Minggu, 17 April 2022

DERAP LANGKAHKU DI ASRAMA YAPI JILID 2


 


DAFTAR ISI  JILID 2 :

1.      Adam Panca Putra Pinaria_Coretan Seorang Rantau

2.      Akbar Rizal Haris_ Anak Petani Juga Berhak Kuliah

3.      Alifa Husna Amanda_Kisah Anak Serambi makah di asrama YAPI

4.      Anugrah Catur P_Derap Langkahku di Asrama YAPI

5.      Budi Muhammad Arif Qirom _ Berprestasi dan Berpikir Kritis

6.      Choirul Ikhsan_Rentang Masuk Asrama Walisongo

7.      Fadhil Al Faiz_Kisahku  Memasuki Asrama Wali Songo

8.      Farhan Firdaus -Langkahku Menjadi Anak Kota  di Asrama

9.      Farid Hamdani_ Mahasiswa Islam Membutuhkan Asrama Sunan Giri

10.  Ihsan Hijria Putra-Anugerah dari Tuhan itu Nyata

11.  Ikram - Dari Negeri Maluku Ujung Timur Indonesia Ke Ibukota Jakarta

12.  Indah Purnama Sari_ Cerita Awal Masuk Asrama YAPI

13.  Indera Robby Ramdhani _Memilih Pilihan Berbeda

14.  Irfanto Febriansyah_ Satu Yang Dipilih Dari Banyak Pilihan

15.  Khoirunisa_ Dinamika Hidupku di  Asrama YAPI

16.  Laskar Hidzib _ Reinjeksi Arah Kaderisasi YAPI dalam Menjawab Tantangan

17.  Luluk Khodija_Ada apa di Asrama YAPI ?

18.  Nurul Hida_Berawal Dari Amanah Menuju Mimpi Penuh Berkah_

19.  Renaldi Martin_ Anak Indaramayu Kuliah di Jakarta Tinggal  di Asrama YAPI

20.  Ruhidin _ Kisahku Masuk Asrama YAPI dan Kesruannya.

21.  Sinta Nopitasari _ Awal Langkahku di Asrama YAPI

22.  Siti Nurhalimah Tussa’diyah_Langkahku di Asrama YAPI dan Mimpiku

23.  Wahyu Khoirun Nisa_ SELALU ADA HIKMAH DI SETIAP KEJADIAN

24.  Yudha Dewantara_ Siap atau Tidak Siap, Harus Dipilih !

25.  Wildan Zakaria _ AWS Sebuah Pilihan dari Berbagai Pilihan

 

 

CORETAN SEORANG PERANATAU : INITIALIS GRADUS

Oleh : Adam Panca Putra Pinaria

 

 

Kebimbangan, sebuah kata yang mampu mendekripsikan apa yang aku rasakan. Tahun 2017, tahun dimana untukku menjadi tahun yang sulit dilupakan. Tahun dimana pemberitaan mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi sejak 2014. Namun, apa yang kurasakan adalah lambatnya perputaran uang. Di saat pendapatan utama orang tuaku adalah daya beli masyarakat mengingat kami membuka rumah makan. Terhentaknya ekonomi kami saat itu setidaknya setelah pendidikan kakak-kakakku sudah ditahun terakhir, sehingga pengeluaran keluargaku dapat ditekan. Ditahun dimana menurunnya ekonomi daerahku itulah saat aku akan lulus dari SMA dan akan melanjutkan kebangku kuliah. Atau tidak? Aku bingung, bimbang.

Sebenarnya apa yang aku inginkan?

Kebingungan itupun semakin kuat, semakin besar seiring waktu berjalan. Mencoba membaca keahlian diri sendiri sangatlah sulit untuk remaja 17 tahun yang semangat dan rasa takutnya sama besar saat itu. Namun ada satu hal yang aku pahami dalam diriku saat itu aku suka dan ingin terus mencoba hal baru, baik itu pengalaman, keahlian dan tentu saja pengetahuan. Aku pun terbiasa melakukan pencarian lewat google atas apa yang aku tidak ketahui. Oh iya, sekarang akupun memakai istilah googling. Aku mulai mencari mulai dari apa arti kuliah sampai jurusan apa yang menjamin pekerjaan.

Kenapa aku tidak mencari jurusan sesuai apa yang aku suka?

Selayaknya dunia yang bulat seperti roda, keadaan keluargaku juga sudah mengalami yang namanya naik turun. Menjadikan diriku yang saat itu berumur 5 tahun mengerti cara kerja uang. Kembali kepada aktivitas googlingku, aku membaca kisah, pengertian deskripsi dan lain sebagainya untuk mengerti keadaan di luar pulau tempat tinggalku. Ada satu hal yang aku selalu senangi yaitu “kepastian”, hal ini membuatku menyenangi Matematika dan ilmu hitung. Sehingga tidak salah bagiku untuk menyukai sebuah institusi yang memberi kepastian kerja untuk lulusannya. Di mataku saat itu adalah sekolah yang lulusannya pasti menjadi aparatur Negara baik sipil maupun militer. Namun, ternyata di sekolahku menerima kuota SNMPTN atau seleksi masuk dengan nilai. Aku berpikir “kenapa tidak”.

Melihat kondisi saat itu banyak hal lucu yang tak bisa kujelaskan. Mulai dari bagaimana universitas negeri Provinsiku terang terangan mengatakan akan menolak mereka yang menyimpan pilihan masuk ke sana dipilihan kedua. Hingga banyak temanku yang memilih sembarangan di kuotanya. Diriku sendiri memilih program studi Teknik Industri di universitas ternama dipulau jawa. Bukan karena kepedean tapi lebih kepada memaksimalkan kesempatan. Tentu saja aku mendapat warna merah saat pengumuman. Tapi tersebut tidak akan membuatku menyesal. Karena aku harus terus melihat kedepan.

Aku pun mempersiapkan diri untuk tantangan berikutnya dan memilih akademi kepolisian. Namun, mungkin itu bukanlah rezekiku karena persiapan yang kurang matang. Aku hanya bisa mengatakan untuk administrasi pendaftaran sangatlah menjadi penghambat mereka yang tinggal di pulau. Dimana setiap dokumen dikerjakan di pulau berbeda. Kemudian tatapanku mengarah ke STAN yang saat itu tes dilakukan di Makassar tapi sekali lagi aku gagal. Kegagalan ketigaku itu ternyata berdampak kuat pada kesehatanku. Jika aku mengatakan aku tidak bersedih itu pasti tidak akan dipercaya. Kekhawatiran itu memuncak saat melihat kondisi ekonomi daerahku yang semakin menurun. Kesimpulan itu kuambil dari daya beli masyarakat daerahku yang makin lama makin lemah. Tapi, dari semua hal yang sedih yang telah kusampaikan tentu ada kabar bahagia yang datang dan telah lama orang tuaku tunggu yaitu lulusnya kakakku dari akademinya. Kami sekeluarga yang ada di daerahku akhirnya pergi menuju ibukota untuk menghadiri upacara kelulusannya. Kurasa kebingunganku ini akan kukesampingkan dulu.

Desiderium

               Keinginan, kata yang masih belum bisa kudefinisikan. Oh iya, upacara kelulusannya sangat luar biasa. Namun, aku tidak bisa meninggalkan masalah yang harus ku selesaikan ini. Aku merasa hampa karena belum terbiasa untuk tidak sekolah, jangan salah aku menyukai liburan. Namun, saat kita tidak melaksanakan lagi rutinitas yang dikerjakan selama 12 tahun tentu akan ada perasaan yang salah. Akupun mendapat kabar dari temanku bagaimana mereka mengisi waktu gapyear mereka di kampung inggris, ini menarik menurutku. Mengingat masa-masaku di SMP aku sudah menyadari pentingnya bahasa inggris saat itu dan memang aku sudah sempat mengikuti kursus serta belajar otodidak di daerahku. Aku akhirnya menyampaikan keinginanku ke orang tuaku, tentu melihat kondisi saat itu orang tuaku tidak langsung setuju. Namun, atas dukungan kakak-kakakku akhirnya aku melangkah ke dalam kereta saat itu. Pikirku banyak hal baru yang siap aku jelajahi setiba disana.

               Ada hal lucu saat aku tiba disana. Ternyata aku datang sehari sebelum dimulainya program kursus yang kuambil. Akhirnya aku tidak bisa masuk ke asrama kursusku tersebut. Temanku juga belum bisa kuhubungi karena sedang ada ujian kursusnya. Tentu sebagai muslim ada satu tempat yang selalu bisa menjadi rumah singgah. Aku pun ke masjid terdekat disana. Melihat lingkungan baru ini membuatku entah kenapa  bersemangat. Menunggu setidaknya 5 jam, temanku akhirnya datang menjemputku. Saat kesana aku hanya membawa satu tas ransel dan koper mini. Kami pun keasrama dia disana. Keesokan harinya aku pun bisa ke asramaku untuk menyimpan barang dan segera ketempat orientasi.

