Merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang
kami buat adalah kegiatan yang kami lakukan demi tercapainya visi dan misi
Kabinet. Banyak pengalaman yang saya dapatkan ketika menjadi ketua asrama,
mulai dari bagaimana cara memimpin, menghadapi orang yang tidak sepaham,
berkomunikasi dengan orang yang memiliki kebutuhan tertentu dan banyak lagi
lainnya. Saya bersyukur diberikan kesempatan untuk memimpin asrama ini dari
awal hingga akhir selama satu periode kepengurusan, pengalaman yang tidak dapat
dirasakan oleh semua orang di asrama.
Pada Rapat Tahunan Warga nerikutnya
yaitu pada bulan Desember 2021, kami Kabinet Nukleon resmi lenger dari kursi
jabatan kepengurusan asrama dan saya mulai dari situ menjadi seorang Warga
Senior. Warga Senior adalah warga asrama yang telah selesai melaksanakan
amanahnya sebagai seorang pengurus dan dibentuk untuk bisa mempersiapkan
kehidupan pribadinya pasca keluar dari asrama. Selain itu, secara tidak
tertulis warga senior juga bertugas mengawasi kinerja dari pengurus asrama agar
keseimbangan di asrama dapat terjaga. Sampai dengan tulisan ini dibuat yaitu
pada bulan April 2022 saya masih menjadi seorang warga senior.
Setelah keluar dari asrama, saya
berencana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi merupakan cara yang saya
yakini untuk bisa memperbaiki kualitas hidup saya dan keluarga saya. Perbaikan
tersebut dapat lebih mudah dilakukan jika saya menyandang gelar magister karena
lebih banyak peluang pekerjaan yang bisa saya dapatkan untuk dapat meniti
karier disamping kompetensi lebih yang dimiliki oleh seorang magister daripada
seorang sarjana pada umumnya. Jika saya telah menyelesaikan pendidikan
magister, saya berencana untuk memulai karier saya dalam ruang lingkup
pendidikan tinggi. Saya berniat untuk menjadi seorang dosen di bidang
pendidikan fisika.
Dosen merupakan pendidik yang mempunyai
dampak yang lebih besar diantara pendidik lain sebagai contoh adalah guru.
Dosen menyiapkan/membekali guru untuk dapat mengajari siswanya dengan baik dan
benar. Tanggung jawabnya begitu besar sehingga saya sadari menjadi seorang
dosen bukanlah pekerjaan mudah, untuk itu saya harus bersungguh-sungguh ketika
menjalani perkuliahan magister dan menerapkan semua ilmu yang di dapat ketika
menjadi seorang dosen nantinya. Disisi lain, setelah saya mendapatkan gelar
magister saya akan berusaha untuk melanjutkan pendidikan saya ke jenjang doktor
untuk dapat mendalami ilmu saya sebagai seorang dosen. Semoga semua itu dapat
terwujud dengan bantuan Allah SWT. Aamiin.
Di akhir tulisan ini, saya sangat
bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga besar Asrama Sunan Giri, asrama
yang sudah beridiri sejak tahun 1962 ini telah melahirkan pemimpin-pemimpin umat
yang dulunya berasal dari daerah dengan berbagai keterbatasan bisa sukses dalam
meraih cita-citanya. Asrama yang menjadi tempat tinggal yang bukan hanya
sebatas tempat tinggal. Saya doakan semoga para pendiri asrama senantiasa
diberikan balasan kebaikan atas jerih payahnya mendirikan asrama ini karena
asrama ini merupakan Anugerah dari Tuhan yang nyata.
Ihsan Hijria Putra, S.Pd. lahir pada tanggal 15 Mei 1998 di
Jakarta. Anak dari pasangan Ir. Gindarsyah dan Siti Aminah ini merupakan anak
ke 3 dari 4 bersaudara. Penulis berasal
dan dibesarkan di Samadua, Aceh Selatan. Ihsan merupakan alumnus SMAN Unggul
Aceh Selatan dan lulus pada tahun 2017.
Pada tahun yang sama penulis mendaftar
di UNJ jalur SNMPTN dengan program studi yang saat ini dijalani. Dibangku
kuliah, penulis pernah menjadi asisten Praktikum Fisika Dasar 1, guru PKM di
SMAN 109 Jakarta dan aktif berorganisasi di dalam maupun di luar kampus.
Diantara organiasi yang pernah Ihsan ikuti adalah Badan Legislatif Mahasiswa
Pendidikan Fisika sebagai ketua umum pada tahun 2019, koordinator Bidikmisi
Pendidikan Fisika angkatan 2017, ketua komisi I Badan Legislatif Mahasiswa
Pendidikan Fisika, ketua komisi I Badan Perwakilan Mahasiswa FMIPA 2020 dan
beberapa kepanitiaan lainnya seperti Ketua KPU Pendidikan Fisika 2018 dan ketua
pelaksana Seminar Legislatif FMIPA UNJ Tingkat Nasional pada tahun 2019.
Di samping itu Ihsan juga pernah
menjadi Voice Over pada Seminar
Nasional Fisika UNJ pada tahun 2020, panitia Science and Mathematics International Conference (SMIC) FMIPA UNJ
pada tahun 2020 dan menjadi presenter pada International
Conference on Research and Learning Physics (ICRLP) UNP tahun 2021. Selain
organisasi intra kampus, Ihsan juga aktif pada organisasi ekstra kampus seperti
Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri pada tahun 2021 sebagai ketua umum, Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FMIPA-FIK UNJ dan Aceh Rawamangun Youth and Students Association selaku Bendahara.
Selain itu, Ihsan juga pernah menjadi kapten tim Futsal Rumpun Fisika (Physport
FC) dan membawanya meraih juara 1 Dekan Cup FMIPA UNJ Tahun 2021. Sambil
menjalani perkuliahan, penulis juga aktif mengajar privat dan bimbel di
Primagama Rawamangun mata pelajaran Fisika, IPA dan Matematika untuk siswa SD,
SMP maupun SMA.
Dari Maluku Ujung Timur Indonesia Ke Ibukota Jakarta
Oleh: Ikram Kelrey
“Hanya anak kampung yang terlahir dengan takdir
miskin, merantau adalah salah satu alasan meninggalkan keluarga demi mencapai
mimpi yang masih terbayangkan”
Ketika disuruh menulis, saya tidak bisa membayakangkan
dan merangkai kata demi kata untuk menghasilkan sebuah kalimat dan kemudian
menjadi satu paragraf untuk menjadi sebuah karya tulis. Menulis memanglah salah
satu karya abadi yang tidak hilang dari sejarah, seperti yang dikatakan oleh
Pramoedya Ananta Toer, “orang
boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang
di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk
keabadian”. Jika membaca dari sejarah-seajarah tentang Pramoedya, saya sangat
mengagumi beliau dengan karya-karya yang disampaikan lewat tulisan-tulisannya.
Untuk itu, saya akan
menceritakan tentang derap langkahku di Asrama YAPI. Asrama YAPI atau Yayasan
Asrama Pelajar Islam adalah salah satu Yayasan yang berdiri pada tahun 1952
diprakarsai oleh Bapak Muhammad Natsir (Perdana Menteri Republik Indonesia).
Dengan hadirnya YAPI untuk bagaimana agar Mahasiswa Islam dan Pelajar Islam
dapat berkumpul untuk belajar dan berjuang demi mencapai cita-cita bersama.
Memutuskan untuk
merantau ke Jakarta bukanlah salah satu hal yang gampang, melalui berbagai
pertimbangan dan diskusi dengan keluarga hingga akhirnya ke Jakarta. Mungkin
bagi sebagian orang merantau ke Jakarta adalah salah satu privilege
(keistemewaan) tersendiri, apalagi dengan berbagai pandangan tentang Jakarta.
Orang memandang Jakarta dengan kacamata sosial yang berbeda-beda, indahnya
Jakarta dengan gedung-gedung megah dan tinggi hingga membuat orang merasa
tertarik dan terpesona. Padahal, mereka hanya terjebak dengan harapannya.
Jakarta tak seindah yang dipandang, kehidupannya sangat “keras”.
Melanjutkan jenjang
Pendidikan Strata Satu (S1) di Jakarta menjadi kebanggan tersendiri, apalagi
sebagai seorang anak kampung dari ujung Timur Indonesia. Sebab, semua orang
tidak punya kesempatan yang sama untuk melanjutkan kuliah sampai di Jakarta,
bahkan keinginananya untuk ke Jakarta saja belum tercapai, sangat bersyukur
karena masih termasuk dalam oramg-orang yang masih punya kesempatan untuk
melanjutkan kuliah.
Kemudian melanjutkan
dari apa yang telah saya ceritakan di atas, ketika pertama kali tiba di
Jakarta, saya kemudian mendaftar di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia
(UNUSIA), salah satu kampus NU yang terletak di Menteng, Jakarta Pusat. Menempuh
kuliah di UNUSIA dengan mengambil Program Studi Sosiologi pada Fakultas Ilmu
Sosial, menjelang semester 3 (tiga) saya kemudian memutuskan untuk tinggal di
Asrama Sunan Gunung Jati yang berlokasi di Matraman, Jakarta Timur. Sebelumnya
pernah tinggal bersama Kakak saya di
Kost-kostan yang tidak begitu jauh dari Asrama juga. Bagi saya, keputusan untuk
tinggal di Asrama meruaakan salah satu pembelajaran sebagai seorang mahasiswa
perantauan, tentu dari sisi ekonomi akan sedikit mengurangi pengeluaran, pengeluaran
dalam hal ini ialah untuk pembayaran Kost ataupun Kontrakan.
Selain daripada itu,
tinggal di Asrama adalah untuk bagaimana membentuk karakter saya. Tentu dari
interaksi sosial dengan orang lain, apalagi Asrama Sunan Gunung Jati bukan
hanya di tempati oleh mahasiswa dari satu daerah saja, banyak
mahasiswa-mahasiswa dari berbagai daerah yang menempati Asrama sebagai ajang
untuk menutut ilmu. Selain itu, tujuan utama dari Asrama yang di bawah naungan
Yayasan Asrama Pelajar Islam (YAPI) adalah untuk membentuk dan mendidik
kader-kader calon pemimpin bangsa masa depan. Intinya, sangat bersyukur bisa
bergabung bersama keluarga besar YAPI, dari sini saya banyak mendapatkan
motivasi-motivasi, pengetahuan baru yang kemudian sutau hari bisa diamalkan
kepada nusa dan bangsa.
Biodata Penulis:
Namaku Ikram Kelrey, Tempat, Tanggal Lahir Maluku, Seram Bagian Timur 29 April 1998. Bulan ke empat tahun 1998, hari ke 29 di bulan April. Lahirnya seorang anak bungsu dari pasangan sederhana yang sampai saat ini masih bahagia dengan cinta yang abadi.
Pendidikan : SD Negeri 2 Kiandarat, lulus pada tahun
2011. SMP PGRI Kliga, lulus pada tahun 2014. SMA Negeri 2 Seram Timur, lulus
pada tahun 2017.
Dan saat ini menempuh
Pendidikan Strata Satu (S1) di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Jakarta.
Cerita
Awal Masuk Asrama YAPI
Oleh
Indah Purnama Sari
Saat saya lulus dari Sekolah Menengah
Atas, saya berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, akan tetapi
orang tua saya tidak bisa untuk membiayai untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi, lalu saya mencoba untuk mengikuti tes beasiswa di UIN Jakarta dan UIN
Semarang. Qadarullah saya tidak lulus tes dan saya sempat down
karena ketidaklulusan tes tersebut. Saat saya sudah tidak berkeinginan untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi datanglah tawaran dari senior ketika SMA,
beliau bilang bahwa saya bisa ikut kuliah gratis dengan catatan saya ikut
menghafal AL-Qur'an dan diwajibkan tinggal di asrama.
Waktu itu saya sangat dilema karena
saya fikir saya tidak akan mampu mengikuti hafalan tersebut, akan tetapi
keluarga saya mendukung agar saya menerima tawaran tersebut sehingga akhirnya
tahun 2016 saya berangkat ke Jakarta dan langsung tinggal di asrama. Asrama
tersebut bernama Darul Qur'an Fatahillah yang terletak di Jakarta Pusat,
minggu pertama di asrama saya merasa berat karena jauh dari orang tua serta
beban fikiran menghafal Al-Qur'an, tapi dengan motivasi dari mentor serta
teman-teman akhirnya saya bisa beradaptasi dan mengikuti kegiatan yang ada di
asrama YAPI.
Sekitar tiga tahun saya menempati
asrama Darul Qur'an Fatahillah, pada bulan Desember tahaun 2017 adalah hari
kesedihan bagi anak asrma, karena ayahanda kami yang mendirikan asrama
berpulang ke rahmatullah namanya bapak Haji AM. Fatwa. Tahun pertama dan kedua kepergian ayahanda
asrama masih baik-baik saja, namun saat tahun ketiga keluarga dari ayahanda
mulai memperebutkan untuk memiliki tanah yang sudah di wakafkan untuk mahasiwa STEBANK, sehingga kami pada saat itu terombang ambing
tidak jelas tujuannya, rasanya kami putus asa apakah STEBANK dan asrama bisa
tetap berdiri atau tidak?. Pada tahun
2019 akhirnya para pimpinan STEBANK dan asrama Darul Quran Fatahillah tetap
berusaha mempertahankan peninggalan ayahanda AM.Fatwa, bekerja sama dengan YAPI
mewadahi STEBANK agar tetap bisa berdiri.
Pada tahun 2020 , STEBANK resmi diambil
alih oleh YAPI, dan anak asrama putri yang tersisa ikut pindah ke asrama yang telah disiapkan
oleh YAPI. Saya merasa senang
karena akhirnya asrama masih tetap bisa berdiri sampai sekarang, Di YAPI
saya harus banyak beradaptasi lagi, karena kita di asrama dikepalai oleh
Direktur dan selama di asrama saya harus
mengikuti beberapa peraturan yang telah ditetapkan.
Setelah beberapa bulan tinggal di asrama
YAPI dan mengikuti segala kegiatan yang sudah dirancang oleh pengurus akhirnya
saya merasa sangat beruntung karena bisa bergabung dengan asrama YAPI. Di sini
saya banyak dibimbing untuk menjadi mahasiswa yang lebih baik dari sebelumnya,
banyak kegiatan yang bisa kita lakukan dan berdampak positif bagi kehidupan
mahasiswa. Selain itu, pengurus YAPI juga
berbaik hati memberikan beasiswa bagi warga asrama yang siap tinggal di
asrama YAPI selama bisa mengikuti seluruh kegiatan serta peraturan yang sudah ditetapkan
pengurus asrama.
Dengan bergabungnya saya di asrama YAPI saya berharap bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi, saya berharap bisa menjadi manusia yang lebih percaya diri, di asrama YAPI kami diajarkan untuk pengkaderan bagi mahasiswa. Saya jug berharap bisa menjadi manusia yang lebih islami, karena di asrama YAPI diharuskan sholat tepat waktu, mengaji setiap hari, maka dari itu saya berharap kebiasaan baik tersebut bisa menjadi kebiasaan saya saat sudah keluar dari asrama. Bagi saya peranan asrama YAPI ini sangat penting bagi mahasiswa perantau, karena YAPI sangat berbaik hati menyediakan tempat yang nyaman agar para mahasiswa perantau bisa tinggal di lingkungan yang baik, semoga YAPI semakin berjaya dan berkah dunia akhirat. Aamiin.
Tentang Penulis
Indah Purnamasari lahir pada tanggal 31 Desember 1996 di Kuningan Jawa
Barat, anak ke empat dari bapak Sutrisna dan ibu Sukanah. Saya meneyelesaikan
pendidikan SD di SDN 1 Sukadana, lalu melanjutkan SMP d SMPN 2 Ciawigebang, dan
menyelesaikan MA di MA Al Mutawally Bojong Cilimus.
Saat ini saya baru meneyelesaikan S1 di STEBANK Islam Mr.Sjafruddin Prawiranegara jurusan perbankan
Syariah. Pengalamann organisasi saya selama kuliah yaitu mengikuti organisasi
HMI periode 2018-2020, dan ikut menjadi pengurus BEM Stebank Islam
Mr.Sjafruddin Prawiranegara periode 2019-2020, dan menjadi pengurus asrama periode
2019-2020 sebagai biro pendidikan.
Satu Yang Dipilih Dari Banyak Pilihan
Oleh: Irfanto Febriansya
Saya
Irfanto Febriansya seorang yang alhamdulillah menjadi mahasiswa di Universitas
Negeri Jakarta. Sebagai mahasiswa yang tinggal di luar DKI Jakarta saya
membutuhkan tempat tinggal yang dekat dengan kampus untuk mendukung perkuliahan
saya. Sebetulnya banyak pilihan tempat tinggal yang dekat dengan kampus, kostan
murah, ajakaan ngekost bareng, tinggal di secret organisasi, dan ditambah
tawaran dari keluarga yang tinggal di Jakarta untuk saya tinggal di rumah
mereka, tetapi dari semua pilihan tersebut saya memilih untuk tinggal di Asrama
Sunan Giri atau yang biasa disebut ASG.
Tidak
dipungkiri berkuliah di Ibu Kota yang pergaulannya terbilang bebas tidak ada
batasyang jelas dalam pergaulan, segala macam kemudaratan dan kebaikan saling
bersinggungan maka dari itu kita sebagai mahasiswa muslim harus bisa menahan
dan menghindari diri dari pergaulan tersebut dengan apa caranya? salah satu
cara yang saya gunakan adalah tinggal di asrama, berbeda dengan tempat tinggal
lainnya yang bebas tidak ada pengawasan. InsyaAllah dengan lingkungan yang
islami dan teman-teman yang memiliki tujuan yang sama untuk terhindar dari
pergaulan bebas maka saya bisa menghindari hal tersebut.
Saya
memilih tempat tinggal di ASG sebagai tempat tinggal penunjang perkuliahan saya
yang paling utama adalah dekat dengan kampus dan murah itu yang pasti hehe,
yang selanjutnya asrama ini bukan hanya tempat tinggal semata untuk 'tidur'
saja tetapi memiliki sistem pengkaderan yang mengkader pemimpin-pemimpin yang
bernafaskan islam. Jadi bukan hanya terjaga dari pergaulan bebas karena
lingkungan yang islami tetapi jg karena adanya sistem pengkaderan mendidik
menjadi seorang pemimpin. Dua alasan tersebut yang melatarbelakangi saya untuk
masuk dan tinggal di ASG.
Tentang Penulis
Irfanto
Febriansya lahir di Jakarta, 29 Februari 2000. Anak kedua dari pasangan
Waskitp Eko Harlianto dan Budiyani. Saya menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar
di SDN 03 Kota Tangerang, menyelesaikan pendidikan di SMPN 03 Kota Tangerang,
menyelesaikan pendidikan di SMAN 09 Kota Tangerang, dan saat ini saya sedang
menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di indonesia, yaitu
Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, Program Studi Rekayasa Keselamatan
Kebakaran angkatan 2018.
Pengalaman
Organisasi saya yaitu diantaranya menjabat sebagai berikut; Staff Advokasi BEMP
Rekayasan Keselamatan Kebakaran 2018, Wakil Kadiv Kominfo BEMP Rekayasa
Keselamatan Kebakaran 2019, Ketua Umum HMI Komisariat FT UNJ 2020, Kepala
Divisi PSDM FBM UNJ 2021.
Dinamika Hidupku di Asrama YAPI
Oleh
: Khoirunisa
Pertama
kali saya masuk kuliah ada kampus baru
yang berbeda dari yang lain, yaitu kampus STEBANK. Sebuah perguruan tinggi yang mahasiswanya
dibagi menjadi 2 yaitu reguler dan tahfidz. Informasi tentang kampus tersebut
saya dapatkan dari senior saya. Untuk
mahasiswa tahfidz mendapatkan beasiswa dan ditargetkan untuk menghafal selama
kuliah 10 juz dan diwajibkan untuk
berasrama. Ada yang menjadi keungulan mahasiswa tahfidz dari mahasiswa regular,
mahasiswa tahfidz mendapatkan ilmu
tambahan selain akademik.
Awal
masuk asrama saya masih belum tahu agenda belajar yang ada dan diterapkan
karena memang saya belum pernah
pelajari. Seperti nahwu sharaf dan cara menghafal al qur'an. Seiiring
berjalanya waktu, karena pertama kali mengenal
nahwu sharaf angakatan saya mempunyai 7 mentor untuk mengetahui dasar
dasar nahwu sharaf. Jika sudah bisa nahwu Sharaf, kita bisa melanjutkan ke
program menghafalkan al qur'an. Selain kegiatan menghafalkan al qur'an ada
muhadharah, yasinan, nahwu Sharaf yang dipraktekan ke dalam al qur'an. Ada
suatu kisah atau cerita, terjadi suatu musibah di asrama lama “Fatahillah”
yang cukup membuat trauma penghuni asrama putri. Yang menyebabkan
terjadinya peristiwa naas itu, karena kondisi asrama sudah kurang layak untuk ditinggali. Tampaknya karena yang punya waqaf tersebut
adalah orang YAPI dan asrama putri tersebut diamanahkan oleh YAPI maka tetap
digunakan.
Harapan
saya awal mula masuk ke YAPI, yang pertama mendapatkan ilmu baru ketika berada
di asrama dan berbeda dengan teman-teman yang kost di luar. Yang kedua,
mendapatkan ilmu baru dengan orang-orang yang mempunyai karakter yang
berbeda-beda. Ketiga, adanya pengawasan yang secara tidak langsung dan
peraturan-peraturan yang ada. Saya menyimpulkan bahwa di asrama YAPI menjadi
hal penting bagi mahasiswa daerah yang menempuh pendidikan di ibukota. Apalagi,
mahasiswa yang kekurangan ekonomi. Dengan adanya asrama YAPI dapat
mendapatkan peningkatan ilmu akademik
selain di kampus dengan gratis.
PUISI
KARYA KHAIRUNISA :
Melepasmu
Jika
memilikimu tak mampu
Jika memilikimu hanya mimpi
Jika bersanding denganmu aku tak bisa
Mungkin aku hanya bisa melepas genggam anmu
Tak mungkin untuk bersama
Takdir telah memisahkan kita
Rasa ini hanya disimpan dalam hati
Karena suatu saat nanti ada sosok pengganti
Cukup tanam dalam hati
Disimpan untuk diri
Tak terobsesi memiliki
Karena level tertinggi mencintai adalah mengikhlaskan
BIODATA
PENULIS
Nama: Khoirunisa
Tempat, Tanggal
Lahir: pemalang, 3 Januari 1999
Alamat: Jl. Dewi
sinta No. 24 Rt 03/ Rw 04 Desa Jrakah Kec Taman Kab. Pemalang Jawa Tengah
HP: 085775714899
Email: khoirunisa767@gmail.com
Status:
Mahasiswa
Moto hidup:
Perjuangan yang melelahkan pasti ada hasilnya.
Riwayat
Pendidikan SD dan SMP di kabupaten Pemalang, SMK 2 Taman Pemalang lulus
tahun 2017. Sekarang sedang menumpuh jejang 1 Perbankan Syariah di Stebank Mr.
Sjafruddin Prawiranegara Jakarta.
Maret
23, 2022
Reinjeksi Arah
Kaderisasi YAPI dalam Menjawab Tantangan
Oleh : Laskar
Hidzib
Bukan siapa-siapa. Hanya anak Pasangan
petani kampung yang
tidak ingin hidupnya berlalu saja tanpa makna.
Terobsesi pada kata-kata yang
cerah-gerakkan manusia.
Senang mendengar dan berbagi cerita.
Ilmu pengetahuan dan
teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan sesuai dengan perkembangan
zaman. Dan tentu
saja, kedua hal ini juga turut andil dalam merubah cara berpikir dan kemampuan nalar manusia. Bangsa
Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang tidak akan bisa maju selama
belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang ada di Negara Indonesia
sendiri. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem
pendidikan yang matang, karena dengan sistem pendidikan yang mapan memungkinkan
kita untuk berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Salah satu tujuan negara
Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selain itu, laju perkembangan pengetahuan
dan teknologi juga memaksa kita untuk menjadi salah satu bagian di dalam
masyarakat dunia yang dinamis dan kompetitif. Tanpa kedua kemampuan tersebut,
mustahil
bagi kita untuk
bersaing dan berkompetisi dengan bangsa lain di dunia. Dimensi penting untuk
bisa mengikuti perkembangan bangsa-bangsa lain dalam IPTEK adalah peningkatan
kualitas SDM kita. Masyarakat memiliki kecenderungan selalu berubah dan
berkembang, dan perubahan tersebut akan selalu berlaku pada semua masyarakat,
setiap saat dimanapun mereka berada. Kadangkala perubahan itu berlangsung
secara tiba-tiba dan serentak.
Perubahan inilah yang mau tidak mau harus
diterima oleh manusia. Sehingga demi keberlangsungan hidup dan eksistensinya,
manusia dipaksa untuk memiliki kemampuan beradaptasi yang luarbiasa. Sebab,
jika hanya stagnan di tempat, maka arus perkembangan zaman yang begitu masif
akan menghancurkannya. Dari sinilah, manusia mendapatkan sebuah tantangan baru
untuk membaur bersama perkembangan zaman.
Tantangan-tantangan inilah yang pada
akhirnya akan menjamah beberapa sendi kehidupan. Tentu saja, taruhan yang
diminta oleh tantangan tersebut tidak main-main. Puncaknya, tantangan yang
tidak bisa ditaklukkan akan membawa sebuah kehancuran. Namun sebaliknya, jika tantangan
tersebut mampu dijinakkan, maka eksistensi dan keberhasilan sudah menanti di
depan mata.
Tantangan-tantangan
seperti inilah yang acapkali ikut meramaikan sebuah wadah kaderisasi. Tak
terkecuali kaderisasi di Yayasan Asrama Pelajar Islam (YAPI). Sejak didirikan
pada tahun 1952,
YAPI terus mengalami perkembangan yang sedemikian pesat. Terbaru, YAPI berhasil
mengambil alih pengelolaan Sekolah Tinggi Ekonomi dan Perbankan Syari’ah Mr. Syafrudin Prawiranegara (STEBANK Jakarta; SK Menteri Agama Republik
Indonesia No. 320 Tahun 2020 tanggal 13 Maret
2020)
dan melebarkan sayapnya dengan mendirikan kaderisasi khusus perempuan.
Kaderisasi ini menjadi asrama perempuan pertama yang dikelola oleh YAPI dan
diberi nama dengan Asrama Mahasiswa Darul Qur’an YAPI.
Di usianya yang sudah lebih dari
setengah abad inilah, YAPI juga tidak luput dari berbagai tantangan di setiap
zamannya. Banyak diantara Mahasiswa yang tumbang dan tersisih oleh
proses seleksi alam yang terjadi saat bergelut dengan
kaderisasi keasramaan di YAPI. Namun, tidak jarang pula diantaranya yang
berhasil dan dipandang sukses. Sebut saja salah satu diantaranya Ubedillah
Badrun yang digadang-gadang sebagai Idiolog FKSMJ dan salah satu
motor penggerak reformasi di kalangan aktivis
mahasiswa ‘98.
Tantangann Kaderisasi
Kaderisasi berasal dari kata cadre,
berarti bingkai, kerangka, atau figura. Maka kader bisa juga disebut sebagai
figur yang menjadi representasi sebuah organisasi. Kaderisasi, karena itu,
adalah proses untuk menjadikan anggota organisasi kerangka yang berfungsi untuk
menjaga agar para anggota yang belum sampai pada status kader tetap bisa
berpikir, bersikap, dan berperilaku lurus atau tegak, tidak bengkok seperti
kertas tipis yang berada di dalam bingkai apabila dikeluarkan dan dilepaskan
darinya.
Kahin MCT dalam Nationalism
and Revolution in Indonesia menjelaskan bahwa kader merupakan sumber daya
manusia yang melakukan proses pengelolaan dalam suatu organisasi. Dalam
pendapat lain kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan
dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia
memiliki kemampuan yang di atas rata-rata orang umum.
Memulai kiprahnya
sebagai sebuah kawah candradimuka, YAPI memulainya dengan mendirikan sebuah Asrama di Jalan
Bunga pada tahun 1952-1953. Asrama pertama ini dikenal dengan nama Asrama
Mahasiswa Sunan Gunung Jati (ASGJ). Kemudian, Yayasan memperlebar sayap dengan
membeli tanah dan gedung di Jl. Sunan Giri No. 1 Rawamangun yang saat ini
menjadi Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri (ASG) dan Komplek Pendidikan YAPI.
Setelah 62 tahun sejak
berdiri, YAPI kembali melebarkan sayapnya dengan melakukan sebuah pembebasan
lahan di Jalan Kompos No. 19 Lenteng Agung, Jakarata Selatan. Di atas tanah inilah,
kemudian didirikan asrama ketiga YAPI yang diberi nama Asrama Walisongo. Terakhir, pada akhir tahun 2019, YAPI
berhasil mengambil alih pengelolaan Kampus STEBANK Mr. Syafrudin Prawiranegara.
Hal ini sekaligus menandai dimulainya era baru bagi YAPI karena akan memiliki
tanggungjawab baru untuk mengelola asrama mahasiswa perempuan yang sebelumnya
di kelola oleh STEBANK Mr. Syafrudin Prawiranegara. Oleh YAPI, asrama perempuan
pertama ini dikenal dengan nama Asrama Putri Darul Qur’an.
Sebagai tambahan, selain melakukan
sebuah kaderisasi super intensif, YAPI juga melakukan Pengembangan bidang
pendidikan. Sebagai mitra, YAPI menggandeng AL-AZHAR untuk mengelola pendidikan
di Rawamangun. Secara berturut-turut YAPI membangun dan mendirikan sekolah dari
tingkat Kelompok Bermain (Play Group) sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP) (selengkapnya lihat di http://www.yapi.sch.id/).
Berbekal 4 asrama dan beberapa bidang
usaha, menjadikan asrama-asrama YAPI memiliki kemampuan untuk ssenantiasa
memupuk harapan dan melanjutkan perjuangan stakeholder sekaligus pendiri YAPI.