               Ada banyak yang ingin kutuangkan dalam catatan ini tentang kehidupanku di kampung inggris. Namun akan kusingkat saja, beberapa hal yang kualami disana dimulai dari bagaimana aku menemui teman-teman baru, menyadari bahasa inggrisku yang kurasa saat itu sudah lumayan ternyata masih kurang, menjelajahi daerah tersebut, menjajaki kuliner dan masih banyak lagi. Tapi ada satu hal terus mengganggu pikiranku disana.

Apakah ini sesuai keinginanku kesana?

               Tepat sebulan saat pikiran itu memuncak, aku mulai melakukan kembali rutinitasku saat SMA yaitu lari. Aku pun mulai kembali berpikir positif, aku menyelesaikan kursus disana dengan nilai yang memuaskan yaitu 85. Akupun secara pasif sudah bisa berbahasa inggris. Dengan tujuan yang sudah kucapai akhirnya aku kembali ke Jakarta lagi. Salah satu alasanku ke Jakarta adalah karena kakakku sebentar lagi akan wisuda. Seusai menghadiri wisudanya aku yang masih jauh dari solusi masalahku kembali merasa kehampaan yang hanya bisa kuisi dengan lari.

 

 Longe

               Jauh. Jauh dari kepastian masa depanku. Berselang dari wisuda kakakku aku menetap di rumah kontrakan yang aku tinggali bersama kakak-kakakku. Rumah ini sudah akan selesai sewanya sehingga akupun pulang ke orang tuaku. Sedangkan, kakak-kakakku menetap dan mencoba peruntungan di Jakarta. Sesampainya di daerahku aku mempersiapkan diriku untuk tes akademi militer. Tapi masih belum rezekiku dikarenakan saat ke Kendari untuk memeriksa kesehatanku. Hasilnya adalah kesehatan mataku yang ternyata lebih buruk dari dugaanku. Mencari kembali sekolah kedinasan dengan kondisi mataku, aku kembali mempersiapkan diri untuk tes STIS. Tesnya yang dilaksanakan di kendari membuatkuku kembali kesana bersama teman-temanku yang juga mengikuti beberapa tes disana.

Apakah aku berhasil?

               Tentu saja tidak. Kalau berhasil aku tidak mungkin menulis ini. Tapi, temanku berhasil masuk, aku turut senang untuknya. Pada akhirnya aku hanya bisa kembali kerumah. Aku kepikiran tahun lalu aku tidak sempat mengambil SBMPTN, “kenapa tidak kuambil tahun ini” pikirku. aku akhirnya menyampaikan tujuanku untuk mengambil SBMPTN di tahun ini kepada orang tuaku. Disaat itu, aku akhirnya memilih program studi hanya dengan dua kriteria dari orang tuaku dan diriku yaitu berlokasi di Jakarta dan berhubungan dengan informatika. Lokasi tesnya aku pilih dikendari, karena hanya itu yang terdekat. Akupun kembali kesana untuk yang kesekian kalinya.

               Untuk pertama kalinya dari beberapa upaya yang telah aku lakukan akhirnya aku menerima tanda hijau di halaman pengumumanku. Aku pun segera mengabarkan orang tuaku dan kakak-kakakku. Disela-sela berkabar tersebutlah aku mengenal Asrama YAPI yaitu Asrama Sunan Giri (ASG). Aku akhirnya berangkat ke Jakarta untuk keempat kalinya dengan tujuan kembali bersekolah. Kenangan awal saat ke kampus tujuanku. Aku tidak bisa bohong ada sedikit rasa sesal yang kurasakan.

Paenitet

               Sesal. Apa yang kusesalkan masih belum bisa kupastikan. Setelah mendengar penjelasan mengenai program studiku Pendidikan Informatika yang setelah satu semester kembali kenama sebelumnya yaitu Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer. Prodiku ternyata meluluskan mahasiswa dengan gelar Sarjana Pendidikan. Tentu sebelumnya aku sudah mengetahui itu saat lolos SBMPTN. Tapi dengan mendengar jawaban dari pihak informasi cukup membuatku meragukan diri sendiri.

               Saat itu aku masih tinggal di Bekasi. Rumah kontrakan baru kakak-kakakku. Dari sana kekampusku terbilang memberi banyak kejadian lucu mulai dari tersesat hingga terjebak macet. Dari pengalaman itu akhirnya aku pergi ke ASG untuk mulai tinggal disana. Pengalaman tinggal di ASG diawali dengan perasaan senang. Namun setelah tes penerimaan mulai bermunculan pikiran “apakah sudah bener tinggal disini?”. Aku tidak bisa bohong perasaan sesal karena program studiku kembali naik dan ditambah dengan sesal karena masuk asrama.

               Tapi aku sadar, pilihanku hanyalah disini atau di bekasi. Tidak ada pilihan ketiga untukku, karena akupun tidak ingin kembali lebih membebani orang tua atau kakak-kakakku lagi. Satu satunya dipikiranku adalah tidak ada yang sia-sia. Baik itu program studiku ataupun tinggal di asrama. Itulah resolusiku.

Resolutio

               Resolusi itu membawaku hingga bisa menyelesaikan setiap tahap pengaderan asrama. Aku yang saat itu sadar bahwa dunia selalu berputar akhirnya mulai terbiasa hidup di asrama. Resolusi itu juga memaksimalkan kuliahku. Saat sampai di ASG aku hanya menggandeng ransel berisi dokumen dan beberapa pakaian saja. Pandanganku untuk asrama ini adalah seperti pesantren yang kukunjungi selagi di Kediri. Setelah disana barulah kumengerti kalau asrama ini adalah asrama pengaderan.

Sepanjang tinggal di asrama sebagai warga tamu barulah kusadari beratnya tinggal dengan orang lain yang budaya daerahnya sangat berbeda denganku. Awal yang cukup berat untukku dikarenakan aku juga sedang melaksanakan orientasi di kampus. Saat itu menurutku orientasi di kampus sangatlah tidak relevan. Bahkan, menurutku tidak ada gunanya. Karena inti dari orientasi adalah pengenalan. Sementara bagian pengenalan sendiri hanya secuil dari rangkaian kegiatan. Terlepas itu semua tibalah pengumuman yang mana aku lulus seleksi asrama. Dan tibalah hari orientasi di asrama.

Jujur awalnya aku mengira orientasi di asrama tidak akan bedah jauh dari orientasi kampus. Ternyata perkiraanku meleset. Menurutku orientasi seperti ini adalah hal yang menyenangkan. Orientasi ini benar benar memperkenalkanku dengan asrama. Orientasi ini juga memberi pengalaman yang bisa kugunakan saat pelatihan di luar atau dalam kampus.

Pengalaman orientasi itupun sangat membantuku saat mengikuti Latihan Kader 1 HmI yang diselenggarakan oleh Komisariat Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta. Pengalaman tersebut kembali membantuku saat mengikuti Latihan kepemimpinan Program Studi dan Fakultas di Kampus. Jujur dengan adanya pengalamanku itu pelatihan-pelatihan di Kampus tersebut seperti biasa untukku. Kembali kepengaderan asrama, pengaderan selanjutnya adalah perkenalan.

               Tahapan ini terbagi dua yaitu perkenalan warga dan presentasi. Saat perkenalan warga ini adalah proses yang aku sangat setujui. Karena aku adalah salah seorang yang susah mengingat orang. Namun, mengenai presentasi perkenalan entah kenapa aku ridak bisa menyetujui atau menolaknya. Karena bagiku ini memiliki keuntungan dan kerugiannya masing masing. Ya memang perlu bagi warga baru untuk memperkenalkan dirinya kepada warga. Namun, yang menjadi penentu kelulusannya malah tes pengetahuan. Kurang relevan menurutku. Ditambah adanya tugas seusainya. Hanya ada satu pesan bila yang baca ini adalah calon warga. Kerjakan tugas yang diberikan secepatnya. Karena saat itu jujur bagiku lebih mudah mendapat pengertian dosen dari pada pengurus asrama. Singkatnya aku lulus tahap perkenalan dengan sekali percobaan.

Tahapan berikutnya adalah mandat. Tahapan ini benar benar menguras tenagaku ditambah keikutsertaanku di organisasi kampus membuatku harus selalu mengupdate kalender kegiatanku. Saat itu aku mendapat mandat bahasa dengan tugas yang bertujuan meningkatkan bahasa inggris warga. Ada beberapa nilai yang kupetik dari pengalaman mandat ini yaitu, pertama kegiatan sekecil apapun akan mempengaruh semuanya bila kita tidak memperhatikan dengan baik, kedua komunikasi yang baik sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan dan terakhir jangan berharap berlebihan. Walaupun nilai mandatku saat presentasi pas-pasan, setidaknya aku bisa menyelesaikannya.

Selagi aku melaksanakan mandat kegiatan di kampusku terkhusus kegiatan sosial politik menjadi penenangku. Yang mana sampai aku bisa menjabat di beberap lembaga yang berkenaan dengan sosial politik. Jangan salah, sosial politik itu tak semerepotkan yang diberitakan. Ya bagi mereka yang megambil keuntungan dari situ tentu merepotkan. Kembali ke pengaderan asrama, tahapan berikutnya adalah makalah ilmiah. Saat itu aku sedang benar-benar membantu pengobatan ibuku, sehingga dalam pikiranku adalah bagaimana aku cepat menyelesaikannya. Setelah dua kali mengganti judul akhirnya aku bisa menyelesaikannya. Satu hal yang pasti dengan secara terus menerus dikerjakan pasti akan selesai.