Karena perlu diketahui bahwa YAPI berdiri bukan semata-mata atas prakarsa
seorang individu belaka. Akan tetapi, YAPI berdiri dengan perjuangan beberapa
pihak. Diantaranya Prawoto Mangkusasmito (Wakil Perdana Menteri Kabinet
Wilopo-Prawoto), Wartomo (Mahasiswa Akademi Dinas Luar Negeri), Meester Sindian
Djajadiningrat (Kepala Jawatan Pajak Bumi), Abdul Kadir (Mahasiswa Fakultas
Kedokteran), Djamalus Nurut (Pelajar), Joesdi Ghazali (Mahasiswa Perguruan
Tinggi Islam), Hariri Hady (Mahasiswa Fakultas Ekonomi), dan Ismael Hassan
(Mahasiswa Akademi Wartawan).
Membawa nama-nama besar pendirinya,
menjadikan YAPI sebagai sebuah asrama mahasiswa yang tidak bisa dipandang
sebelah mata. Ratusan alumni sudah berhasil ditelurkan dari cangkang kaderisasi
asrama YAPI. Ratusan alumni YAPI sudah tersebar ke berbagai pelosok negeri,
lengkap dengan kesibukannya masing-masing untuk memperjuangkan kesejahteraan
ummat. Bahkan, beberapa diantara alumni asrama YAPI ada yang berhasil
“mangkring” di beberapa instansi pemerintahan. Seperti diantaranya AM Fatwa,
Jimly Asshiddiqie, Muliaman Hadad, Irwan Prayitno, Abdullah Azwar Anas, Arsul
Sani, dan lain-lain.
Bak buah simalakama, nama-nama besar alumni asrama YAPI
memiliki dampak positif dan negatif. Pertama, dampak positif yang dihadirkan
dengan adanya nama-nama besar alumni YAPI adalah nilai tawar asrama YAPI di
masyarakat. Terutama dalam aspek menggaet mahasiswa-mahasiswa dari berbagai
pelosok negeri untuk memilih asrama YAPI sebagai tempat berproses dan menenmpa
diri. Nama-nama besar alumni ini juga mampu menjadi sebuah pelecut bagi
kader-kader berikutnya untuk menyamai prestasi pendahulunya dan bahkan
melampauinya.
Meminjam istilah Aristoteles, nama-nama besar alumni asrama
YAPI bisa menjadi semacam lebah yang akan menyengat kuda lembam (Athena) agar
menjadi lebih beringas. Dalam konteks ini, tentu saja kader-kader baru
(red:waga percobaan atau warcob) asrama YAPI akan berusaha lebih untuk
melampaui pendahulunya.
Kedua, dampak negatif dari adanya nama-nama besar alumni
asrama YAPI tentu saja tantangan yang harus diemban oleh kader-kader potensial
YAPI. Dimana beban tersebut dirasa berat dan hanya akan menjadikan diri
masing-masing warga asrama (red: kader YAPI) menjadi insecure. Serum-serum ketidakpercayaan diri ini dapat
dilihat dari bertebarannya poster-poster penerimaan kader baru setiap asrama
yang jarang menampilkan sosok kader aktif di asrama. Seakan terbuai oleh
romantisme masalalu, setiap asrama akan menampilkan beberapa profil alumni YAPI
yang “nangkring” di pemerintahan.
Pandangan atau tolok ukur seperti inilah yang seharusnya
dimusnahkan dari diri setiap kader Asrama. Dimana kesuksesan alumni tidak
dilihat dari seberapa tinggi kedudukan (red: jabatan) yang dicapai. Namun perlu ditanamkan bahwa
tolok ukur kesuksesan yang berlaku adalah kontribusi dan kemanfaatan di
masyarakat. Percuma memiliki jabatan yang tinggi namun tidak bisa menelurkan
kebijakan yang pro proletar, terlebih jika kedudukan tersebut dimanfaatkan hanya
untuk kepentingan diri dan kelompok. Na’udzu Billahi Min Dzalik.
Tantangan lain yang menggelayuti asrama YAPI yaitu belum
adanya sebuah ideologi baku yang menjadi dasar pengkaderan. Memang, semua kader
asrama YAPI diwajibkan untuk menempa diri di berbagai lembaga kemahasiswaan,
baik lembaga ekstra kampu maupun lembaga intra kampus. Seperti diantaranya di
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII),
Gerakan Pemuda Islam Islam Indonesia (GPII), Pelajar Islam Indonesia (PII),
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU), dan oraganisasi
kemahasiswaan-kepemudaan lainnya.
Sebagai konsekuaensi logisnya, dalam menempa diri di dalam
masing-masing organisasi-organisasi tersebut, kader YAPI akan sering
dibenturkan dengan al-Qur’an-Hadits sebagai sebuah pedoman dan dasar
kaderisasi. Namun demikian, kecenderungan ini hanya sebatas formalitas belaka.
Belum benar-benar masuk dan meresap ke dalam sanubari setiap kader asrama YAPI.
Maka dari itu, diperlukan sebuah formula khusus yang mampu
menjadikan kader asrama YAPI sebagai pembeda. Sehingga adagium bahwa “Semua
kader YAPI adalah Aktivis Mahasiswa Islam dan tidak semua Aktivis Mahasiswa
Islam adalah kader YAPI” benar-benar terealisasi. Bukan hanya sebuah buah bibir
yang digembar-gemborkan kader YAPI untuk mempromosikan diri. Merasa dirinya
lebih baik dibanding aktivis Islam lainnya karena ditempa dua kali lebih
intensif.
Oleh karena itu, kaderisasi YAPI harus
mampu membangun kerangka berpikir keislaman dan kebangsaan para anggota
terpilih. Kerangka berpikir itu sangat diperlukan agar kader YAPI benar-benar
menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa turut al-Qur’an dan hadits, jalan
keselamatan; juga memiliki wawasan kebangsaan Indonesia yang unik, sangat
berbeda dibandingkan bangsa-bangsa lainnya. Lebih dari itu, kaderisasi
diperlukan agar lahir figur-figur yang mampu menjalin dan mengelindankan antara
keislaman dan keindonesiaan itu, sehingga keduanya tidak berkontradiksi.
Pemahaman keislaman yang baik, memberikan kontribusi yang signifikan untuk pembangunan
negara-bangsa Indonesia yang religius.
Tantangan intern lain
yang perlu ditakhlukkan oleh kader YAPI, termasuk di dalamnya alumni YAPI
adalah adanya diaspora alumni yang sudah terjun di masyarakat. Seringkali, perjuangan yang dilakukan oleh
alumni dijalani sendiri-sendiri dengan cara dan strategi masing-masing.
Sehingga hasil yang diperoleh pun tidak maksimal. Disinilah nilai jama’ah
tersebut perlu ditekankan kembali.
Selain itu, diaspora yang terjadi di
kalangan alumni asrama YAPI menjadikan alumni muda asrama YAPI kebingungan
untuk memulai langkahnya. Sebab tidak ada sosok yang membimbingnya bertarung
dengan realitas kehidupan yang demikian keras. Sebagai gambaran, jika ada
seorang alumni asrama YAPI yang memiliki sebuah posisi di struktural, maka
sudah menjadi keharusan baginya untuk melibatkan alumni lainnya, juga beberapa
warga asrama yang masih aktif. Begitu seterusnya. Jika rantai kaderisasi
seperti ini berjalan terus menerus, tentu saja jebolan asrama YAPI akan semakin
memantapkan langkahnya menjemput kepemimpinan bangsa, termasuk didalamnya
memperjuangkan dan mengakomodir
kepentingan-kepentingan kaum mustadh’afin.
Tantangan lain (red: tantangan ekstern)
yang perlu diperhatikan dalam kaderisasi asrama YAPI adalah kemampuan untuk
membaur dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan informasi yang
sedemikian masif. Memasuki era cyber society (lebih lengkap baca teori cyber
society yang digagas oleh Wilbur Schramm), dunia dihadapkan pada sebuah
realitas bahwa semua hal dapat terhubung satu sama lain dalam sebuah ruang
virtual.
Oleh karena itu, pengkaderan dalam sebuah
asrama bukan lagi sesuatu yang istimewa. Sebab segala sesuatu bisa diakses dari
kamar sambil berbaring. Maka dari itu, asrama YAPI dituntut untuk memiliki
nilai tarik tersendiri yang mampu menyedot animo kaum millenial untuk melirik
dan bahkan memantapkan diri untuk menjadi bagian dari kaderisasi keasramaan
YAPI. Sebab diakui atau tidak, minat mahasiswa era millenial sekarang cenderung
mengabaikan organisasi-organisasi progresif-revolusioner, termasuk di dalamnya
kaderisasi dalam sebuah asrama. Maka dari itu, hal ini menjadi sebuah tantangan
dan PR kita bersama untuk mengubah paradigma tersebut.
Semoga, memasuki usia
yang ke-58 tahun, YAPI tidak kehilangan marwah dan martabatnya sebagai lembaga
kaderisasi yang senantiasa menelurkan tokoh-tokoh pejuang ummat dan bangsa.
Terakhir, “Kita
dipanggil oleh zaman. Kita dibisiki oleh ilham. Kita melaksanakan takdir kita
sebagai arus perubahan. Jadilah pahlawan sejarah. Menyejarahlah bersama tinta
peradaban. Atau jika kau sudah jemu, biarlah kepada diriku saja aku berkata:
Jadilah pahlawan itu.” “Lambaikan tangan jika kamu memang tak ma(mp)u
berjuang. Tak perlu menjadikan keputusan semesta sebagai sebuah alasan, untuk
meninggalkan“.
Profil Penulis
Laskar
Hidzib, bukan siapa-siapa. Hanya anak
Pasangan petani kampung yang tidak ingin hidupnya berlalu saja tanpa makna.
Terobsesi pada kata-kata yang cerah-gerakkan manusia. Senang mendengar dan
berbagi cerita.
Beberapa orang acap kali menjadikan tulisan sebagai sebuah
pelampiasan. Tak terkecuali aku. Ya, aku menganggap menulis merupakan sebuah
rehabilitas. “Jika kamu adalah candu, maka menulis adalah cara rehabku”,
demikian pikirku. Beberapa orang menyebutku sebagai seorang pembual. Tidak
sedikit pula yang menjadikan aku sebagai bahan olok-olokan sebab “libido”
menulisku yang terlampau tinggi.
Tak bisa ditampik, aku memang sering menuliskan kisah fiksi.
Tentang awal mula sebuah perjuangan, juga sebuah pertemuan yang maha luar
biasa. Tentang bagaimana sepasang lajur kereta api yang selalu beriringan,
senantiasa bersama dalam teriknya matahari dan gigilnya udara malam. Beberapa
kisah yang akan menjadi dongeng pengantar tidurmu. Sebuah cerita tentang
perjalanan waktu. Biarkan aku memperkenalkan diri. Namaku Laskar Hidzib, dan
aku adalah juru dongengmu.
ADA
APA DI ASRAMA YAPI ?
Oleh
: Luluk Khodija
Namaku Luluk
Khodija. Aku asal Probolinggo yang terkenal dengan kota mangga tapi biasanya
orang orang lebih ingin ke Probolinggo untuk ke Bromo. Ya, gunung yang kata
orang sangat indah dan cukup terkenal tapi aku sendiri belum menikmati
keindahannya, hanya lewat saat berkendara (kasiannya) tapi gapapa, belum
waktunya aja. Sekarang aku kuliah di STEBANK Islam Mr.Sjafruddin Prawiranegara
(agak panjang ya) sebut saja STEBANK. Awalnya STEBANK ada di Jakarta Pusat
yaitu di Gedung Putra Fatahillah, Tanah Tinggi, Johar Baru. Tapi sekarang
berpindah ke Lantai 2 YAPI Center, Jakarta Timur. Kok bisa si? Panjang
ceritanya wkwk
Jauh jauh
kuliah dari JATIM ke JAKTIM tinggal dimana?” eits, jangan khawatir kalo uda
nemu YAPI akan banyak kemudahan di dalamnya, insyaAllah. YAPI gede beb, jadi aku
tinggal di asrama nya lah. Yup, asrama putri YAPI yang terletak di Jl. Balai
pustaka 1 No. 14 rt 03/rw 10 Rawamangun, kec. Pulogadung Jakarta Timur. Hari
berganti hari, banyak cerita dan pengalaman yang telah terukir di otak bahkan
tersimpan di hati, baik hal kecil maupun
besar. Selain jadi warga Indonesia, aku juga jadi warga asrama YAPI. YAPI atau
Yayasan Asrama Pelajar Islam ini memiliki 4 asrama yaitu Asrama Sunan Giri,
Asrama Sunan Gunung Jati, Asrama Wali Songo dan asrama ku yaitu Asrama Putri. Disebut
Asrama Putri karena selain asrama ku adalah asrama putra.
Sekarang aku
menjadi pengurus Asrama Putri yang merangkap yaitu bagian kebersihan, keamanan,
kesehatan/olahraga, dan rumah tangga. Kenapa? Karena SDM nya kurang. Maklum,
asrama putri ini masih dibilang baru dan sekarang masih open recruitment. Jadi
untuk pembaca yang memiliki teman, saudara atau kolega perempuan bisa
merekomendasikan asrama putri YAPI. Memang setiap kejadian ada hikmahnya, dan
aku percaya bahwa hikmah dari adanya aku di asrama putri salah satunya adalah
agar aku menjadi wanita yang mandiri contohnya dalam memasak. Alhamdulillah
cara masakku terasah karena di asrama mendapat giliran piket masak. Mau tidak
mau aku harus bisa masak dan bahkan masakin untuk banyak orang tapi lucunya
karena aku suka improvisasi masakan yang biasa aku masak untuk aku makan
sendiri sehingga kalau aku piket masak banyak yang khawatir takut masakannya
aneh hehe
Hebatnya di
asrama YAPI ini sudah di fasilitasi kompor dll. Sehingga kalau ada acara kayak
syukuran kami masak bareng. Ada yang motong motong, ada yang nyiapin bumbu, ada
yang jaga lilin eh jaga kompor mastiin biar gak gosong yang pasti diselipi
dengan ghibah canda ghibah eh tapi emang ada lo yang liatin doang (tu kan
ghibah beneran) tapi Kebayang kan serunya kalo ada kegiatan masak bareng, fiks
uda kayak ibu ibu hajatan alias rempong tapi seru. Pokoknya kalo ada di asrama
tu gabakal kesepian kecuali emang mau menyendiri karena ada berbagai kegiatan
yang menyatukan. Ngebahas menyatukan, antar asrama juga sering disatukan oleh
kegiatan loh, dan kegiatannya macem macem. Kadang seminar, olahraga, galang
dana dan masih banyak lagi.
Oiya, di
asrama YAPI ini warganya berasal dari berbagai daerah dan suku lo, jadi jangan
heran kalo kosa kata baru akan didapati kalo jadi warga asrama. Ada yang dari
aceh, sunda, madura dll. Tapi kadang kalo ngomong sesuatu antar daerah misal
aceh sama aceh tu bikin sebel apalagi kalo gadikasi tau artinya ya meskipun
lucu logatnya tetep aja yang bukan orang aceh merasa terasingkan.
Kerennya
lagi, dari kenal dengan teman teman yag beda daerah selain beda bahasa yang
bikin nambah kosa kata baru, kenal dengan orang beda daerah tu bisa kek saling
memahami dan mamaklumi, contohnya “maklumin aja, dia orang madura” ya, meskipun
bisa dikatakan pembelaan tapi dari situ sedikit paham dan gabole baperan alias
bawa perasaan. Intinya gaada yang sempurna, di mana pun harus menerima
khususnya di asrama dengan latar belakang yang berbeda. Aku si gak nyesel ada
di asrama YAPI dengan banyak nikmat yang Allah beri, tinggal gimana cara
mensyukuri atas apa yang di beri saja hehe.
Sayangnya
meskipun terletak di daerah Jakarta, orang Jakarta gabole tinggal di asrama.
Padahal sebenarnya temen temen ku yang orang Jakarta tertarik masuk asrama
apalagi kalo aku post kegiatan asrama yang seru huhu pada komen “Luk, pengen
masuk asrama mu, emang kenapa gabole?” jawaban ku simpel “takut sering pulang”
wkwk
Meskipun
pendiri dan alumni YAPI hebat hebat dan patut di banggakan, sebagai warga
asrama YAPI yang masih jadi warga atau masih tinggal di asrama, jujur aku masih
khawatirakan masa depan takut ga sehebat ekspetasi orang orang apalagi
keluarga. Semua Butuh Proses. Pernyataan itu selalu bikin aku mikir, proses
yang gimana ya yang bikin sukses, sambil mikir sambil aku jalani agenda asrama
karena itu juga bagian dari proses. Pernah bahkan sering aku pengen nyerah
alias kena provokasi temen temen yang keluar asrama tapi emang harus sabar si.
Banyak
kegiatan yang bikin aku ngedumel dalam hati, paling sering tu setoran. Ya
meskipun aku sendiri yang memutuskan jadi penghafal tapi aku masih merasa gak
sanggup tiap hari murojaah. Meskipun itu hal yang baik, aku tu overthinking
takut kalo tambah banyak hafalan ku takut pokoknya takut dan sekarang aku masih
melawan ketakutan itu, semoga aku menang.
Semoga
tulisan ku yang kurang jelas ini tetap di terima dengan lapang dada oleh
panitia karena tujuan ku menulis ini salah satunya menyemarakkan milad YAPI
bentar lagi masyaAllah, keren banget gasi bakalan launching buku.Ya keren
banget lah no debat.
Biodata Penulis
Luluk
Khodija.
Perempuan kelahiran 21 Juni 2001 ini biasa di panggil Luluk tapi ayahnya sering
menyingkat LLK bahkan teman nya ada yang memanggil eLKa karena kadang dalam keterangan
karya nya acap kali dia selipkan nama itu. Menulis bukan lah hobi nya tapi
sesekali memposting tulisan seperti quotes dan lain lain di sosial media nya
dan mengikuti komunitas menulis hingga menerbitkan buku antalogi berjudul Rinai
Diksi dan Sayap Sayap ALEA.
Pertama kali
belajar menulis artikel dan menjadi urutan pertama di Militan.co dengan judul
Polemik Suara Adzan tahun 2018. Penulis adalah alumni TK Wijaya Kusuma II, SDN
Brani Kulon, SMP Zainul Hasan 1 dan SMA Unggulan Haf-sha BPPT yang terletak di
kota kelahiran nya yaitu Probolinggo, Jawa Timur.
Sempat
tinggal di Tasikmalaya dan Bekasi hingga akhirnya sekarang tinggal di Asrama
Putri yang terletak di ibu kota Jakarta tepatnya Jakarta Timur. Selain itu juga
masih menjadi Mahasiswi STEBANK Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara.
Untuk kenal
penulis lebih jauh, bisa menghubungi:
WhatsApp:
085793373400/082190599956
Instagram:
Luluk_Khodija21
Facebook:
Luluk Khodija
Berawal dari Amanah Menuju Mimpi Penuh Berkah
Oleh : Siti Nurul Hidayati
Bermula saat aku menginjakkan kaki di Ibukota Jakarta
untuk melanjutkan studi pendidikan di jenjang perkuliahan. Kala itu aku
memberanikan diri merantau ke Jakarta demi mengejar cita-citaku. Berangkat dari
titah seorang Kyai pondok yang memberikan amanahnya serta kesempatan kepadaku
untuk melanjutkan hafalan Qur’an sebagai bekal mendapatkan beasiswa kuliah.
Namun begitu, tidak langsung aku putuskan untuk mengambil kesempatan itu karena
masih ingin fokus dalam menyelesaikan hafalan Qur’an tanpa dibarengi dengan
kuliah. Setelah melewati pergolakan yang cukup panjang, akhirnya aku memutuskan
untuk mengambil kesempatan itu.
“Bismillaahi tawakkaltu ‘alallaah”, itulah doa yang
terucap kala itu. Aku meminta restu Pak Kyai, Bu Nyai dan kawan-kawan seperjuangan
di pondok serta tak lupa restu yang paling utama dari Ibu dan juga
kakak-kakakku. Berangkatlah aku dengan restu yang telah ku dapat serta niatan
yang sungguh-sungguh untuk menghafalkan Al Qur’an serta langah perjuangan
mewujudkan cita-citaku. Aku tinggalkan semua kenangan yang telah ku lalui
kurang lebih 4 tahun selama di pondok. Dengan berat hati aku meninggalkan
pondok tercintaku untuk menjalankan amanah Kyai yang sangat ku ta’dhimi.
Sampailah aku di Ibukota Jakarta, kota dimana yang dari
kecil sangat ingin aku kunjungi. Kota yang dalam benakku kala itu adalah sebuah
kota dengan keindahan gedung pencakar langitnya, kota yang menjadi pusat
kegiatan kepemerintahan serta kotanya para artis. Namun setelah beranjak
dewasa, pemikiran-pemikiran itu muncul kembali. Dan tak disangka, keinginan itu
benar-benar terwujud. Aku sekarang berada di Kota Jakarta.
Modal ku hanyalah sebuah niat serta keberanian, karena
memang aku tak punya sanak saudara satupun di sini. Ku beranikan bertanya
selama mencari alamat yang ingin aku tuju. Ya, tempat yang menjadi tujuanku
adalah Gedung Fatwa Center, jalan Johar Baru, Jakarta Pusat. Sempat beberapa
kali tanya ke warga sekitar dan akhirnya sampailah pada alamat yang hendak ku
tuju. Di situ aku disambut oleh kakak-kakak senior dan dengan sangat ramah
menyapaku serta mengantarkan ku ke kamar istirahat. Ku kira aku saja orang
terjauh yang ingin daftar di kampus tersebut, ternyata dugaanku salah. Banyak
pelajar yang berasal dari luar kota juga bahkan dari luar pulau pun juga ada.
Mulailah aku berkenalan dengan mereka serta bertukar cerita agar semakin
menambah wawasan serta saling tukar pengalaman.
Gedung Fatwa Center atau biasa juga disebut Gedung Putra
Fatahillah menaungi dua asrama pelajar, asrama putra dan asrama putri juga
terdapat satu gedung kampus STEBANK.
Tibalah saatnya aku mengikuti tes seleksi masuk kampus, mulai dari tes
hafalan qur’an tes kepemimpinan, tes kesehatan serta beberapa tes lainnya.
Setelah melalui beberapa tes tersebut akhirnya sampailah saat yang sangat
mendebarkan, yakni pengumuman kelulusan tes seleksi. Dengan rasa syukur serta
rasa terimakasih yang teramat dalam kepada Allah serta kepada orang” yang andil
dalam memberi dukungan serta doa kepada ku, akhirnya aku lulus tes seleksi.
Singkat cerita aku
diterima di kampus STEBANK dengan beasiswa full, namun dengan syarat harus
menghatamkan Quran selama 10 bulan. Awalnya memang lumayan mudah, karena memang
sebelumnya sudah ada basic menghafal. Akan tetapi ketika sudah dibarengi
dengan kuliah, rasanya tidak semudah yang dibayangkan. Harus rela membagi waktu
antara menghafal dengan kuliah. Namun dengan niat yang kuat serta teman-teman
yang saling mendukung akhirnya bisa menyelesaikan hafalan dalam waktu yang
sudah di tentukan.
Waktu demi waktu telah berlalu, roda kehidupan pun
berjalan dengan kehendak Sang Maha Esa. Dengan kuasa-Nya juga segala hal yang
terjadi pun telah tertuliskan dalam catatan takdir. Tepat pada Hari Kamis, 17
Desember 2017 pendiri Yayasan Putra Fatahillah yakni Ayahanda A.M Fatwa telah kembali
ke rahmatullah. Nah semenjak itulah nasib ku dan kawan-kawan yang tinggal di
asrama serta kampus jadi tidak terkendali. Ada konflik internal antara pihak
kampus dengan keluarga almarhum. Setelah terjadinya konflik tersebut akhirnya
pihak kampus dan asrama Darul Quran Fatahillah pindah tempat sehingga
kepemimpinan serta kepengurusannya dialihkan ke Yayasan Asrama Pelajar Islam
(YAPI) Rawamangun.
Setelah melalui proses yang cukup panjang dan dengan
dibarengi doa-doa yang selalu kami panjatkan demi keberlangsungan kampus
STEBANK, Allah izinkan kami untuk bergabung dengan YAPI. Yayasan yang didirikan
atas dasar untuk memudahkan para pelajar dari berbagai pelosok negeri untuk
melanjutkan studinya namun tidak memiliki tempat tinggal. YAPI menaungi 4 asrama,
yakni 3 asrama laki-laki dan satu asrama perempuan. Adapun nama-namanya ada
Asrama Sunan Giri (ASG) di Rawamangum,
Asrama Sunan Gunung Jati (ASGJ) di Pondok Jati, Asrama Wali Songo (AWS) di
Depok serta Asrama Putri yang baru bergabung dengan YAPI di tahun 2019.
Aku sangat bersyukur bisa masuk dan menjadi bagian YAPI
karena sebelumya aku pernah memilki keinginan bisa mencontoh para pendahulu
yapi serta melanjutkan estafet pengkaderan guna menjadi kader-kader yang
berintelektual serta siap berdakwah demi memajukan generasi muda penerus
bangsa. YAPI tidak hanya membantu para pelajar dalam menyediakan tempat tinggal
saja akan tetapi juga memberikan fasilitan-fasilitas yang sangat baik serta
memberikan beasiswa bagi mereka yang unggul dalam hal akademik.
Ada 4 nilai kompetensi yang harus ada pada setiap warga
asrama yakni unggul dalam bidang keislaman, akademik, kepemimpinan serta
bermental kewirausahaan. Adapun dari ke-4 kompetensi dasar tadi dikembangkan
melalui kegiatan setoran hafalan al quran dan hadits, kajian pekanan Hari Ahad,
kajian nahwu-shorof, pelatihan bahasa inggris, pelatihan public speaking,
pelatihan kepenulisan, seni bela diri serta senam bersama. Tujuan dari ke-4
aspek tadi adalah agar bisa melahirkan kader yang berdedikasi tinggi untuk
negaranya yang berlandaskan syariat Islam, memililki kecakapan dalam
keilmuannya serta bermental kaya. Karena di zaman sekarang ini ilmu yang
mumpuni saja tidak cukup, namun juga harus punya kontribusi modal yang banyak
untuk bisa menggerakkan sebagian masyarakat.
Dengan banyaknya fasilitas serta biaya yang tidak sedikit
itulah dalam hati kecilku ini punya harapan semoga apa yang sudah YAPI berikan
kepada ku serta kepada para kader-kader lainnya bisa melahirkan seseorang yang
memang akan berkontribusi besar dalam membangun peradaban yang lebih baik lagi
serta mampu menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang siap mengemban amanah dan
bertanggung jawab penuh dalam setiap
yang dipimpinnya.
Terimakasih YAPI ....
Selamat MILAD YAPI....
TENTANG PENULIS
Siti Nurul Hidayati biasa dipanggil
Mbak Ida, merupakan salah satu mahasiswi STEBANK dan juga warga asrama putri
YAPI. Putri dari H. Abdul Malik (Alm.) dan Ibu Siti Muayadah, anak ke-4 dari 5
bersaudara. Berasal dari Kediri–Jawa Timur. Sebelum merantau ke Jakarta dia
sempat tinggal dan menimba ilmu di Pondok Tauhidil Muchlisin, Palembang.
Menulis sebenarnya bukan dari hobinya, karena memang
lebih suka untuk membaca karena dirasa menulis adalah suatu hal yang sulit.
Namun setelah menyelesaikan karya Berawal
Dari Amanah Menuju Mimpi Penuh Berkah, muncul keinginan untuk menghasilkan karya tulis lagi.
Dan siapa tahu nanti tulisan-tulisan yang hanya sebagai
teman mengisi keluangan bisa dipinang oleh penerbit-penerbit ternama dan bahkan
bisa bersaing di dunia kepenulisan. Semoga langkah awal ini bisa berjalan
dengan istiqomah untuk melahirkan karya-karya yang lebih gemilang serta memberi
manfaat bagi para pembacanya.
Anak Indaramayu Kuliah di Jakarta
Tinggal di Asrama YAPI
Oleh : Renaldi Martin
Hallo, perkenalkan saya Renaldi Martin, akrab dipanggil Aldi pada saat
SD, Rey pada saat SMP, dan Martin mulai SMK sampai sekarang. Saya berasal dari
tanah kelahiran Indramayu, lebih lengkapnya Blok Impeng, Desa Rancamulya,
Kecamatan Gabuswetan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Saya merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara,
bisa dibilang anak bungsu atau anak terakhir dari orangtua yang
berlatarbelakang sebagai petani padi di sawah Indramayu. saya merupakan anak
laki-laki satu-satunya dari 3 bersaudara, dan rentang usia dengan kedua kakak
saya 15 tahun dan 20 tahun. bisa dibilang jauh sekali, karena dari situ saya
berasumsi bahwa Tuhan menitipkan anak laki-laki penutup kepada kedua orangtua
saya. Oleh karena itu saya berusaha kerasa agar bisa menjadi harapan dan
kebanggaan bagi orangtua dan keluarga.
Seorang anak laki-laki yang terlahir dari seorang petani yang mempunyai
banyak mimpi dalam kehidupan. Walaupun kedua orangtua saya hanya tamatan
Sekolah Dasar, bahkan dari bapak tidak sampai tamat Sekolah Dasar, namun saya
harus lebih baik dari kedua orangtua saya dari segi latarbelakang pendidikan.
Terbukti saat ini saya berhasil meraih beasiswa penuh di Universitas Gunadarma
pada S1 Manajemen Pemasaran, berkat Tuhan, dan dukungan orangtua juga
orang-orang sekitar saya yang selalu menjadi penyemangat dalam menggapai
impian.