               Dari setiap tahap pengaderan dan pengalaman hidup dengan banyak orang akhirnya mengajarkan banyak hal. Namun, lucunya banyak hal tersebut tidak bisa kutuangkan semuanya dalam tulisan ini. Tapi yang pasti membantuku mempersiapkan diri untuk hidup dimasyarakat. Rasa penyesalanku makin lama semakin berkurang. Untuk itu bisa kukatakan bahwa aku senang memilih tinggal di asrama. Karena bisa membuka pintu dunia baru dihadapanku.

Novae Terrae

               Dunia baru yang kumaksud adalah dunia aktivis. Selama berkuliah aku selalu tertarik dengan bahasan politik baik dalam maupun luar negeri. Menurutku kita harus selalu bisa meresap bahasan tersebut sebagai mahasiswa. Pengalaman aktivis ini hanya akan kusingkat saja disini. Aku sendiri pernah menjabat posisi organisasi yang berhubungan langsung dengan kegiatan aktivis kampus. Satu kalimat dariku untuk merangkum semuanya adalah setiap mahasiswa haruslah membawa nilai yang ingin diperjuangkan dan menjadikan nilai itu sebagai prinsip sebelum menyebut dirinya aktivis. Apa yang kurasakan dan alami mulai dari perjuanganku sampai kehidupanku tinggal dan berkuliah di Jakarta membantu diriku dalam mempersiapkan diri. Tentu persiapan yang matang akan berperan besar dalam memenuhi harapan kita masing-masing.

               Setelah semua ini entah kenapa mulai muncul kembali pertanyaan-pertanyaan dibenakku.

Apakah aku siap membuka pintu dunia yang lebih baru?

Tentu aku siap dan harus siap. Karena kali ini aku bisa berusaha menjadi lebih baik dari diriku yang sebelumnya.

Apakah aku akan sukses dan berhasil?

Aku akan terus belajar untuk tidak meragukan diriku sendiri, aku juga akan berusaha semaksimal yang aku bisa.

 

Spes

Harapanku untuk diriku adalah untuk terus berjuang dan terus maju. Harapanku untuk yang membaca ini adalah untuk memaknai coretan ini sebagai bukti bahwa perjuangan tidak ada yang sia-sia. Harapanku untuk ASG dan YAPI adalah untuk terus bisa membuat mereka yang seperti diriku bisa lebih kuat secara mental dan lebih siap untuk terjun kemasyarakat. Aku juga berharap ASG dan YAPI terus memupuk jiwa-jiwa aktivis yang ada dan pasti selalu ada di mahasiswa yang tinggal di asrama.

Ingat kita tidak akan pernah hancur, kita hanya dikalahkan.

Dan ingat kekalahan adalah syarat kemenangan.

Teruslah berjuang.

Karena orang yang kuat hanya bisa menolong dirnya sendiri.

Namun, orang hebat bisa menyelamatkan orang lain.


Tentang Penulis

 

 

Adam Panca Putra Pinaria, Lahir di Ereke, 16 Januari 2000. Pemuda ini merupakan anak kelima dari 6 bersaudara. Adam menyelesaikan sekolah dasarnya di SDN 10 Poasia di Kendari dan SDN 1 Kulisusu di tanah kelahirannya. SMPN 1 Kulisusu dan SMAN 1 Kulisusu adalah pendidikan lanjutan yang ditempuh olehnya yang masih di tanah kelahirannya. Sekarang ia sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Jakarta di Faklutas Teknik Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer angkatan 2018.

Adam sudah berorganisasi sejak SMP dimana ia menjabat sebagi Bendahara utama OSIS. Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Divisi Teknologi Informasi dan Komunikasi OSIS dan menjadi anggota pasukan 8 PASKIBRAKA Kabupaten saat SMA. Pengalaman Organisasi yang diikuti oleh Adam selama berkuliah yaitu diantaranya sebagai berikut; Staff Pusgerak Pasukan Biru FT UNJ 2019, Kepala Divisi Lingkungan Hidup FKA UNJ 2019, Wakil Kepala Departemen Komunikasi dan Informasi BEMPPTIK 2019, Staff Pusgerak Green Force UNJ 2019/2020, Wakil Sekretaris Jenderal Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Buton Utara JABODETABEK 2019-2022, Kepala Divisi Pusgerak Pasukan Biru FT UNJ 2020, Staff Departemen Sosial Politik BEMFT UNJ 2020, dan Komandan Green Force UNJ 2020/2021. Adam sendiri di asrama pernah menjabat Biro Pengaderan Diskusi dan Humas 2020, dan Biro Kepemimpinan Kaderisasi Organisasi dan Sosial 2021.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Anak Petani Juga Berhak Kuliah

Oleh Akbar  Rizal Haris

 

Ramadhan kali ini berbeda dengan tahun sebelumnya,tahun ini tahun pertama saya kuliah dan kali pertama saya puasa di ibukota tepatnya diasrama wali songo.asrama yang menjadi proses adaptasi saya dari wilayah pesisir Utara Jawa Indramayu tepatnya, kabupaten yang didominasi oleh hamparan sawah yang sangat luas, menuju kota depok daerah penyangga ibu kota yang kental akan macetnya .

Hal tersebut menjadi dua hal yang sangat bertolak belakang sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi saya,Namun menjadi rezeki tersendiri untuk saya ,ditambah saya kuliah di universitas Gunadarma teknik mesin lewat jalur beasiswa  yang mana hal tersebut saya dapatkan secara tidak sengaja,karena sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar tak ada terbesit keinginan untuk berkuliah apalagi di wilayah Jabodetabek yang  identik dengan manusia modern.bahkan sampai sekarang tak jarang saya bertanya tanya apa tujuan saya kuliah,hal tersebut tak lepas dari lingkungan dan pola asuh orang tua saya ,yang mana bapak saya merupakan seorang petani tulen sekaligus purna  TNI-AD.

Sejak saya kecil cita cita saya sudah sangat bulat untuk meneruskan perjuangan bapak,tak jarang pula saya diajak ke tempat beliau bekerja,hal itu pula yang makin menumbuhkan kecintaan saya terhadap TNI dan NKRI.akan tetapi hal tersebut harus saya kubur dalam dalam karena saya mengalami kecelakaan pada tahun 2015 dan saya harus dioperasi . Selang beberapa tahun pada saat saya mau lulus SMA saya kebingungan, kampus mana yang akan saya pilih,kala itu saya mendaftar SNMPTN di universitas jenderal Soedirman dan di universitas Padjadjaran akan tetapi nasib masih kurang baik "belum rezekinya " gumam saya dalam hati .

               Kemudian saya mencoba peruntungan lain dengan mendaftar di STIKES kemenkes Semarang ,akan tetapi nasib kurang baik masih menimpa saya,dua kali daftar dan dua kali ditolak.Setelah penolakan itu saya ingin kembali mendaftar di salah satu universitas swasta Islam didaerah yogyakarta.  Jika kalian bertanya mengapa saya memilih daerah selatan Jawa dan daerah sekitarnya sebagai tujuan meneruskan pendidikan lanjutan saya, entahlah saya pun tidak tau.yang pasti Yogyakarta dan daerah Jawa lainya yang mempunyai kekentalan budaya yang sangat apik telah mendapatkan tempat tersendiri dihati saya.saya mempunyai keterkaitan sendiri terhadap budaya Jawa beserta kesultanannya.

               Waktu kian berlalu saya pun berkonsultasi dengan guru BK mengenai universitas mana yang sekiranya mempunyai peluang besar,kemudian tak berpikir panjang beliau menyarankan program beasiswa sampe s2 di universitas Gunadarma jurusan teknik mesin,karena beliau juga melihat program yang saya tuju disnmptn adalah teknik juga dan memang saya punya ketertarikan tersendiri terhadap fisika dan teknik. saya pun tanpa pikir panjang mengiyakan ajakan tersebut karena jujur saja saat itu saya sudah tidak tau mau kemana yang penting tidak berdiam diri dirumah.

               Setelah diterima di universitas Gunadarma,bapak saya menyarankan agar mencari asrama saja supaya tidak terpengaruh oleh pergaulan bebas ibu kota ucap beliau seperti itu.beliau juga ingin ilmu yang saya dapat saat mondok dulu tak sia sia .tak lama setelah itu saya mendapatkan informasi mengenai asrama wali songo ini yang letaknya pun tak jauh dari universitas Gunadarma.

Saya pun mencoba keberuntungan dan setelah beberapa tahapan Alhamdulillah saya lolos dan berhak tinggal di asrama wali songo ini. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih dapat tinggal dan menjadi bagian dari asrama wali songo ini.Asrama yang mengajarkan banyak hal kepada saya  yang merupakan anak kampung yang awam akan pengetahuan luar.disini saya mendapatkan pembinaan mengenai kepemimpinan, tanggung jawab, publik speaking dan lain sebagainya.

               Setelah berbagai proses yang saya alami hingga sampai dititik sekarang ini saya belajar dan mengerti bahwa apa yang kau kira baik tak selamanya baik dan apa yang kau kira tak baik tak selamanya tak baik.Allah bukan tidak mengabulkan doa doa mu tapi Allah memberi apa yang kau butuhkan bukan apa yang kau inginkan.Apa yang kau tanam itu pula yang akan kau tuai.jangan pernah berhenti berbuat baik karena yang baik akan berakhir baik.

 

 

  

 

 

 

 

TENTANG PENULIS

               Akbar Rizal Haris atau yang kerap disapa akbar atau abay ini merupakan    mahasiswa baru universitas Gunadarma program studi Teknik mesin Angkatan 2021,yang berasal dari indramayu.dia mengadu nasib di ibu kota seorang diri.ia lahir di indramayu tepatnya pada tanggal 1 desember 2003.

Berenang dan membaca puisi menjadi salah satu hal yang ia sukai ia dibesarkan dilingkungan yang mayoritas petani tulen hal tersebut menjadi tantangan tersendiri untuknya tinggal di ibu kota ini.ia juga menyukai seni fotografi bisa diliat dari akun Instagram nya @rzzalll_.

 

 

 

 

 

 

KiSAH ANAK SERAMBI MAKKAH DI ASRAMA YAPI

Oleh : Alifa Husna Amanda

 

Perkenalkan namaku Alifa Husna Amanda, yang biasa dipanggil Nada. Aku berasal dari Aceh tepatnya di Kota Banda Aceh. Hobiku membaca tetapi untuk menulis aku tidak terlalu suka, mungkin mengunggah blog seperti ini akan menjadi alternatif lain untukku agar rajin menulis, walaupun mengetik kadang bawaannya malas namun aku paksakan biar selesai tugas membuat naskah buku Derap Langkahku di Asrama YAPI. Aku anak tengah, memiliki 2 abang, 1 adik cewe dan 1 adik cowo. Abangku yang pertama alhamdulillah sudah memiliki keluarga kecilnya. Abangku yang kedua sedang duduk di bangku perkuliahan semester 8. Adik ceweku tahun ini akan menduduki bangku sekolah menengah akhir sedangkan adik cowoku duduk di bangku SMP.

Pada tahun 2021 aku lulus dari SMA Negeri 11 Banda Aceh dan ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Saat itu aku mengikuti UTBK SBMPTN dengan pilihan jurusan ITB  Tekhnik Pertambangan serta UNSYIAH dengan pilihan jurusan Tekhnik Sipil. Mungkin bukan rejekiku untuk lulus di jurusan pilihan yang aku mau. Sempat terpuruk karena terlalu banyak berharap tapi tak sebanding dengan usaha yang aku lakukan. Tak sampai berhenti disitu, aku yang punya tipe anak suka mengikut kegiatan apapun, tetap bisa mempertahankan semangatku  dengan ikut semua kegiatan. Mulai dari CPNS dan UTBK MANDIRI serta beberapa pencarian beasiswa Universitas Swasta. Alhamdulillah CPNS aku lulus di tahap administrasi, tapi tidak melanjutkan ke tahap kedua yaitu ujiannya karena masalah kesehatan saya pada hari H itu menurun dan juga lagi naik naiknya kasus korona.

UTBK MANDIRI juga alhamdulilah saya lulus dipilihan kedua yaitu PGPAUD, akan tetapi karena keuangan  saat itu sedang  tidak bersahabat dan biaya pendidikan tinggi, aku bilang ke mama untuk tidak usah hiraukan pendidikan lanjut, karena setidaknya kita ada ijazah SMA (minimal). Tetapi di balik itu semua aku sibuk mencari kampus swasta yang menyediakan beasiswa agar mamaku tidak memikirkan biaya pendidikanku. Alhamdulillah setelah search dan juga tanya tanya dengan saudara di Jakarta ada pendaftaran PMB di kampus STEBANK yang menyediakan beasiswa tahfidz dan juga beasiswa KIP.

Aku mencoba ikuti PMB STEBANK dan juga bertanya ke pihak kampus tentang penyediaan asrama untuk mahasiswi non-tahfidz. Ternyata pihak kampus menyarankan agar masuk asrama YAPI. Dan setelah aku lulus menjadi mahasiswi STEBANK aku baru tau bahwa STEBANK merupakan asrama di bawah naungan Yayasan Asrama Pelajar islam baca YAPI. Mungkin karena kurang komunikasi antara YAPI ataunpun pihak kampus yang mana tidak menyertakan kapan bisa masuk asrama. Karena aku orang jauh jadi aku harus mikir bagimana kehidupan ke depan, jadi aku cari cari informasi asrama YAPI dengan teman yang beasiswa tahfidz. Saat aku coba berkomunikasi dengan ketua asrama dulu (kak  Cici) dibilang bisa masuk asrama di bulan sepuluh 2021. Akan tetapi karena kendala keuangan jadi aku minta undur di bulan 12  tahun 2021.

 

 

AWAL MASUK ASRAMA YAPI.

Awal mula kuliah di Jakarta lumayan rumit, akhirnya aku sampai di asrama YAPI di dekat Asrama Sunan Giri Rawamangun di komplek PU, Jl. Sunan Giri Rawamangun Jakarta Timur. Jujur awalnya ekspetasiku yang terlalu tinggi atau bagaimana, aku pikir asrama yang akan kutempati itu seperti asrama pada umumnya yang seperti pesantren. Ternyata ekspetasiku ketinggian. Sebenarnya asrama dulu itu luas, tetapi tidak untuk dihuni oleh 16 orang, jadinya kita berdesak desakan. Selama ± 2 bulan aku tinggal di asrama putri Darul Qur’an Fatahillah baca DQF dengan penuh sesak, bau menyengat, dan juga banyak binatang yang sangat amat aku tidak suka yaitu kecoa dan tikus.  Atas wewenang YAPI mengabarkan asrama  DQF akan pindah asramanya ke Rawamangun . Syukur alhamdulillah aku sangat senang dengan kabar tersebut.

Sekarang aku tinggal di asrama putri ( Aspuri ) milik YAPI, di sinilah aku dan teman teman lainnya tinggal di asrama yang mewah dengan fasilitas yang amat sangat memadai dan juga peraturan yang semakin ketat. Bagiku itu wajar sebanding dengan apa yang disediakan dan juga feedback ke aku. Sekarang aku sedang fokus untuk menyelesaikan studiku di STEBANK Syafrudin Prawiranegara , dan aku berusaha ikut andil dalam kegiatan di asrama YAPI.

Rencana Setelah Lulus dari Asrama YAPI

Rencananya, setelah aku lulus dari kuliahku insyaallah jika diberikan kesehatan dan juga umur panjang, aku ingin melanjutkan S2 di universitas negeri lainnya dengan jurusan ILMU HUKUM. Cita citaku ingin jadi ahli hukum. Banyak tentangan dan juga campur tangan keluarga saat aku memilih setiap jurusan. Tapi aku tau itu adalah bentuk sayang mereka  agar aku ga ke sana ke sini tanpa arah. Walaupun ada rasa cape ketika terus terusan ditentang tapi mau gimana lagi?. Aku juga berharap asrama YAPI terus ada dan semakin maju agar bisa kukenalin ke anak anakku nanti "nak mama lulusan asrama DQF YAPI, mau joint ga?" hahaha.. .

 

 

 

 

 

BIODATA PENULIS

 

 

Nama: Alifa Husna Amanda

Tempat, Tanggal Lahir: Banda aceh, 9 Juni 2003

Alamat: Jl.Rawa Sakti Lr. Beringin No.3 Peuniti. Kec,Baiturrahman Kota Banda Aceh.

Status: Mahasiswa 

Riwayat Pendidikan :

SDN 40 Kota Banda Aceh. SMPN 7 Kota Banda Aceh,

SMAN 11 Kota Banda Aceh, Tahun lulus 2021.

Sekarang sedang menempuh jenjang S1 perbankan syariah di Sekolah Tinggi Perbankan Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara

 

Moto hidup: Teruslah Berjuang Sampai Orang-Orang yang Mencibirmu Bungkam.

HP: 083192042599

Email: alifaamanda2018@gmail.com

 

 

 

Maret 24, 2022

 

 

 

 

Derap Lamgkahku di Asrama YAPI

Oleh : Anugrah Catur Prayogo.

 

               Nama saya Catur, anak keempat dari empat bersaudara. Orang kampung yang saat ini sedang menjalani perkuliahan di kota orang, kota yang dikenal dengan keramaiannya, kepadatannya, dan jam terbang yang tinggi, ya Depok. Semuanya terjadi begitu saja, bahkan belum pernah saya pikirkan sebelumnya. Bukan hal yang mudah bagi anak yang selalu dekat dengan orang tua, harus berpisah untuk menempuh Pendidikan. Takut dan khawatir adalah rasa yang pertama kali saya rasakan setelah menerima pengumuman. Takut jauh dengan orang tua dan khawatir tidak bisa bertahan hidup dengan lingkungan sekitar. Setiap tempat memiliki budaya yang berbeda, dimana anak rantau harus bisa menyesuaikan diri dengan budaya tempat tersebut. Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan yang berbanding terbalik dengan kampung saya disini, tetapi sebagai pengunjung saya harus mewajarkan hal itu. Apatis, arogan, dan egois sifat yang sering kali saya temui disini. Tidak terbayang apabila saya hidup sendiri di kos, tidak ada teman bicara dan berbagi keluh kesah.