Di kemudian hari, saya masuk perkuliahan saya mendaftar di salah satu
Asrama YAPI yang berada di wilayah Jakarta Selatan yaitu Asrama Mahasiswa Islam
Wali Songo yang akrab dengan sebutan AWS. Bulan Juli 2019 saya masuk AWS, saya
menemukan teman-teman dari berbagai daerah, berbagai suku, dan bahasa yang
berbeda. di AWS juga saya dibekali banyak ilmu mulai dari keagamaan, akademik,
enterpreneur, dan belajar mempunyai jiwa seorang leadership. Saya sangat
bersyukur karena mendapatkan tempat tinggal yang mampu mengkader dari segi
karakter, sehingga saya merasakan banyak sekali perubahan dari masa-masa
pendewasaan.
Banyak sekali ilmu yang didapat selama tinggal di AWS, untuk itu kedepannya
dikemudian hari datang waktu saat saya harus menjadi bagian dari alumni, saya
ingin sekali memberi peran, pesan, dan pembelajaran untuk generasi-generasi
selanjutnya, sehingga generasi penerus bisa lebih baik, dan sukses dalam
menggapai segala impian.
Terimakasih, semoga tulisan dari curahan ini bisa bermanfaat bagi yang
membaca.
Biografi Penulis
Nama
Lengkap : Renaldi Martin
TTL : Indramayu, 12 Maret 2001
Alamat
: Blok Impeng Rt/Rw 04/02 Desa
Rancamulya, Kec. Gabuswetan,
Indramayu
Cita
– cita : Enterpreneur, Memiliki
usaha Properti
Hobi : Olahraga Sepakbola
Moto
hidup : “Hidup semuanya butuh
proses, bahkan mie instan yang instan
saja
butuh proses untuk dinikmatinya.”
Email : renaldimartin231@gmail.com
Hp/
Wa : 081563853306
Asrama YAPI dan
Manfaat Yang Kurasa
Oleh Ruhidin
Saya
merantau di Jakarta sejak tahun 2014, saat itu saya masih menduduki bangku
Sekolah Menengah Atas. Memutuskan menjadi Anak Rantau bukanlah pilihan yang
mudah untuk saya jalani. Terlebih lagi keluarga saya merupakan keluarga kecil
dengan anggota yang sangat sedikit yaitu terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak.
Saya merupakan anak kedua, sedangkan kakak saya sudah menikah dan juga sudah
merantau sejak saya masih menduduki Sekolah Dasar. Alasan ini membuat saya
semakin sulit untuk meninggalkan kedua orang tua saya di rumah, akan tetapi
atas dasar pendidikan maka saya harus tetap merantau dengan izin dari orang tua
saya.
Saat awal merantau banyak sekali kendala-kendala
yang saya hadapi. Terlebih lagi karakter saya yang pendiam, membuat saya sulit
untuk beradaptasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, hal ini terjadi
karena saya tidak terbiasa berbicara menggunakan Bahasa Indonesia sebab saya
selalu menggunakan bahasa daerah dan ini merupakan pengalaman pertama saya
menjadi perantau. Banyak sekali menemukan hal-hal baru yang membuat saya cukup
terkejut saat awal merantau ke Jakarta, seperti cara pendang masyarakatnya,
cara bergaul, atau bahkan sikap individualismenya masyarakat perkotaan. Seiring
berjalannya waktu akhirnya saya mulai dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang ada. Saya sudah mampu bergaul dan menerima perbedaaan dengan lingkungn
sekitar. Serta mulai menemukan rasa nyaman di lingkungan baru tersebut.
Selama
sekolah saya berusaha untuk belajar semaksimal mungkin. Sekitar kelas 12 saya
mengikuti seleksi untuk mendapatkan bimbel gratis dari mahasiswa Universitas
Indonesia. Setelah melalui beberapa tahap seleksi(Tes Harian-Tes
Tulis-Wawancara) akhirnya saya menjadi salah satu peserta yang dinyatakan lulus
dan mendapatkan pembelajaran gratis selama 9 bulan di Universitas Indonesia.
Banyak sekali yang saya dapatkan selama di Bimbel ini mulai dari teman baru,
motivasi-motivasi, belajar untuk bersikap optimis, serta materi-materi yang
sangat luar biasa dan berguna untuk mengikuti seleksi masuk pergurun tinggi dan
untuk menghadapi ujian nasional SMA.
Singkat cerita, 2017 merupakan
tahun ketiga saya di perantauan, hal ini menandakan bahwa masa pendidikan
menengah atas saya telah berakhir. Walaupun dahulu saat pertama merantau tidak
ada terbesit sedikitpun dalam pikiran saya untuk melanjutkan pendidikan lagi
setelah lulus SMA, rencananya setelah lulus SMA saya akan langsung pulang ke
daerah asal saya (Bengkulu).
Akan tetapi
tuhan memberikan nikmat lebih, saya dinyatakan diterima di salah satu perguruan
tinggi yaitu Universitas Negeri Jakarta. Hal ini merupakan salah satu kado
terindah yang saya terima, tetapi memberikan dilema juga bagi saya karena saya
juga sangat ingin kembali ke kampung halaman menjaga kedua orang tua saya.
Akhirnya dengan ridho dari kedua orang tua, saya memilih untuk berkuliah dan
menangguhkan rasa ingin bertemu dengan ayah dan ibu saya.
Setelah
kuliah hal pertama yang menjadi kendala saya adalah biaya dan tempat tinggal.
Bahkan saya sempat berpikir untuk berhenti karena ekonomi yang tidak
memungkinkan, tetapi saya bahwa kuliah merupakan salah satu kesempatan yang
diberikan tuhan untuk saya dan kesempatan ini hanya dating satu kali, dengan
bermodalkan nekad akhirnya saya tetap melanjutkan kuliah. Berjalan satu bulan
kuliah saya mendapatkan informasi dari senior saya tentang asrama YAPI, tanpa
berpikir panjang saya langsung mendaftar di Asrama Sunan Gunung Jati YAPI.
Setelah diterima di Asrama Sunan Gunung Jati bersamaan dengan ini saja juga
mendapatkan kesempatan untuk mendaftar Beasiswa Bidikmisi dan saya diterima
juga, dengan ini permasalahan kuliah saya sudah berkurang tinggal fokus
menjalankan.
Menjadi warga Asrama Sunan Gunung
Jati menjadi tantangan yang cukup berat bagi saya. Awal masuk asrama saya
merasakan ketidaknyamanan karena kondisi kebersihan asrama yang sangat
memprihatinkan dan senioritas yang cukup tinggi sehingga membuat saya merasa tertindas
sebagai warga baru. Seolah-olah segala hal yang berhubungan dengan asrama harus
dikerjakan oleh warga baru. Bahkan terkadang kepentingan pribadi seniorpun
turut menjadi tanggungjawab warga baru. Sebagai warga baru saya hanya bisa
mengikuti tanpa perlawanan sedikitpun, tetapi di dalam hati saya jika suatu
saat nanti saya diberikan kesempatan berada di posisi pengurus atau senior saya
bertekad akan merubah sistem ini. Pembelajaran yang saya ambil dari senior saya
adalah belajar tentang pentingnya pengaderan dan bersikap tegas dalam segala
hal.
Pada
tahun 2018 saya menjadi Madataris Syiar Ramadhan di Asrama Sunan Gunung Jati.
Mandataris ini merupakan salah satu tahap akhir bagi warga asrama untuk
menaikan status dari warga percobaan menjadi warga tetap. Proses ini cukup
sakral di asrama, saya berusaha untuk semaksimal mungkin demi berjalannya
kegiatan ini. Alhamdulillah, kegiatan
ini ternyata dapat berjalan dengan lancar dan meriah. Sehingga pada saat
melakukan laporan pertanggungjawaban saya diterima dan dengan ini status saya
resmi menjadi Warga Tetap.
Tahun 2019 karena status
saya sudah menjadi warga tetap maka saya berhak untuk dipilih sebagai pengurus
asrama. Tahun ini saya diberikan amanah menjadi bendahara asrama.
Meskipun saya
telah berusaha semaksimal mungkin dalam menjalakan amanah, tetapi saya tetap
merasa banyak sekali kekurangan yang saya lakukan. Amanah ini memberikan saya
banyak sekali pembelajaran yaitu belajar untuk berprilaku jujur, belajar
bertanggungjawab, dan belajar untuk mengatur dan mencatat keuangan dengan baik.
Pada tahun 2020 saya diberikan
amanah menjadi sekretaris asrama. Saya tahu ini cukup berat karena sekretaris
merupakan otaknya ketua asrama, tetapi semuanya dapat saya lalui dengan cukup
baik. Semua tugas-tugas saya sebagai sekretaris selalu saya berikan dengan
tepat waktu dan saya pun selalu bersedia jikalau harus menutupi kekurangan dari
pengurus yang lainnya. Kesempatan ini memberikan saya pemahaman lebih tentang
fungsi-fungsi pengurus, mengurus surat-menyurat, dan bagaimana membentuk
internal dan sistem asrama yang baik serta mengutamakan kebersamaan,
Tahun 2021 merupakan tahun yang
memberikan pengalaman yang sangat luar biasa dalam hidup saya. Saya merupakan
orang yang sangat tidak ingin tampil di depan. Ketika disuruh untuk mencalonkan
diri sebagai ketua asrama saya selalu menolaknya karena tidak percaya dengan
kemampuan saya dalam memimpin, saya merasa bahwa saya tidak memiliki karakter
sebagai seorang pemimpin. Akan tetapi di tahun ini saya terpilih menjadi Ketua
Asrama Sunan Gunung Jati periode 2021. Diberikan amanah sebagai ketua asrama
membuat saya harus membuang pikiran negatif tentang diri sendiri sebab ini
adalah hal yang harus saya pertanggungjawabakan dan jalani dengan serius. Dalam
menjalankan kepengurusan tahun 2021 saya memiliki tujuan yang jelas yaitu
pertama saya akan memperbaiki internal dan mencoba untuk menghidupkan kembali
kegiatan eksternal asrama.
Perubahan yang saya lakukan di
internal asrama pertama berupa kajian rutin harian seperti diskusi tentang
sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Kedua saya kembali menertibkan warga
asrama tentang perizinan ketika meninggalkan asrama. Ketiga saya selalu
memberikan evaluasi setiap bulannya baik itu untuk pengurus maupun warga asrama
agar kami dapat mengukur kembali rasa kepemilikan asrama dari masing-masing
warga. Keempat saya sangat mengutamakan
kebersihan lingkungan asrama dengan berbagai usaha seperti dilarang memakai
alas kaki di ruangan-ruangan tertentu, dilarang meninggalkan peralatan pribadi
selain di kamar masing-masing, dan melakukan kerjabakti minimal sebualan
sekali.
Terakhir saya
juga sangat menginginkan asrama sunan gunung jati diisi full oleh mahasiswa
daerah, hal ini dapat terwujud dengan melakukan dua kali open recruitment. Sedangkan di eksternal saya berusaha tetap
mempertahankan hubungan warga asrama dengan masyarakat sekitar melalui kegiatan
seperti syiar ramadhan dan santunan anak yatim, Selain itu kami juga menjalin
kerjasama dengan pihak RT dan RW setempat, dan kegiatan lainnya.
Selama menjadi ketua asrama saya
selalu berusaha menjalakan amanah ini dengan semaksimal dan semampu saya.
Bahkan saya pernah berkata di depan seluruh warga kalian boleh membenci
karakter saya sebagai ketua asrama tetapi kalian juga harus tahu bahwa saya
juga sama seperti kalian seseorang yang sedang berjuang untuk melanjutkan
pendidikan demi menggapai cita-cita. Saya juga sangat terbuka bagi warga yang
ingin menyampaikan saran dan kritik terhadap saya selama menjalani masa
kepengurusan, Sehingga banyak sekali pengalaman di tahun ini. Saya juga merasa
puas dengan apa yang saya lakukan di periode ini sebab perubahan yang saya
inginkan di asrama sudah terwujud.
Awal tahun 2022 merupakan moment
yang sangat berat bagi saya. Pada tanggal 20 Februari 2022 saya mendapatkan
kabar duka dari kampung halaman bahwa ibu saya meninggal dunia. Disini perasaan
saya benar-benar hancur, niat saya ingin membahagiakan kedua orang tua telah
pupus. Ibu saya lebih dulu meninggalakan saya sebelum saya menyelesaikan perkuliahan.
Ini adalah moment sedih dan penyesalan yang tidak akan pernah saya lupakan
selamanya. Terkadang saya juga merasa bersalah telah meninggalkan kedua orang
tua saya di kampung halaman selama bertahun-tahun. Tetapi sekarang saya sudah
berusaha untuk mengikhlaskan semuanya dan saya akan berusaha menjadi anak yang
lebih baik lagi, lebih mengutamakan keluarga.
Selanjutnya saya akan focus pada
tujuan saya setelah menyelesaikan kuliah dan masa di asrama YAPI yaitu ingin
membahagiakan orang tua dan menikmati waktu bersama dengan keluarga. Selain itu
juga saya ingin menjadi orang yang dapat memberikan manfaat bagi orang lainnya
yaitu dengan menjadi guru yang menginspirasi para siswa.
Tentang Penulis
Ruhidin lahir di Mandi
Angin, Bengkulu Selatan, pada tanggagal 23 oktober 1998, anak kedua dari dua
bersaudara, pasangan Kuni dan Jusma. Menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 108
Bengkulu Selatan, Pendidikan menengah di SMPN 28 Bengkulu Selatan,
Menyelesaikan sekolah menegah atas di Sekolah Master Depok. Saat Ini sedangan
melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Ilmu
Sosial, Jurusan Pendidikan Sosiologi.
Pengalaman Organisasi Anggota BEMP
Pendidikan Sosiologi UNJ, Devisi Sosial Politik sejak tahun 2018-2019. Anggota
HMI MPO Cabang Jakarta. Pengurus ASGJ 2019-2021, 2019 Bendahara, 2020
Sekretaris, 2021 Ketua Asrama Sunan Gunung Jati.
Awal Masuk Asrama YAPI
Oleh
: Sinta Nopitasari
Pertama kali saya masuk Asrama
YAPI berawal ketika saya menjadi
mahasiswa STEBANK, kampus ini adalah kampus yang berbeda dengan kampus-kampus
pada umumnya. Kampus STEBANK adalah sekolah tinggi ekonomi perbankan yang
mengajarkan ilmu-ilmu perbankan berbasis syariah dan mengajarkan agar para
mahasiswanya untuk bisa berwirausaha, itulah mengapa STEBANK berbeda dengan
kampus lain. kampus ini memiliki dua program yaitu program mahasiswa regular
dan program mahasiswa beasiswa. Untuk mahasiswa yang mengambil program
beasiswa, mewajibkan para mahasiswanya untuk tinggal di asrama Fatahillah dan
menghafalkan Al-Qur’an.
Pada saat itu kegiatan kampus dan juga
asrama berjalan dengan lancar tanpa kendala. Seperti biasa pada pagi hari
hingga sore hari saya berada di kampus, setelah itu saya menjalankan
aktitivitas yang menjadi kewajiban saya sebagai warga asrama yaitu menghafalkan
Al-Qur’an menggunakan metode utawi iku. Utawi iku ini adalah metode
menghafalkan Al-Qur’an dengan artinya memakai ilmu nahwu & sharaf. Tidak
hanya itu di asrama juga ada kegiatan muhadhoroh, pelatihan hadroh, pelatihan
bahasa Inggris, Arab dan sebagainya.
Singkat
cerita ada kejadian yang tak terlupakan oleh saya dan teman-teman yaitu
terjadinya perselisihan tanah wakaf yang membuat saya dan teman-teman tidak
nyaman lagi menetap di asrama tersebut, setelah kejadian tersebut ada berita
yang lebih tidak mengenakan yang terdengar oleh saya dan teman-teman asrama,
saya tidak tahu berita itu benar atau tidak bahwa kampus STEBANK akan ditutup.
Pada saat itu saya dan teman-teman satu angakatan sangat putus asa dan
memutuskan untuk mencari kampus yang baru agar kami bisa melanjutkan
perkuliahan.
Pada saat itu saya hanya berfikir
“memilih kuliah tanpa asrama atau memilih melanjutkan hafalan Al-Qur’an dan
berasrama tetapi tanpa kuliah” sempat saya dan teman-teman daftar di pondok
pesantren khusus untuk menghafalkan Al-Qur’an, karena pada saat itu belum ada
kejelasan dari kampus STEBANK. Seiring berjalannya waktu teman-teman saya satu
persatu keluar dari STEBANK dan asrama. Satu per satu musibah datang kemudian
terjadilah kebakaran asrama yang membuat saya dan teman-teman semakin bersedih.
Singkat
cerita setelah musibah-musibah berlalu akhirnya saya dan teman-teman
mendapatkan kabar menggembirakan bahwa STEBANK dan asrama akan berada dibawah
naungan Yapi serta lokasi kampus dan asrama akan dipindahkan disitulah saya dan
teman-teman kembali bersemangat untuk melanjutkan perkuliahan dan asrama.
Tentang Penulis
Nama lengkap penulis Sinta Nopitasari biasa
dipanggil Cici, dilahirkan di Subang pada tanggal 12 Oktober 2000, merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ajum dan Isah. Penulis tinggal di
Subang, Provinsi Jawa Barat. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar
Negeri Panghegar pada tahun 2012 dan kemudian melanjutkan Sekolah Menengah
Pertama di MTS Yafata dan menyelesaikan
pada tahun 2015 dan pada tahun 2015 melanjutkan Sekolah Menengah Atas di
MA Yafata dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2018. Penulis melanjutkan
pendidikannya di Sekolah Tinggi Ekonomi Perbankan Islam Mr. Sjafruddin
Prawiranegara, Program Studi Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Perbankan Syariah.
Jejak langkahku
di Asrama YAPI dan Mimpiku
Oleh : Siti
Nurhalimah Tussa’diyah
Ada sebuah
pepatah yang mengatakan "utlubul ilma minal Mahdi Ilal lahdi" yaitu
tuntutlah ilmu sejak dalam buaian sampai liang lahat. yang merupakan acuan
tersendiri bagi saya pribadi untuk selalu menuntut ilmu kapanpun dan di manapun
saya berada. Termotivasi dari sebuah hadist nabi pula yang berbunyi "uthlubul
'ilma walau bishiin" yang berarti tuntutlah ilmu hingga ke negri cina.
Negri cina disini mempunyai makna tersendiri yaitu anjuran untuk menuntut ilmu
walaupun harus menyeberangi gunung dan pulau yang kala itu memang aksesnya
sulit ditempuh tetapi harus tetap dihadapi kurang lebih seperti itu. Dari kedua
ungkapan tersebut yang telah memotivasi saya untuk melanjutkan study saya
minimal hingga bergelar S2. sampai akhirnya pasca UN (ujian nasional) saya
mulai mengajukan diri dengan mendaftarkan diri di beberapa perguruan tinggi
baik dari jalur seleksi bersama hingga jalur mandiri. Qodarullah saya tidak
diterima dikampus manapun karena ada beberapa kendala dan kekeliruan data
sampai akhirnya saya hampir patah semangat.
Kala itu saya
merasa terpuruk dengan keadaan. Keadaan yang menuntut agar saya mampu walau
sebenarnya tak mampu. Keadaan yang memaksa kuat walaupun sebenarnya rapuh.
Hingga saya pasrah dengan ketentuan Allah dan saya diarahkan ke STEBANK. iya
STEBank (sekolah Tinggi Ekonomi perbankan islam) yang merupakan salah satu
kampus yang ada di Jakarta. Nama yang asing dan tidak pernah terbayangkan
sebelumnya saya akan berkuliah di kampus tersebut.
Dengan
bermodalkan niat dan juga tawakal saya memberanikan diri mendaftar dan mulai
ber-asrama di asrama DQF (Darrul Qur’an Fatahillah) sambil menghafal Al-Qur'an.
Awalnya saya keberatan dengan hafalan Al-Qur'an, karena sebelumnya basic saya
dipesantren adalah di kitab-kitab (seperti kitab kuning dsb) bukan di Al
Qur'an. Tetapi hari demi hari minggu demi minggu hingga bulan demi bulan
dilalui tak terasa saya sudah menginjak bangku kuliah di tahun kedua yaitu
semester 4. Banyak sekali kejadian, bahkan pengalaman dari yang terpahit hingga
yang termanis yang telah saya lalui disini.
Pada suatu pagi
saat kami terbangun dari tidur lelap kami yang dibarengi dengan beberapa
teriakan dan juga kepanikan semua itu disebabkan oleh si jago merah. Ya
ternyata terjadilah kebakaran di komplek perumahan sebelah gedung asrama DQF
(Darrul Qur'an Fatahillah) yang menyebabkan kerusakan yang nominalnya lumayan
jika ditotalkan. Dari kebakaran tersebut gedung asrama DQF juga terkena
imbasnya dari kamar-kamar asrama putri DQF mushola dan juga ruang serbaguna
semua nya habis termakan oleh si jago merah. Entah bagaimana awalnya, hingga akhirnya
asrama putri DQF dipindahkan ke gedung asrama putra DQF dan anehnya asrama
putra DQF malah dibubarkan. Hingga mulailah terdengar bahwa terjadilah konflik
perebutan hak waris yang sebelumnya telah diwakafkan (setahu saya). Awalnya
saya kurang peduli karena dirasa tidak mau ikut campur urusan orang dewasa.
Hingga akhirnya kenyataan bahwa tanah yang diperebutkan tersebut adalah asrama
DQF yang kami tempati sebelumnya akhirnya dari kamipun sempat melakukan
perlawanan dengan memberikan petisi dan melakukan mediasi dengan pihak terkait.
Tetapi tidak banyak membuahkan hasil. Akhirnya dengan segala upaya dan do'a
yang telah diusahakan asrama putri DQF berhasil lepas dari yayasan putra
Fatahillah dan berafiliasi dengan Asrama-Asrama YAPI.
Setelah mulai
menjadi asrama putri YAPI banyak hal-hal baru yang saya dapatkan. Mulai dari
lingkungan baru dengan berbagai keunikannya kemudian banyak kenal dengan
tokoh-tokoh masyarakat dan orang-orang hebat serta orang-orang baru dengan
berbagai kepribadian yang beragam. Dari sini saya jadi lebih banyak belajar
bahwa “belajar tidak harus dengan adanya guru”. Bahkan dengan kita mendengar
kan, membaca, mengamati, menelaah dan bertabayyun mulai dari lingkungan dan orang-orang di
sekitar kita, kita bisa mendapatkan banyak sekali pelajaran dan pengalaman
hidup yang belum tentu orang lain bisa merasakan nya. Hal ini juga yang banyak
saya syukuri dalam hidup saya. Bermodalkan tekad kuat untuk senantiasa belajar
akhirnya saya bisa bertahan di Asrama putri YAPI hingga sekarang.
Harapan saya
untuk sekarang yaitu dapat lulus dengan IPK (indeks Prestasi Kumulatif) dan
pencapaian yang saya impikan, bisa menjaga hafalan dengan selalu memurojaah
(mengulang) hafalan yang sudah didapatkan, juga besar harapan saya agar lekas
kerja dan dapat membantu perekonomian keluarga. Untuk asrama putri YAPI
terimakasih untuk pengalaman, pelajaran hidup baik suka maupun duka sudah kita
lalui bersama. Kedepannya saya harapkan asrama putri bisa lebih kompak lagi,
lebih saling mengerti dan memahami satu sama lain. Untuk yang senior agar dapat
mengayomi juniornya untuk yang junior agar lebih menghargai seniornya. Karena
kita hidup pasti memerlukan adanya feedback (balasan). Balasan disini dalam
segi positif tentunya.
Asrama putri
menjadi alternatif yang solutif bagi para mahasiswa yang ingin berkuliah di
ibukota, dengan berbagai fasilitas yang memadai dan juga gratis. Hal ini
tentunya sangat dibutuhkan asalkan kita dapat mamatuhi peraturan serta
konsekuensi yang telah ditentukan.
Biodata Penulis
Nama : Siti
Nurhalimah Tussa’diyah
Tempat tanggal
lahir : Indramayu 23 februari 2000
No. Handphone : 089611690658
Status : Mahasiswa
Riwayat
pendidikan : SD N Wanguk 1, MTs N 2
Babakan Ciwaringin, SMA N 7 Cirebon,
dan sedang menempuh jenjang S1 di Sekolah Tinggi Ekonomi Perbankan Islam
Mr.sjafruddin Prawira negara.
Moto hidup : YAKUSA (Yakin Usaha Sampai )
SELALU
ADA HIKMAH DI SETIAP PERIISTIWA
Oleh : Wahyu Khoirun
Nisa
Untuk
bisa kuliah di Jakarta hingga masuk ke asrama YAPI saya mengalami rangkaian
kisah yang cukup panjang. Diawali tidak lulusnya saya ketika mendaftar di salah
satu Perguruaan Tinggi di Semarang melalui jalur SNMPTN dan SMBTN. Ketika saya
mencoba daftar tes mandiri dengan mengambil bidik misi karena saya tidak teliti
jadi salah mengambil tes mandiri dengan reguler. Mengingat UKT di jurusan yang
saya ambil cukup tinggi akhirnya saya memutuskan tidak melanjutkan tes mandiri
tersebut. Kakak saya menyarankan kalau tidak mau kerja setelah lulus dari
Madrasal Aliyah masuk ke pesantren saja
untuk menghafalkan Al-Qur'an.
Tetapi
saya tetap ingin bisa kuliah. Akhirnya saya menemui guru saya dan guru saya
mendapatkan informasi dari seniornya bahwa ada perguruaan tinggi swasta di
Jakarta yang ada beasiswa pendidikan dengan syarat mau
menghafalkan Al-Qur'an. Setelah berdiskusi dengan keluarga akhirnya
saya diperbolehkan untuk kuliah di Jakarta. Dan akhirnya pada tanggal 10
Agustus 2018 saya ditemani guru saya berangkat ke Jakarta. Singkat cerita
akupun mulai berkuliah di STEBANK Islam Mr. Sjafruddin
Prawiranegara Jakarta dan bertempat tinggal di Asrama Darul Qur'an
Fatahillah. Ada beberapa kegiatan yang ada di Asrama selain kuliah dan
mengahafal Al-Qu'an yaitu kajian tafsir Qur'an, kajian nahwu shorof, muhadaroh,
pelatihan menulis artikel dan lain-lain. Semuanya berjalan dengan baik, dan
saya bisa mengatur waktu antara kegiatan perkuliahan dengan asrama. Beberapa
bulan setelah tinggal di asrama muncul beberapa masalah mulai dari keluarga
saya yang tidak bisa mengirim uang saku karena ayah saya sakit dan tidak bisa
bekerja lagi, persengketaan antara anak pemilik Yayasan Fatahillah dengan
pengelola gedung asrama putri yang terbakar dan masalah lainnya.
Untuk
masalah uang saku waktu itu saya masih bisa atasi dengan mengikuti seminar yang
ada uang sakunya dan ikut khataman bersama kakak kelas meski masih belum
tahu nanti ke depannya gimana. Yang membuat saya bimbang apakah saya harus
bertahan atau meninggalkan asrama lalu pulang kampung ketika satu persatu teman
saya mulai meninggalkan asrama dan memilih untuk daftar ke kampus lain karena
merasa STEBANK Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara dan asrama tidak ada harapan.
Berpikir bahwa keduanya akan di bubarkan di pertengahan jalan akibat adanya
persengketaan tersebut..
Sampai
akhirnya pada satu pekan sebelum hari raya idul fitri saya pulang kampung.
Setelah pulang kampung, saya bimbang mau balik lagi ke Jakarta untuk kuliah dan
melanjutkan hafalan Qur'an atau tidak. Sore itu saya termenung saya sudah
melangkah sejauh ini untuk bisa kuliah apakah saya akan menyerah begitu aja,
belum tentu jika saya mendaftar lagi kuliah di kampus lain akan keterima dan
belum tentu juga saya bisa kuliah sambil menghafal Al-Qur'an. Belum lama saya
termenung saya mendapat telpon dari kakak kelas, saya diminta untuk
menggantikan dia mengajar di tempat les yang dia ajar karena dia sudah lulus
kuliah dan dia mau cari kerjaan lain. Setelah mendapat telpon itu saya berpikir
mungkin saya harus tetap melanjutkan kuliah di Jakarta dan jika satu masalah
ada jalan keluarnya pasti masalah lain ada jalan keluarnya. Dan akhirnya saya
pun memutuskan untuk berangkat lagi ke Jakarta.
Singkat
cerita STEBANK Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara dan asrama pindah alih Yayasan. Awalnya di bawah Yayasan Fatahillah yang
berada di Jakarta Pusat sekarang di bawah Yayasan Pelajar Islam (YAPI) yang
berada di Jakarta Timur. Letak kampus dan asrama pun berpindah satu persatu ke
Jakarta Timur. Perpindahan kampus dan asrama ini seolah membawa harapan baru
dan itu menjadi awal saya dan teman-teman yang masih bertahan masuk asrama YAPI
yang sebelumnya sudah ada 3 asrama lainnya yaitu Sunan Gunung Jati, Sunan Giri, Wali Songo dan yang aku tinggali
yaitu Asrama Putri.
Saat
pertama masuk asrama putri YAPI yang awalnya di asrama putri sebelumnya
sistemnya pesantren sistemnya berubah menjadi sistem pengkaderan meskipun
sistem pesantrennya tidak dihilangkan sepenuhnya. Awalnya agak kaget sih tapi
seiring berjalannya waktu akhirnya bisa mengikuti. Setengah tahun setelah
asrama putri dinaungi YAPI, saya dan teman-teman seangkatan menjadi pengurus
harian asrama putri, dan kami saat itu masih bingung menjalankan kepengurusan
karena ketika di YAPI ini semua sistemnya tertata rapi terutama dalam hal
persuratan dan kami tidak ada dapat contoh sebelumnya. Sampai akhirnya saya dan
teman-taman mencari contoh dari 3 asrama YAPI yang sudah ada
sebelumnya. Setelah satu tahun masa kepengurusan tahun berikutnya saya dan
teman-teman pun menjadi pengurus harian asrama lagi walau beda ketua, agar
sistem kepengurusan asrama lebih tertata dan bisa mengikuti standar YAPI. Saya
dan teman-teman pun banyak belajar dari 3 asrama YAPI lainnya.