               Banyak lika-liku yang saya lalui disini, dimulai dari culture shock yang sangat berbanding terbalik dengan budaya di kampung saya. Hal yang menurut saya aneh untuk dilakukan merupakan hal yang biasa dilakukan disini. Tetapi disisi lain saya bertemu banyak orang hebat disini. Banyak ilmu yang saya dapatkan bahkan hanya dengan melihat perilaku mereka. Memang benar bahwasannya orang kota jauh lebih rasional dalam berpikir dari pada orang kampung. Dari segi Pendidikan dan pola piker orang kota jauh diatas orang kampung. Salah satu hal yang saya mengerti adalah orang kota cenderung tidak mudah puas denga napa dia hasilkan, sehingga hal itu menuntut mereka untuk terus berkembang. Berbeda halnya dengan orang yang kampung yang mudah puas dengan apa yang mereka dapatkan. Tetapi tidak bisa kita pungkiri bahwa orang kota hanya memikirkan diri sendiri.

               Baru 4 bulan saya disini, tetapi banyak sekali hal yang terjadi, mulai dari hal menyenangkan, menyedihkan, dan mengharukan terjadi begitu cepatnya. Mulai terasa sepinya tanpa orang tua, jauh dari mereka, mungkin bisa dibilang mimipi buruk bagi saya. Akan tetapi proses ini lah yang menjadikan saya lebih dewasa dan tidak terus-menerus bergantung kepada orang tua, karna orang tua kita tidak akan selalu ada disamping kita. Rasa ingin balik kampung, mengingat suasana kampung dan orang-orang kampung yang ramah, membuat saya semakin ingin cepat balik kampung. Tetapi proses saya disini belum selesai, masih banyak hal yang harus saya lewati disini, hal yang bisa saja hanya terjadi sekali dalam hidup saya.

               Sebelum saya kesini, ada teman saya yang menawarkan untuk gabung ke Asrama Walisongo. Saya tidak tau apa itu asrama, dan saya mengiyakan ajakannya karena saya rasa bisa membantu survive disini. Saya tidak tau bahwa asrama memiliki program-program yang dapat melatih softskill maupun hardskill saya, terutama di bidang keislaman. Saat saya tau program asrama, saya khawatir jikalau saya tidak bisa mengikuti program tersebut dengan baik. Tetapi disini dituntut untuk bisa, jika belum pernah melakukan, maka di asrama lah tempat pertama kali mencoba. Saya mendapat banyak ilmu dan hal-hal baru selama tinggal di asrama. Dan lingkungan asrama pun mendukung untuk orang yang sedang belajar seperti saya. Diasrama saya bertemu dengan orang dari berbagai daerah dan berbagai karakter, hal ini membuat saya menjadi tau budaya-budaya yang ada diluar kampung saya. Itu juga yang membuat saya harus bisa beradaptasi dengan teman dari berbagai suku.

               Saya harap asrama YAPI terus berkembang dan menghasilkan kebih banyak alumnus yang berkualitas baik dari segi Agama ataupun Pendidikan. Saya sangat bersyukur bisa masuk asrama YAPI karena saya benar-benar didorong untuk mengeksplor hal baru. Semoga Asrama YAPI makin dikenal orang dan makin Berjaya. Tidak Lelah untuk membantu dan mendukung mahasiswa yang sedang dalam fase belajar. Adanya asrama YAPI ini juga membantu Indonesia menghasilkan mahasiswa yang unggul di berbagai bidang.

 

 

 

 

 

Biodata Penulis

 

 

Nama                                  : Anugrah Catur Prayogo

Tempat Lahir                   : Sukoharjo,

Tanggal Lahir                  : 20 Oktober 2003

Alamat                : Jln. Pramuka no.14 Ngebrak Rt 05/01 Plumbon, Mojolaban, Sukoharjo

Nomor  HP/Wa               : 088216316922

Email                                  : acprayoga@gmail.com

Motto hidup                     : Komitmen, Konsisten, Konsekuensi

Riwayat Pendidikan     

SD                                        : SDN 65 Gurawan

SMP                                     : SMP N 6 Surakarta

SMA                                    : SMA N 3 Surakarta

Universitas                       : Gunadarma

 

 

Berprestasi dan Berpikir Kritis

Oleh Budi Muhammad Arif  Qirom

 

Masa SMK merupakan masa yang berkesan, belajar menjadi pribadi dewasa, mencari jatidiri dan berpendidikan terakhir untuk memilih antara bekerja atau melanjutkan Kuliah. sejak masa SMK ada beberapa kesan yang pernah saya lalui baik dengan teman jurusan, guru, maupun dengan teman sekolah. Pada saat itu beberapa pengalaman yang pernah saya lalui sejak di SMK yaitu mengikuti organisai OSIS, ujian praktek jurusan dan lain sebainya. Alhamdulillah saya pernah memberikan prestasi untuk sekolah di cabang olahraga Senam baik tingkat Provinsi maupun Nasional.

Di SMKsaya mengambil jurusan Teknik Otomotif. Pada saat itu di tahun 2017 tepatnya di bangku kelas 12 SMK sejak saat itu kebanyakan dari temen-temen saya sudah memiliki tujuan dan arahan kedepannya untuk melanjutkan bekerja, ada juga yang melanjutkan pendidikan pesantren dan ada juga melanjutkan jenjang pendidikan kuliah. Saya sendiri saat itu masih bingung mau mengambil jurusan (Teknik atau Olahraga dan melanjutkan kuliah di UNNES atau di UNJ. Pada akhirnya saya putuskan untuk mengambil kampus Universitas Negeri Jakarta Fakultas Ilmu Keolahragaan. Singkat cerita ada 2 pilihan Program studi yang saya ambil, pertama saya ambil Prodi IKOR di UNJ, kedua Prodi Penjas di UNJ dan ketiga prodi Penjas di UNNES.

Ada berapa alasan kenapa saya ambil Fakultas Ilmu Keolahragaan tidak mengambil jalur linear dari SMK yaitu jurusan otomotif atau mengambil Fakultas Teknik, kenapa memang saya mengambil sekolah jurusan teknik Otomotif karena di wilayah daerah saya yang paling nge Trend di jalur SMK ialah jurusan Otomotif dan jurusan TKJ belum ada jurusan farmasi, gizi, maupun yang lainnya. Disamping itu saya disarankan mengambil sekolah SMK dan mencari sekolah yang terdekat dengan tempat saya latihan agar bisa memaksimalkan waktu sekolah dan latihan.

Di samping itu juga saya di kasih masukan dan arahan dari guru atau pelatih saya dengan kalimat “kalo kamu seneng dengan bidang olahraga dibanding teknik otomotif mending kamu ambil kuliah di Jakarta yaitu Universitas Negeri Jakarta karena di sana pusat nya keilmuan dan kampus bidang olahraga yang terbaik di Indonesia”. Saya juga sempat disentil pertanyaan oleh paman saya yang mengatakan kenapa kamu gak ambil jurusan teknik otomotif saja karena linear dari sekoal SMK kemudian saya bilang, memang jurusan teknik otomotif jugamenggiurkan dalam bekerja dan berbisnis akan tetapi saya lebih memilih passion ke olahraga ungkap saya.

Singkat carita setelah semuanya punya jalur dan jalan kehidupan yang diharapkan masing masing antara saya dan temen temen saya, akhirnya saya memilih daftar kuliah sedangkan kebanyakan temen saya memilih bekerja dengan mempunyai alasan yang mereka butuhkan masing masing. Rencananya saya mau ambil jalur SNMPTN dan pada akhirnya setelah saya cek informasinya ternyata sudah kelewat jadwal pendaftarannya. Setelah selesainya jadwal penerimaan SNMPTN saya mencoba jalur seleksi SBMPTN.

Banyak cerita yang saya lalui untuk memilih Jakarta sebagai tempat saya mencari ilmu. Ada cerita yang begitu sangat terkesan sebelum saya daftar dan diterima di Universitas Negeri Jakarta yaitu Ibu dan Bapa. Orang tua saya sayang dan sangat mengkhawatirkan anak nya berkuliah di Ibu Kota. Hal yang sangat dipikirkan orang tua saya setiap harinya kepada saya disaat kuliah nantinya, beliau mengkhawatirkan tidak mampu membiayai masa kuliah maupun kehidupan saya di Jakarta. Beliau sering menangis, memikirkan, pusing bahkan sampai sakit. Sebelum dan sesudah saya lulus di Universitas Negeri Jakarta hal yang menjadi kan saya teringat itu Ibu saya sampai Sakit karena mengkhawatirkan saya.

Setelah dinyatakan lulus jalur SBMPTN di Universitas Negeri Jakarta merasa senang sekalih. Alhamdulillah dari doa yang telah orang tua dan keluarga saya lakukan tercapai. akhirnya saya berasrama di sunan giri tahun ajaran 2017-2018. Sebelum berasrama saya pernah ngekost. Semenjak saya kuliah begitu banyak pengalaman organisasi yang saya ikuti dikarenakan kewajiban dari asrama. Organisasi yang saya ikuti diantaranya ada KOP Aerobic Gymnastics UNJ, BEMP IKOR, KPM IKOR, BPM FIK UNJ, Panitia PKKMB 2021.

Semenjak saya di asrama banyak sekalih moment pengkaderan yang saya dapatkan. Dimasa Warcob, setelah menjalani forum perkenalan dinyatakan lulus pada semester 2 saya mendapatkan amanah mandate olahraga oleh pengurus cabinet Visioner. Berjalannya waktu setelah tugas mandate olahraga selesai saya maju makalah dan lulus di semester 6 dan melanjutkan sebagai biru olahraga pada saat cabinet Revolusioner. Di tahun 2020 saya memegang Biro BARAKA (Biro Akademik, Literasi dan Kreativitas Diri) sebagai Biro Kreativitas Diri. Alhamdulillah dengan adanya aturan dari asrama bahwa setiap warga asrama wajib mengikuti organisasi dan harus daftar sebagai ketua di tiap organisasi yang dijalani. Sejak itu pula diri saya mulai mempunyai sikap kritik, peka, peduli, kerjasama,

 


 

RIWAYAT HIDUP PENULIS

 

 

 

Budi Muhammad Arif Qirom, Lahir di Brebes Jawa tengah pada tanggal 22 Maret 1998, merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Haerudin dan Ibu Akmaliyah. Penulis beragama Islam beralamat di Jl. Eyang Purwa Rt/Rw 002/003 Des. Bangbayang, Kec. Bantarkawung, Kab. Brebes Jawa Tengah.

Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh diawali dengan menamatkan Madrasah Ibtidaiyah Negeri 03 Brebes pada tahun 2011, selanjutnya menamatkan pendidikan Madrasah Tsanawiyah Negeri 04 Brebes pada tahun 2014, kemudian menamatkan pendidikan di Seoklah Menengah Kejuruan swasta Al-Furqon Bantarkawung  pada tahun 2017. Setelah itu melanjutkan Pendidikan Strata satu (S1) di Universitas Negeri Jakarta Fakultas Ilmu Keolahragaan Prodi Ilmu Keolahragaan.

Adapun pengalaman penulis dalam berorganisasi yakni pernah aktif sebagai pengurus osis di tingkat SMK bidang kerohanian, kemudian menjadi ketua KOP (Klub Olahraga Prestasi) Aerobic Gymnastics, Kerohanian BEMP (Badan Eksekutif Mahasiswa Prodi) IKOR 2018, Kaderisasi BPM (Badan Perwakilan Mahasiswa) FIK 2020, Panitia PKKMB 2021.

 

 

 

Rentang Kisah Awal Masuk Asrama Walisongo

Oleh :  Choirul Ikhsan,  Mahasiswa FMIPA UI 2016

 

Masih terbayang dalam ingatan saya, Febuari 2019, matahari tepat waktu menyelesaikan pekerjaannya hari itu, mega senja telah mulai pupus diufuk barat dan mulai menyisakan kegelapan. Lelahnya hari ini tergambar jelas pada dahi saya yang bermandikan keringat. Aroma terbakar matahari menusuk hidung yang menandakan permintaan untuk menutup aktivitas pagi ini.  Langkah kaki terasa lunglai, badan terasa berat, tetapi saya harus bergerak untuk dapat mencapai tujuan akhir hari ini. “Kamar! ya Kamar”, hal terakhir yang harus saya lakukan di penghujung hari adalah kembali kekamar. " Kamar tidur" kata yang selalu terngiang semenjak sore tadi. Setelah seharian dimulai dengan kegiatan perkuliahan dan diakhiri dengan mengajar siswa SMP, akhirnya tubuh saya harus menyerah dengan angan-angan.

Kehendak hati ingin istirahat, tapi mata saya terusik dengan secarik kertas di bawah pintu. Tak kuasa hati mengabaikan, akhirnya saya ambil kertas itu. Secarik kertas beruraikan kalimat" Surat Pemberitahuan". Tak sampai selesai mata saya membaca paragraf pertama, fokus saya langsung berpindah pada bagian akhir surat. “Denda pembayaran” tercetak jelas di kalimat akhir. Dengan perlahan saya baca lagi surat tersebut untuk kedua kalinya. Dugaan pertama saya benar, ini adalah surat peringatan dan pemberitahuan keterlambatan pembayaran uang asrama. Suasana istirahat yang tenang yang saya harapakan berubah menjadi tidak nyaman. Suasana panik langsung menyerang persendian dan syaraf saya, keringan dingin bercucuran di balik baju yang saya pakai.

Otak saya menjelajah kelautan angan-angan dan berpacu mencari solusi untuk hal ini. Berbagai ekspetasi dan pertanyaan yang tergambar dipikiran saya, semakin menambah kepanikan, "apakah saya akan dikeluarkan dari asrama? kalua saya dikeluarkan,selanjutnya saya mau  kemana? apakah saya harus minta uang ke orangtua? tapikan saya sudah berkomitmen untuk tidak meminta uang lagi ke orang tua, apakah akan jadi gelandangan di Jakarta? Apakah bakalan dikelurkan dari UI? Begitu banyak pertanyaan yang mengganggu penghujung hari saya waktu itu. Malam itu saya mencoba memejamkan mata dengan ekpetasi liar yang masih membayang semalaman.

               Seminggu berlalu dan saya belum menemukan solusi untuk tempat tinggal, saya berharap beasiswa saya dapat dicairkan segera sehingga dapat membayar tunggakan biaya asrama. Tapi, harapan saya pupus karena saya mendapatkan kabar bahwasanya beasiswa akan turun di bulan Maret, tentunya saya harus telat lagi membayar uang sewa asrama. Hari-hari perkuliahan saya lalui dengan hati yang selalu was-was dengan berbagai pemikiran tadi.  Sorenya, tanpa sengaja saya pulang melewati majalah dinding yang berada digedung asrama UI. Biasanya, saya tidak tertarik untuk berhenti membaca kertas-kertas yang ada pada madding tersebut. Tapi, kali ini entah apa yang terjadi dengan diri saya, dengan izin Allah saya berhenti didepan majalah dinding tersebut. Mata saya langsung terfokus pada sebuah poster tempat tinggal gratis. Tak dapat dipungkiri, kata yang paling saya pikirkan akhir-akhir ini adalah “ gratis”. Tanpa berpikir Panjang lagi, saya menyelesaikan membaca poster itu dengan seksama. Saya berusaha mencerna kata demi kata dari atas sampai bawah. Ternyata poster ini berisi mengenai beasiswa tempat tinggal dan pembinaan di Asrama Mahasiswa Islam Walisongo. Asrama ini terletak di jalan kompos di Lenteng Agung. Hal ini membuat saya juga senang sekaligus takut. Saya senang karena ada kesempatan untuk saya untuk dapat mendapatkan tempat tinggal gratis. Sekaligus juga mendapatkan pembinaan keislaman. Disisi lain saya juga takut, saya takut karena saya tidak tahu mengenai wilayah Jakarta serta steriotip anak rantau untuk selalu berhati-hati dengan berbagai organisasi di pulau jawa.  Selain itu, saya juga mencoba berkipir, apakah dengan tinggal diasrama ini saya tetap harus mengeluarkan biaya yang besar? Selang beberapa menit, keragu-raguan dalam diri saya langsung hilang saat membaca batas pendaftaran akhir beasiswa ini yang ternyata besok hari. Tanpa berpikir lagi saya langsung menyimpan nomor contact person asrama tersebut. Kebetulan saat itu yang menjadi contact person adalah bang Rozak (FIA UI, 2014).

               Sesampai dikamar saat itu, hal pertama yang saya lakukan adalah memeriksan persyaratan untuk mendaftar di asrama walisongo. Diantaranya CV, motivation letter, dan transkrip nilai. Untuk persyaratan sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah bagi saya, karena kebetulan saya sudah punya semua persyaratan ini untuk mendaftar pekerjaan sebelumnya. Jadi, hanya perlu di edit sedemikian rupa, syarat ini dapat digunakan langsung. Sayangnya, saya tidak tahu menganai lokasi asrama ini.  Setelah saya mengirimkan semua berkas ke CP selanjutnya, saya membuka maps mengenai lokasi asrama ini. Ternyata sangat strategis karena aksesnya dekat sekali dengan stasiun kereta (KRL) Universitas Pancasila. Jika saya naik di stasiun Universitas Indonesia, satu stasiun selanjutnya kearah Jakarta adalah stasiun Universitas Pancasila. Tak lupa pula saya menanyakan alamat lengkap asrama walisongo kepada bang Rozak selaku contact person saat itu.

               Besok paginya saya mendapatkan jawaban dari lamaran saya keasrama Walisongo, cukup kaget karena saya mendapatkan balasan secepat itu. Saya diminta untuk melakukan wawancara di asrama langsung pada sorenya sepulang kuliah. Meskipun hanya mendapatkan balasan untuk wawancara, tapi hati saya benar-benar lega saat itu. Hari itu saya lalui dengan sangat santai dan Bahagia. Setidaknya saya sudah punya kesempatan untuk masuk asrama ini.