Saat
ini memasuki tahun keempat saya di Jakarta, tidak terasa waktu berjalan begitu
saja hingga tak terasa sudah mau lulus kuliah. Saya sangat bersyukur, waktu itu
saya memutuskan tetap bertahan di Jakarta untuk melanjutkan kuliah dan
berasrama hingga saya mencapai titik ini. Mungkin jika saat itu saya menyerah
saya tidak akan bisa merasakan bagaimana bergabung di asrama YAPI, bisa bertemu
dengan tokoh-tokoh YAPI yang hebat, mempelajari banyak hal di YAPI terutama
dalam sistem organisasi asrama. Setelah lulus dari kuliah dari asrama saya
berharap bisa mengamalkan apa yang sudah saya dapat selama kuliah dan selama di
kader di asrama.
Semoga
asrama YAPI dapat selalu berkomitmen untuk menjadi tempat tinggal bagi
mahasiswa yang berasal dari luar Jakarta untuk dapat menempuh pendidikan
kampus tanpa harus memikirkan biaya kost. Semoga asrama YAPI bisa mencetak
kader pemimpim masa depan yang berintegritas. Demikian cerita perjalanan saya,
ingat meski banyak ujian dan masalah yang dihadapi tetap semangat, jalani semua
prosesnya dan teruslah melangkah jangan menyerah karena kita tidak tahu rahasia
apa yang tersimpan suatu saat nanti. Jangan sampai ada kata menyerah bagi orang
yang merindukan kesuksesan. Naskah ini adalah Kisah Perjalananku Kuliah di
Jakarta Hingga Masuk Asrama YAPI.
Tentang Penulis
Wahyu Khoirun Nisa, lahir
di Demak pada tanggal 18 Juli 2000, anak ketiga dari 4 bersaudara dari pasangan
muhammad Rozikin dan Sri Alifah. Seorang anak nelayan biasa dari pesisir pantai
Moro Demak. Perempuan kelahiran dari Demak ini memiliki beberapa nama sapaan diantaranya
Yuyun, Wahyu, Nisa, Yuni, Uyun, A’yun. Ia menyelesaikan pendidikan sekolah
dasar di MI Bustanul Huda, Menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di
Mts Sunan Barmawi, Menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di MA NU 3
Ittihad Bahari dan sekarang menempuh pendidikan kuliah di Stebank Islam Mr.
Sjafruddin Prawiranegara jurusan perbankan syariah angkatan 2018.
Selain berkuliah ia juga menjadi seorang tutor
matematika di Kumon Tanah Tinggi dari tahun 2019 sampai awal 2022. Ia juga
mengikuti beberapa organisasi yaitu anggota HMI komisariat Stebank periode
2020-2021, BEM Stebank sebagai devisi keilmuan periode 2022-2023 dan pengurus
asrama putri sebagai devisi akademik dan keislaman periode 2021-2022.
Jejak langkahku
di Asrama YAPI dan Mimpiku
Oleh : Siti
Nurhalimah Tussa’diyah
Ada sebuah
pepatah yang mengatakan "utlubul ilma minal Mahdi Ilal lahdi" yaitu
tuntutlah ilmu sejak dalam buaian sampai liang lahat. yang merupakan acuan
tersendiri bagi saya pribadi untuk selalu menuntut ilmu kapanpun dan di manapun
saya berada. Termotivasi dari sebuah hadist nabi pula yang berbunyi
"uthlubul 'ilma walau bishiin" yang berarti tuntutlah ilmu hingga ke
negri cina. Negri cina disini mempunyai makna tersendiri yaitu anjuran untuk
menuntut ilmu walaupun harus menyeberangi gunung dan pulau yang kala itu memang
aksesnya sulit ditempuh tetapi harus tetap dihadapi kurang lebih seperti itu.
Dari kedua ungkapan tersebut yang telah memotivasi saya untuk melanjutkan study
saya minimal hingga bergelar S2. sampai akhirnya pasca UN (ujian nasional) saya
mulai mengajukan diri dengan mendaftarkan diri di beberapa perguruan tinggi
baik dari jalur seleksi bersama hingga jalur mandiri. Qodarullah saya tidak
diterima dikampus manapun karena ada beberapa kendala dan kekeliruan data
sampai akhirnya saya hampir patah semangat.
Kala itu saya
merasa terpuruk dengan keadaan. Keadaan yang menuntut agar saya mampu walau
sebenarnya tak mampu. Keadaan yang memaksa kuat walaupun sebenarnya rapuh.
Hingga saya pasrah dengan ketentuan Allah dan saya diarahkan ke STEBANK. iya
STEBank (sekolah Tinggi Ekonomi perbankan islam) yang merupakan salah satu
kampus yang ada di Jakarta. Nama yang asing dan tidak pernah terbayangkan
sebelumnya saya akan berkuliah di kampus tersebut.
Dengan
bermodalkan niat dan juga tawakal saya memberanikan diri mendaftar dan mulai
ber-asrama di asrama DQF (Darrul Qur’an Fatahillah) sambil menghafal Al-Qur'an.
Awalnya saya keberatan dengan hafalan Al-Qur'an, karena sebelumnya basic saya
dipesantren adalah di kitab-kitab (seperti kitab kuning dsb) bukan di Al
Qur'an. Tetapi hari demi hari minggu demi minggu hingga bulan demi bulan
dilalui tak terasa saya sudah menginjak bangku kuliah di tahun kedua yaitu
semester 4. Banyak sekali kejadian, bahkan pengalaman dari yang terpahit hingga
yang termanis yang telah saya lalui disini.
Pada suatu pagi
saat kami terbangun dari tidur lelap kami yang dibarengi dengan beberapa
teriakan dan juga kepanikan semua itu disebabkan oleh si jago merah. Ya ternyata
terjadilah kebakaran di komplek perumahan sebelah gedung asrama DQF (Darrul
Qur'an Fatahillah) yang menyebabkan kerusakan yang nominalnya lumayan jika
ditotalkan. Dari kebakaran tersebut gedung asrama DQF juga terkena imbasnya
dari kamar-kamar asrama putri DQF mushola dan juga ruang serbaguna semua nya
habis termakan oleh si jago merah.
Entah bagaimana awalnya, hingga akhirnya
asrama putri DQF dipindahkan ke gedung asrama putra DQF dan anehnya asrama
putra DQF malah dibubarkan. Hingga mulailah terdengar bahwa terjadilah konflik
perebutan hak waris yang sebelumnya telah diwakafkan (setahu saya). Awalnya
saya kurang peduli karena dirasa tidak mau ikut campur urusan orang dewasa.
Hingga akhirnya kenyataan bahwa tanah yang diperebutkan tersebut adalah asrama
DQF yang kami tempati sebelumnya akhirnya dari kamipun sempat melakukan
perlawanan dengan memberikan petisi dan melakukan mediasi dengan pihak terkait.
Tetapi tidak banyak membuahkan hasil. Akhirnya dengan segala upaya dan do'a
yang telah diusahakan asrama putri DQF berhasil lepas dari yayasan putra
Fatahillah dan berafiliasi dengan Asrama-Asrama YAPI.
Setelah mulai
menjadi asrama putri YAPI banyak hal-hal baru yang saya dapatkan. Mulai dari
lingkungan baru dengan berbagai keunikannya kemudian banyak kenal dengan
tokoh-tokoh masyarakat dan orang-orang hebat serta orang-orang baru dengan
berbagai kepribadian yang beragam. Dari sini saya jadi lebih banyak belajar
bahwa “belajar tidak harus dengan adanya guru”. Bahkan dengan kita mendengar
kan, membaca, mengamati, menelaah dan bertabayyun mulai dari lingkungan dan orang-orang di
sekitar kita, kita bisa mendapatkan banyak sekali pelajaran dan pengalaman
hidup yang belum tentu orang lain bisa merasakan nya. Hal ini juga yang banyak
saya syukuri dalam hidup saya. Bermodalkan tekad kuat untuk senantiasa belajar
akhirnya saya bisa bertahan di Asrama putri YAPI hingga sekarang.
Harapan saya
untuk sekarang yaitu dapat lulus dengan IPK (indeks Prestasi Kumulatif) dan
pencapaian yang saya impikan, bisa menjaga hafalan dengan selalu memurojaah
(mengulang) hafalan yang sudah didapatkan, juga besar harapan saya agar lekas
kerja dan dapat membantu perekonomian keluarga. Untuk asrama putri YAPI
terimakasih untuk pengalaman, pelajaran hidup baik suka maupun duka sudah kita
lalui bersama. Kedepannya saya harapkan asrama putri bisa lebih kompak lagi,
lebih saling mengerti dan memahami satu sama lain. Untuk yang senior agar dapat
mengayomi juniornya untuk yang junior agar lebih menghargai seniornya. Karena
kita hidup pasti memerlukan adanya feedback (balasan). Balasan disini dalam
segi positif tentunya.
Asrama putri
menjadi alternatif yang solutif bagi para mahasiswa yang ingin berkuliah di
ibukota, dengan berbagai fasilitas yang memadai dan juga gratis. Hal ini
tentunya sangat dibutuhkan asalkan kita dapat mamatuhi peraturan serta
konsekuensi yang telah ditentukan.
Biodata Penulis
Nama : Siti
Nurhalimah Tussa’diyah
Tempat tanggal
lahir : Indramayu 23 februari 2000
No. Handphone : 089611690658
Status : Mahasiswa
Riwayat
pendidikan : SD N Wanguk 1, MTs N 2
Babakan Ciwaringin, SMA N 7 Cirebon,
dan sedang menempuh jenjang S1 di Sekolah Tinggi Ekonomi Perbankan Islam
Mr.sjafruddin Prawira negara.
Moto hidup : YAKUSA (Yakin Usaha Sampai )
Siap
atau Tidak Siap, Harus Memilih !!
Oleh: Yudha Dewantara
Dipagi hari aku memegang selembar
kertas ijazah yang sudah aku nantikan, selembar kertas yang sangat berarti
untuk masa depan, selembar kertas yang didapatkan dengan berjuang belajar
selama tiga tahun. Akupun memegangnya dengan rasa bangga, aku memeluk kedua
orang tuaku yang selalu ada untukku, aku bahagia memiliki ibu dan ayahku, tidak
lupa mereka selalu memberikan dukungan kepadaku, baik berupa do’a, materi
ataupun lainnya yang dapat membuatku semakin termotivasi untuk belajar selama
tiga tahun itu. Aku bersyukur dan mengucapkan terimakasih kepada kedua orang
tuaku atas apa yang telah diberikannya selama ini, akan kuingat dan kukenang selamanya.
Tidak hanya rasa bahagia yang aku dapatkan, setelah
memegang selembar kertas tersebut aku merasa bingung tentang apa yang harus
kulakukan, jujur aku tidak memikirkan ini sebelumnya, aku selalu mencoba untuk
selalu mengikuti apapun yang ada didepanku, ibarat arus air, mengikuti kemana
air mengalir. Rintangan apapun aku selalu hadapi, baik itu mudah ataupun sulit,
kebinggungan yang harus aku lakukan adalah memikirkan bagaimana aku melanjutkan
kehidupanku setelah lulus SMA. Perasaanku campur aduk, aku tidak tahu harus
merasa senang di atas
kebingungan atau merasa bingung diatas kesenangan ini, tentu aku senang bisa
lulus SMA, tapi di sisi lain ada suatu hal yang perlu aku pikirkan dan jalankan
ke depannya. Ini
menyangkut masa depanku. Sesuatu hal yang perlu dipikirkan dan dipersiapkan
dengan matang.
Hari demi hari silih berganti, aku pun
masih belum menemukan jawabannya, kemudian entah kenapa ketika aku scroll
handphone, baik instagram ataupun youtube, aku selalu melihat sekilas
gambar ataupun video dengan tema tentang mendekatkan diri kepada Allah Swt. Hari-hari
berikutnya pun sama isi bahasan di instagram dan youtube mengingatkanku kepada
Allah Swt, aku merasa aku harus lebih dekat dengan Allah Swt, aku sadar ini
pasti merupakan hidayah dari Allah Swt agar aku selalu mengingat-Nya dan lebih
dekat kepada-Nya. Semenjak itu aku selalu mendengarkan ceramah, tadarus,
berdo’a setiap selesai shalat. Melaksanakn shalat sunnah, dan amal-amal shalih lainnya dengan nyaman, aku kerjakan semua
amalan sunnah dan aku fokus dengan
hal itu karena di hari-hariku yang kosong,
aku belum memilih untuk melanjutkan kuliah ataupun kerja.
Beberapa hari kemudian aku diajak temanku untuk menyiapkan
berkas-berkas untuk melamar pekerjaan ke beberapa tempat seperti melamar
sebagai pegawai di beberapa Mall
di Bogor dan sejenisnya. Singkat cerita akupun melamar ke
tempat tersebut, tetapi alangkah
kecewanya aku, saat melamar langsung ditolak begitu saja, dikarenakan alasan
yang menurutku kurang masuk akal, kemudian aku mencoba ke tempat lain, alhamdulillah diterima berkasnya dan aku menunggu kabar
dari perusahaan tersebut. Beberapa minggu aku tidak kunjung mendapatkan kabar,
aku kecewa, tetapi aku mencoba selalu bersyukur kepada Allah Swt, mungkin ini
ada hikmahnya dan harus kujalani terlebih dahulu bagaimana pun sulitnya melamar pekerjaan.
Setelah itu aku mendapatkan ajakan dari temanku lagi untuk
mengikuti SNMPTN, seketika aku merasa yakin karena aku selalu mendapatkan
peringkat tiga besar di kelasku semasa SMA, tetapi keyakinanku tak lama gugur,
karena aku berpikir ke depannya
tentang bagaimana aku berkuliah, walaupun aku mendapatkan beasiswa, tetapi
untuk kuliah itu tentu harus ada biaya yang lumayan besar untuk awalnya,
dikarenakan bisa saja beasiswa terlambat pencairannya dan tentu biaya lain atau
biaya cadangan juga diperlukan, dikarenakan jika kuliah di luar kota, maka aku harus menyiapkan biaya hidup di sana.
Akupun masih ragu, apakah aku daftar
SNMPTN atau tidak, aku kemudian menanyakan hal ini kepada guru BK ku dan orang tuaku. Guru BK memberikan arahan, tips dan triknya untuk kuliah melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN serta
bagaimana mendapatkan beasiswa Bidikmisi. Kemudian aku meminta izin dan menyerahkan semua
keputusan kepada kedua orang tuaku, keputusan tentang apakah aku lanjut untuk
bekerja atau kuliah, semua itu aku pasrahkan dan aku tidak pernah sekalipun
memaksa kedua orang tuaku untuk aku melanjutkan kuliah. Akhirnya kedua orang
tuaku memberikan keputusan untuk mencoba keduanya, yaitu medaftar pekerjaan
dibeberapa tempat dan mendaftar SNMPTN juga.
Mereka bilang rezeki tidak akan tertukar, semua sudah
diatur oleh Allah Swt, dan kita hanya bisa berdo’a serta berusaha untuk menggapai apa yang kita inginkan.
Kedua orang tuaku memberikan arahan terkait bagaimana tentang pergaulan, hidup
di luar kota, biaya,
mengatur waktu, dan tidak lupa tentang pentingnya ibadah. Dengan arahan guru BK
dan kedua orang tuaku, aku memutuskan untuk mendaftar SNMPTN dikedua perguruan
tinggi yang aku idamkan.