Kegelapan mulai menyelimuti wilayah Jakarta saat itu, saya dengan bergegas naik ke bis kuning (BIKUN) UI dari Fakultas MIPA UI. Berdesak-desakan adalah gambaran suasana yang biasa pada sore hari di BIKUN UI. Semua mahasiswa bergegas untuk Kembali ke rumah masing-masing. 4 halte telah saya lalui dan saya pun turun di halte Universitas Indonesia. Kemudian saya melangkah menuju ke dalam stasiun dan mengantri di peron 2 arah Jakarta.  Tak sampai 3 menit kereta pun datang, saya langsung naik kekereta tersebut. Kebutulan sekali, kereta arah Jakarta saat sore hari benar-benar sepi sehingga saya bisa duduk. Lain cerita jika kereta arah bogor, rombongan warga Jawa Barat khususnya Depok dan Bogor memenuhi kereta bak susunan ikan.  

Dua menit berlalu saya telah berada di stasiun Universitas Pancasila. Saat itu langit benar-benar telah gelap seutuhnya. Derungan kendaraan membuat suasa kacau di jalanan, ditambah lagi dengan bunyi klakson kendaraan yang saling sahut-sahutan seolah meraka benar-benar terhalang untuk berjalan. Tapi hal tersebut tidak membuat saya pusing, saya terlalu fokus untuk melakukan wawancara kali ini. Satu menit selanjutnya saya telah berada di seberang jalan stasiun. Hal bodoh yang saya lakukan saat itu adalah saya salah arah turun. Padahal kalau saya turun diarah Depok saya akan langsung sampai di Asrama. Sayingnya, saya cukup bodoh sehingga saya turun diarah yang berbeda. Sesampai di halte Universitas Pancasila saya langsung bertanya pada orang sekitar mengenai alamat asrama. 2-3 orang yang saya tanya menjawab kalau alamat ini berada di seberang lain dari stasiun. Tanpa berpikir Panjang saya jalan mengitari stasiun untuk berbelok. Bodohnya saya saat itu, kenapa saya ngga masuk lagi saja ke stasiun lalu nyebrang? Kenapa harus mencari jalan mutar yang jauh?

10 menit selanjutnya saya sudah berada di depan Gedung Asrama Walisongo. Awalnya saya cukup ragu ini adalah asrama, karena pada saat itu, asrama terasa seperti kos kosan  (hahaha) dan rumput tinggi menyelimuti halaman saat itu. Kemudian saya bertanya kepada penjaga warung disebalah asrama. Ternyata benar, Gedung ini adalah asrama Walisongo. Saya memberanikan diri untuk masuk dan menuju ke pintu samping asrama. Saya mencoba mengetok pintu, namun tak ada jawaban sama sekali. Kesunyian menyelimuti asrama saat itu, 2-3 mengetuk tidak ada jawaban yang saya terima, akhirnya saya memutuskan untuk mencoba memanggil orang yang didalam. Akhirnya saya mendapatkan  jawaban, saya pun merasa sangat senang saat itu.

Orang pertama yang saya temui di Asrama saat itu adalah bang Umar, kemudian bang Rozak dan saya wawancara dengan bang Purnomo (FIB UI 2014). Banyak hal yang menjadi pertanyaan dan diskusi saat itu, mulai dari membaca al-quran, kepribadian, organisasi, hingga diskusi mengenai politik dan hal yang heboh saat itu.  Tak berselang lama saya menyelesaikan sesi wawancara. Terakhir sebelum pulang saya dikabarkan bahwa hasil wawancara akan diumumkan sesegera mungkin dan tunggu saja. Dengan hati yang puas karena telah menyelesaikan wawancara, saya pulang ke asrama UI Kembali. Esok harinya saya mendapatkan kabar bahwasanya saya diterima di Asrama Walisongo. Saya diminta untuk pindah sesegera mungkin ke Asrama. Saat itu saya tidak dapat pindah secara langsung, saya baru dapat pindah di akhir bulan Maret 2017 saat itu.

Setelah menyelesaikan semua permasalah di asrama UI, saya segera pindah ke Asrama Walisongo. Hari pertama di Walisongo saya ditempatkan dikamar dekat pintu lantai satu Gedung depan. Namun beberapa hari setelah itu saya pindah ke kamar dibawah tangga gedung depan. Saat itu, saya masuk asrama berbarengan dengan bang Tegar (Vokasi UI 2015) dan Dery Dzaki (Psikologi Gunadarma 2016). Kemudian juga ada Haeckal (Unindra 2016) yang lebih dahulu masuk beberapa bulan, tetapi kami sama-sama menyandang gelar Warga  Percobaan saat itu.

Hari-hari yang saya lalui di asrama tidak luput dari keberadaan saudara-saudara lain di asrama, yaitu bang Ilham (UP 2015), Bang Heli (Psikologi UG 2015), Bang Fa’I (UG 2014), Bang Rendi dan bang Purnomo (FIB UI 2014), Bang Fatur (UP 2015), Bang Dimas (FT Unnas 2015), Bang Silo (FIA UI 2015), Bang Reno (FEB UI 2015), Bang Reza, Bang Umar dan Bang Yaban (UBK 2015). Ucapan terimakasih saya kepada meraka yang telah menghiasi awal kisah saya di asrama Walisongo.

 

 

 

 

Tentang Penulis

 

Choirul Ikhsan biasa dipanggil Ikhsan merupakan salah satu mahasiswa FMIPA Universitas Indonesia Angkatan 2016 dan juga warga Asrama Walisongo. Ikhsan berasal dari Lintau, Sumatera Barat dan anak ke-3 dari 4 bersaudara.

Sebenarnya  Ikhsan tidak biasa dalam hal menulis dan lebih senang untuk membaca dan mengajar. Akan tetapi, adannya program asrama dalam menulis ini, telah mengantarkan penulis untuk menyelesaikan karya ini.

Tentunya dalam menciptakan karya atau naskah  ini tidak luput dari kekurangan. Namun, semoga langkah awal ini bisa memacu diri penulis untuk menciptakan karya lain dan dapat membrikan manfaat untuk pembaca.

 

 

 

 

KISAHKU MEMASUKI ASRAMA WALISONGO

Oleh Fadhil Al Faiz

 

Halo teman-teman, sebelum memasuki ceritaku memasuki asrama YAPI, aku akan memperkanalkan tentang diriku terlebih dahulu. Perkenalkan nama aku Fadhil Al Faiz berasal dari Indramayu, pada saat menulis tulisan ini aku berumur 19 tahun. Aku terlahir di keluarga sederhana dengan 4 bersaudara, dimana aku adalah anak kedua, mempunyai satu orang kakak perempuan dan 2 orang adik laki-laki. Bapakku sekarang berumur 47 tahun bekerja sebagai petani, ibuku berumur 46 tahun bekerja sebagai pedagang kripik, kakak perempuanku berumur 24 tahun sebagai ibu rumah tangga didalam keluarga kecilnya, adikku yang pertama berumur 8 tahun kelas 1 Madrasah Ibtidaiah, kemudian adikku yang kedua berumur 3 tahun.

Sejak duduk dibangku SMP aku sudah memiliki keinginan atau cita-cita untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin dan bisa membanggakan kedua orang tua, karena seringkali aku dibully, diremehkan dan dikucilkan. Aku tidak tau sebab pasti mereka seperti itu terhadapku, entah itu disekolah atau di masyarakat, bahkan ada beberapa guru juga berperilaku demekian terhadapku. Akan tetapi, semangatku tidak pernah surut untuk bersekolah dan mengikuti beberapa organisasi dan perlombaan, yaa walaupun disana aku srantal-sruntul dewekan. Dari sana semangatku terus bertambah untuk membahagiakan kedua orang tuaku.

Perlu teman-teman ketahui, disaat kelahiranku aku dinyatakan secara medis dan negara dengan jenis kelamin perempuan, sejak SMP aku melakukan pemeriksaan panjang dengan beberapa dokter, mulai dari dokter anak, dokter umum, dokter kandungan di desa atau di kota, sampai dirujuk ke luar kota di dokter kandungan spesialis kesuburan, Kenapa demikian? karena sampai SMA aku tidak menunjukan tanda-tanda baligh layaknya perempuan pada umunya. Pada tahun 2019 di umurku yang ke-16 tahun, keluarlah hasil tes laboratorium, kemudian aku dan kedua orang tuaku menyerahkan kepada dokter, dan dibacakan hasilnya “ibu.. bapak.. saya sampaikan sesuai hasil tes ini bahwa anak bapak dan ibu adalah laki-laki. Disini kromosom anak ibu XY, yang menunjukan bahwa anak ibu-bapak adalah laki-laki bukan perempuan”. Dimulai dari sana disampaikan bahwa aku mempunyai kelainan hipospadia, yaitu kelainan pada bayi laki-laki, kelinan letak lubang kencing dan juga disfungsi kelamin saat dewasa apabila tidak dilakukan operasi.