Sambil menunggu pengumuman lulus
SNMPTN, aku selalu mendengar
kajian online maupun offline tentang keislaman dan motivasiserta
melakukan aktivitas ibadah lainnya
yang membuat hatiku tenang. Walaupun
aku sedang
dilanda kebingungan akan masa depanku.
Tak lama kemudian aku mendapatkan pengumuman, bahwa aku tidak lulus SNPTN, lagi-lagi aku mendapatkan kekecewaan. Tapi tetap aku
selalu berpikir positif dan tidak boleh
menyalahkan Allah Swt, aku yakin pasti ada hikmah atas semua itu.
Dengan penuh harap aku berdo’a kepada
Allah Swt di setiap selesai shalat, tadarus atau ibadah lainnya. Aku pasrah
akan apa yang telah terjadi padaku, aku serahkan semuanya kepada Allah Swt, aku
hanya berdo’a dan berusaha untuk mencoba yang terbaik. Aku bingung harus
bagaimana lagi, setelah apa yang telah aku hadapi tidak diterimanya
kerja, pengumuman kerja yang tak kunjung datang, dan tidak lulus
kuliah jalur SNMPTN. Tak lama saat berdo’a,
aku teringat masih ada kesempatan kedua, yaitu SBMPTN, aku persiapkan
segalanya, aku lihat di status Whatsapp yang mana teman-temanku sedang
belajar sungguh-sungguh, membeli buku tentang tips dan trik SBMPTN, latihan
soalnya, dan lain sebagainya. Saat itu aku merasa tidak percaya diri akan lolos
SBMPTN, aku berpikir aku tidak mampu membeli buku-buku yang cukup mahal itu,
dan aku berpikir bahwa walaupun aku selalu berada di peringkat tiga besar di
kelasku semasa SMA, tetapi mungkin saja aku akan kalah oleh seseorang yang
belajar sungguh-sungguh dengan memaksimalkan belajarnya, seperti membeli buku,
dan lainnya.
Aku pun meminta motivasi dari guru BK
dan kedua orang tuaku, mereka memberikanku semangat, walaupun serasa tak
mungkin, tetapi rezeki itu pasti tidak akan salah orang dan ketika ada kemauan
pasti ada jalan. Setelah itu akupun merasa semangat, dan aku membuang jauh-jauh
rasa takut dan keraguanku. Aku coba untuk belajar melalui media internet baik
itu artikel ataupun youtube yang membahas mengenai SBMPTN. Aku belajar terus
setiap hari menjelang tes SBMPTN, semua waktu kosong aku gunakan sebaik
mungkin, aku tidak ingin kalah dengan yang lain, setidaknya aku harus ada
sesuatu yang aku banggakan dalam hidupku kelak.
Singkat cerita, aku ternyata lolos
SBMPTN dan diterima di Universitas Negeri Jakarta program studi Pendidikan
Teknik Elektronika, aku sungguh merasa tidak menyangka, ternyata setelah merasa
kecewa beberapa kali, akhirnya aku mendapatkan jawaban yang membahagiakan
baik diriku maupun kedua orang tuaku.
Aku kemudian sujud syukur atas semua yang telah terjadi, ternyata memang benar bahwa di dalam kesulitan pasti
ada kemudahan yang dijanjikan Allah Swt. Ini tertuang dalam surat Al Insyirah
ayat 5 yang artinya, “karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Tetapi kebingungan baru
muncul, aku memikirkan tentang biaya
hidup di Jakarta, kost, pergaulan, dan lainnya. Namun kedua orang tuaku tetap
menyemangatiku dan mengatakan bahwa, “jika ada kemauan, pasti ada jalan yang
tidak kita duga-duga”, dan ternyata benar adanya ketika aku dan kedua orang
tuaku mencoba untuk mencari asrama yang dikira lebih murah biayanya, aku pun
mendapatkan tempat asrama itu, tepatnya Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri.
Kemudian tanpa pikir panjang, aku segera mendaftar di asrama tersebut.
Akupun mengikuti beberapa tes yang
diselenggarakan oleh Asrama tersebut. Alhamdulillah, aku menerima pengumuman
bahwa diterima di asrama tersebut, aku sangat senang, karena biaya hidup akan
lebih ringan ketika aku di asrama, dan akupun merasa akan mendapatkan bonus di
asrama berupa pengetahuan dan pengalaman berasrama yang dapat berguna untuk
masa depanku.
Di asrama aku belajar banyak mengenai
bagaimana cara mengatur waktu yang cukup padat antara kegiatan asrama, kampus,
organisasi, dan lainnya. Tak hanya itu aku pun dituntut untuk bisa memegang
kegiatan besar sebagai mandat perkaderan pada awal aku di asrama tersebut. Tentu aku tidak
menyesal atas lelahnya di asrama, tetapi semua itu adalah amanah dari Allah Swt
bahwa aku pasti bisa melakukannya.
Aku berpikir bahwa amanah tidak akan
salah orang. Semuanya pasti Allah Swt berikan kepadaku, karena aku pasti mampu
menghadapi dan melewatinya. Lagi-lagi aku yakin bahwa di dalam kesulitan pasti
ada kemudahan yang dijanjikan Allah Swt. Ini tertuang dalam surat Al Insyirah
ayat 5 yang artinya, “karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Semua itu aku jalani hingga aku menjadi
pengurus di Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri, aku sudah pernah menjabat
sebagai Bendahara di Asrama, dan tahun ini aku menjabat sebagai Sekretaris
asrama. Alhamdulillah semuanya aku jalani dengan sepenuh hati, aku yakin pasti
akan ada hikmah dibalik semua ini. Jadi, aku mempelajari bahwa dalam hidup kita
harus memilih dan siap berproses untuk menggapai impian.
Kita harus siap akan amanah yang diberikan Allah Swt atas
pilihan tersebut. buanglah rasa takut, buanglah keraguan dalam diri, karena semua
itu akan menghalangi seseorang untuk mencapai kesuksesannya, namun bukan
berarti yakin sepenuhnya tanpa rencana yang matang. Persiapan
yang matang itu penting. Maka dengan keyakinan,
persiapan, ikhtiar dan do’a, Insyaa Allah akan berikan hasil yang terbaik.
Itulah kisah perjalananku setelah lulus SMA hingga masuk Asrama YAPI, aku
ucapkan terima kasih kepada kepada kedua orang tuaku yaitu Muhamad Jamaludin
dan Yayat dan terima kasih juga kepada semua yang telah mendukungku hingga saat
ini. Semoga pengalamanku dapat memotivasi pembaca, khususnya yang sedang
bingung atas pilihannya tentang melanjutkan kuliah atau kerja. kemudian mohon
maaf apabila ada kekurangan dalam penulisanku, karena kesempurnaan hanyalah milik
Allah Swt, dan manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Kisah Perjalananku
setelah Lulus SMA hingga masuk Asrama YAPI.
Tentang Penulis
Yudha Dewantara Lahir di Bogor, 1 Oktober 2000. Anak pertama dari
pasangan Muhamad Jamaludin dan Yayat. Saya menyelesaikan Pendidikan Sekolah
Dasar di SDN Pasireurih 4 Bogor, menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di SMPN 2 Tamansari Bogor, menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah
atas di SMAN 1 Tamansari Bogor, dan saat ini saya sedang menempuh pendidikan di
Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, Program Studi Pendidikan Teknik
Elektronika angkatan 2018.
Pengalaman Organisasi saya yaitu
diantaranya menjabat sebagai Tim Pembela Mahasiswa UNJ sebagai Staff Kominfo
periode 2019-2020, Anggota HMI periode 2019 – 2020, Sekretaris HMI periode 2020
– 2021, Koperasi Mahasiswa UNJ sebagai
anggota KOPMA UNJ periode 2018 – 2020, sebagai Kepala Divisi Handicraft KOPMA
UNJ periode 2020 – 2021, di Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri sebagai Bendahara
periode 2021 – 2022, dan Sebagai Sekretaris periode 2022 – 2023.
Asrama Wali Songo Sebuah Pilihan
Oleh : Wildan Zakaria
Pada kehidupan seseorang, perlu makna hidup untuk menentukan arah tujuan
hidupnya. Makna hidup dapat diartikan sebagai tujuan hidup atau tujuan yang
ingin dicapai pada diri seseorang. Pencarian kebermaknaan hidup yang merupakan
motif yang melekat pada diri tiap manusia (Sumanto, 2006). Tujuan hidup
seseorang pasti berbeda satu sama lain, antara dunia atau akhirat. Hidup itu
sebuah pilihan, kita memilih apa yang kita inginkan. Hidup dengan aturan yang
baku atau tidak. Apa yang sebenarnya yang diinginkan. Mempunyai kehidupan yang
layak, sukses di dunia maupun di akhirat. Keseimbangan antara dunia dan akhirat
perlu dilakukan.
Menjadi seorang mahasiswa adalah pilihan saya yang cukup berat bagi
saya. Mengapa? Karna harus siap mental
dan fisik. Serta pemilihan jurusan yang sesuai dengan passion. Tidak ada
paksaan dari orang lain dan ikhlas menjalankan karena-Nya. Lalu dinyatakan
lulus atau tidak hal yang sangat mendebarkan. Setelah beberapa waktu mencari
referensi dan baru dapat memilih, lalu ditentukan dengan kelulusan apakah kita
layak atau tidak. Setelah dinyatakan lulus seleksi masuk universitas yang harus
dilakukan yaitu pemilihan tempat tinggal yang sesuai dengan diri kita.
Saya memiliki tujuan menjadi apoteker yang dapat membantu orang banyak,
yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Rencana setelah lulus kuliah S-1, jika
Allah mengizinkan, diberikan kesempatan untuk melanjutkan ke program profesi
apoteker. Saya juga berkeinginan untuk
bekerja di dunia forensik. Atau ke industri farmasi yang berhubungan dengan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (Quality Control).
Untuk rencana awal tempat tinggal saat kuliah yaitu ngekost mencari tempat
kost yang paling dekat dengan kampus agar mengurangi biaya transportasi. Tetapi
ada teman yang telah masuk asrama Walisongo mengajak saya untuk pendaftar dan
tinggal di asrama. Ini adalah suatu pilihan yang harus dibicarakan dengan orang
tua, saya butuh beberapa hari untuk memikirkan dan menentukannya. Memilih
tempat tinggal di asrama yang memiliki aturan tersendiri juga merupakan suatu
pilihan bagi saya. Karena apa? Tinggal bersama orang tua dengan aturan tidak
tertulis yang mengikat harus mengikuti aturan dan norma yang ada tanpa aturan
baku, lalu memilih tinggal di asrama yang memiliki aturan tertulis yang wajib
dipatuhi dan memiliki sanksi tegas. Ini yang membuat saya kurang terbiasa
dengan cara hidup saya yang tidak begitu diatur. Selagi kita dapat menjalankan
aturan dan tidak merasa terbebani dengan aturan yang ada, saya masih bisa
mengikuti aturan tersebut.
Setalah saya masuk di lingkungan Asrama Walisongo, banyak sekali kebiasaan
baru yang terbentuk dari diri saya. Meminta izin, berkomunikasi dengan yang
lain, sharing ilmu, mengaji dan shalat berjamaah adalah kegiatan sehari-hari
yang selalu dilakukan. Merasa sedih karena jauh dari orang tua tentu kerap kali
terjadi. Apa boleh buat, memilih universitas Gunadarma yang ada di Depok dan
memilih tempat tinggal di asrama adalah pilihan saya sendiri. Saya harus
bertanggungjawab atas apa yang telah saya pilih. Saya sadar dengan apa yang
saya pilih.
Setelah beberapa hari di asrama merasa biasa saja dan tidak terlalu berat
menjalaninya. Tapi, yang berat itu karena lingkungan pertemanan atau
persaudaraan yang saya tidak terbiasa. Saya tidak suka kerumunan orang, saya
hanya ngobrol jika saya perlu. Di asrama saya belajar bersosialisasi,
berkomunikasi, berkontribusi dalam suatu kegiatan, public speaking, serta
lainnya. Meskipun sampai saat ini saya masih kurang mengaplikasikannya, saya
sedang belajar untuk itu. Hal yang saya pelajari di asrama selain keislaman
juga tentang bagaimana cara berinteraksi yang baik dengan orang lain, cara
menghargai orang dari kultur budaya yang berbeda. Saya merasa beruntung
mengenal mereka semua (teman-teman di asrama Walisongo). Kesal dan sebal pernah
saya rasakan.
Jika seperti ini hanya bisa ikhlas dan memaafkan jika mereka salah dan
meminta maaf jika saya yang salah. Di asrama tidak ada kesenjangan antara warga
tetap dan warga percobaan. Sejauh saya melihat kami hidup rukun. Saya tidak
tahu jika ada konflik internal yang ada di sana. Selagi saya tidak membuat
masalah dengan mereka dan saya juga tidak suka mengurus permasalah internal,
kecuali memang saya diminta tolong. Sebisa mungkin saya tidak merepotkan orang
lain, saya harus bisa sendiri. Tidak ada orang lain yang peduli dengan saya.
Itu yang saya lakukan dan fikirkan saat ini. Mungkin ini salah, tapi saya akan
belajar lagi hidup berdampingan dengan orang lain.
Kehidupan di asrama tidak selalu baik, ada kalanya malas ataupun
bersemangat. Untuk menjaga tetap semangat itu yang sulit. Tetap menjaga konsistensi
fikiran positif agar menjalankan dengan penuh semangat. Kegiatan di asrama ada
kalanya membuat fikiran saya lebih terbuka dengan mendengarkan mentoring dan
kajian yang diselenggarakan asrama. Adakalanya saya suntuk dengan semua
kegiatan itu. Apapun yang terjadi harus dapat ikut dalam kegiatannya. Asrama
Walisongo merupakan tempat yang baik untuk belajar ilmu agama dan ilmu umum
sesuai minat kita. Saya banyak belajar tentang ilmu agama dan belajar
berdasarkan dari pengalaman orang lain yang lebih tau ilmunya.
Saya juga belajar berkomunikasi dengan orang lain, belajar berorganisasi,
dan lainnya. Banyak pengalaman yang sangat berharga yang mungkin akan berguna
bagi saya di masa yang akan datang. Sejauh ini hanya itu saja yang dapat saya ceritakan. Terima kasih.
Tentang Penulis
Wildan Zakaria, kelahiran Bandung 2 Mei 2003.
Mahasiswa aktif program studi S-1 Farmasi Universitas Gunadarma dan juga warga
Asrama Walisongo. Merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, berasal dari Garut
Jawa Barat.
Tulisan ini berawal dari program “Menulis YAPI” yang diadakan bagi warga
asrama yang dinaungi oleh YAPI. Tidak ada bakat menulis dalam diri saya, tetapi
saya mencoba untuk melakukan yang terbaik bagi tulisan saya ini. Meski banyak
kekurangan dalam tulisan ini, saya bersyukur telah menyelesaikannya. Saya tidak
berharap banyak, semoga tulisan ini dapat diterima. Terima kasih.