Setelah itu, di lain waktu aku melakukan tes kromosom dengan hasil yang kurang menurut dokter, lalu aku meminum obat hormon setiap hari dan melakukan konsultasi berlanjut. Oleh karena itu, aku dipindahkan ke SMA lain untuk memulai identitas baru dan mengajukan perubahan identitas secara negara di pengadilan. Alhamdulillah allah masih sayang sama aku, banyak orang-orang baik yang membantu meringankan beban orang tuaku. Ada yang memberikan baju, ada yang memberikan pinjaman uang, ada yang membantu mengurus berkas-berkas peralihan identitas, ada yang memberikan motivasi dan semangat untukku, ada sodara jauh yang menawarkan untukku tempat tinggal dirumahnya, ada yang mengajariku sholat atau ibadah sebagaimana laki-laki, dokter pun meng-gratiskan biaya konsultasinya karena tau keadaan ekonomi keluargaku, sehingga orang tuaku hanya membayar tes laboratorium dan obatnya saja.

 

Pada tahun 2021 aku lulus SMA, sebelum aku lulus timbul keinginan melanjutkan ke jenjang universitas namun aku ragu, karena melihat orang tua punya banyak hutang demi pengobatanku sedangkan jika aku kuliah tentunya memerlukan uang yang tidak sedikit dan hal itu pastinya menambah beban orang tuaku. Akupun mencari informasi tentang beasiswa dari guru BK, sosial media, dan kenalan dari saudaraku. Akhirnya aku mendapat informasi beasiswa full dari Universitas Gunadarma, aku mencoba daftar dan berharap bisa melanjutkan pendidikan. Oh iya, aku juga mendaftar SNMPTN, namun hanya untuk memenuhi perintah sekolah karena misalkan lolos tidak akan aku ambil karena terkait biaya kuliah nantinya. Aku tidak mendaftar UTBK SBMPTN, kenapa? Lagi-lagi terkait biaya, karena untuk mengikuti UTBK-nya saja harus memerlukan ongkos dll, sedangkan aku tidak berani meminta uang ke orang tua untuk ongkos tersebut. Jadi, aku memasrahkan ke satu pilihan yaitu Universitas Gunadarma, seandainya lolos ya alhamdulillah, jika tidak lolos ya artinya aku harus cari kerja.

Setelah menunggu beberapa bulan dan sudah melewati beberapa tahap, akhirnya keluar pengumuman hasil seleksi dari Universitas Gunadarma,  Alhamdulillah aku diterima sebagai penerima beasiswa Gunadarma. Setelah itu, aku mendaftar juga ke pendaftaran Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK). Seleksi berkas lolos, interview juga alhamdulillah lancar, dan akhirnya sampai dinyatakan sebagai penerima KIPK di Universitas Gunadarma Fakultas Ilmu Kesehatan dan Farmasi, dengan jurusan Farmasi.

Awal mula kenal Asrama YAPI

               Aku tau ada Beasiswa Asrama YAPI yaitu dari guru BK yang membimbingku dalam mendaftar beasiswa Universitas Gunadarma. Kebetulan anaknya masuk ke salah satu asrama YAPI yaitu Asrama Walisongo (AWS) yang beralamat jalan kompos no. 19 RT11/RW08, Kel. Lenteng Agung, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12630. Awalnya aku dikenalkan terlebih dahulu dengan anak beliau yaitu Azhar Ridho, dari perkenalan tersebut, akupun mengobrol ringan dan mengajukan beberapa pertanyaan terkait AWS ini. Sesampainya dirumah, aku sampaikan kepada orang tua, awalnya orang tuaku ragu untuk mengizinkan mendaftar ke Asrama YAPI karena takut anaknya dibully. Akan tetapi, setelah aku beri penjelasan lagi bahwa mereka harus percaya anaknya ini mampu menghadapi segala konsekuensinya nanti apabila tinggal di asrama. Setelah mendapat izin orang tua, aku langsung memberi kabar kepada ka Azhar bahwa aku tertarik dan berniat untuk mendaftar, kebetulan juga beliau yang diberi mandat untuk recruitment AWS. Akupun melengkapi segala persyaratan berkas-berkas yang diminta dalam pendaftaran, dan selanjutnya tahap intervieuw oleh ketua Asrama Walisongo. Di hari berikutnya diumumkan hasil seleksi kemarin, Alhamdulillah aku diterima di Asrama Walisongo dan dimohon segera datang dan mengikuti berbagai kegiatan di asrama.

               Pada tanggal 10 September 2021, aku berangkat dari Indramayu ke Jakarta menggunakan motor bersama ka Azhar. Setelah sampai, saat pertamakali masuk gerbang terasa suasana/hawa yang adem karena pohon tinggi yang lebat, kemudian tenang, ya walaupun dekat dengan stasiun kereta tetapi terasa itu tenang dan aman. Di awal aku disambut oleh ketua AWS waktu itu, yaitu ka Mahendra dan diantar ke kamar yang kosong. Hari-hari berlalu tidak ada kendala yang dapat dikatakan mengganggu, aku masih bisa belajar nyaman, tidur nyaman, dan teman-teman asrama yang dapat menerima kehadiranku dengan baik. Aku mencoba beradaptasi dengan kegiatan asrama dan lingkungan kota ini, yang tentunya berbeda dengan di desaku baik dari suasana maupun sosial-budayanya.

Di setiap malam selalu terbenak dihati dan di doa’aku semoga dengan merantau ini aku dapat menimba ilmu yang bermanfaat, semoga dengan masuknya aku di asrama, bisa meringankan beban finansial orang tua agar mereka bisa mengaangsur hutang dan menabung, karena aku sangat berharap bisa segera di operasi. Jika Allah berkehendak aku memohon permudah dan perluaslah rizki keluargaku agar aku dapat segera di operasi, dan jika ia tidak berkehendak semoga ini bisa menjadi hujjah dan penolongku di akhirat kelak. Aamiin…

               Setelah 1 bulan aku tinggal di AWS, aku mengajak 4 teman yang baru kukenal di satu jurusan dan saat seleksi KIPK untuk masuk asrama juga bersamaku, yaitu ada Wildan, Farhan, Akbar, dan Rofik. Ada satu kegiatan yang sampai saat ini sedikit susah untuk aku ikuti, yaitu sholat subuh berjamaah (diawal waktu). Semoga aku bisa lebih baik lagi dalam mengikuti berbagai kegiatan di asrama ini. Sudah 3 kali aku berganti teman kamar, yang pertama dan yang kedua karena dia mengundurkan diri, dan yang ketiga karena aku tidak nyaman dengan kepribadian dan sifat orang tersebut. Jadi aku meminta untuk pindah kamar, dan akhirnya sekarang aku sudah dikamar baru, namun sendirian. Akan tetapi, menurutku ini lebih baik daripada sebelumnya. Aku sangat bersyukur dapat tinggal di Asrama Wali Songo ini, karena biaya hidup di kota lumayan mahal dan juga karena berada di lingkungan yang in sya Allah baik. Terimakasih kepada para pendiri dan petinggi YAPI sudah mewadahi/menyediakan fasilitas untuk para mahasiswa islam yang dari daerah seperti saya ini, sungguh bermanfaat dan mulianya pekerjaanmu para pendiri dan petinggi YAPI khususnya yang sudah mendaahului semoga amalmu diterima disisi Allah SWT. Aamiinn

               Itulah sedikit kisahku tentang salah satu asrama YAPI yaitu di Asrama Walisongo, tempat tinggal yang aman, terjaga dari pergaulan yang tidak diinginkan, dan pastinya tidak menjauhkan kita dari Allah SWT. Terimakasih telah berkenan membaca karya anak-anak YAPI.

              

 

 

 

 

TENTANG PENULIS

               Fadhil Al Faiz biasa dipanggil Fadhil, lahir di Indramayu pada tanggal 20 September 2003. Ia merupakan putra dari pasangan Juhendi dan Maemunah Binti Daryo, anak kedua dari 4 bersaudara. Menyelesaikan pendidikan dasar di MI INFARUL GHOY, sekolah menengah pertama di SMPN 2 ANJATAN, dan sekolah menengah atas di SMAN 1 ANJATAN (2018-2019) dilanjutkan di SMAN 1 JUNTINYUAT (2020-2021). Saat ini sedang melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi swasta yaitu Universitas Gunadarma, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Farmasi (FKIF) di jurusan Farmasi angkatan tahun 2021.

               Pengalaman organisasi yang pernah diikuti Fadhil yaitu anggota PASKIBRAKA kec. Anjatan tahun 2018. Anggota PASKIBRA SMAN 1 ANJATAN tahun 2018-2019. Anggota PASKIBRA SMAN 1 JUNTINYUAT tahun 2020-2021. Anggota HIMAFARSI tahun 2021-sekarang. Pengurus AWS tahun 2022, divisi PSDM.

Menulis bukanlah sebuah hal yang baru menurutnya, karena terbiasa menulis di buku dairy miliknya dan dibaca oleh dirinya sendiri. Akan tetapi, menulis untuk dibukukan dan dibaca oleh orang lain merupakan sebuah hal yang baru dan juga besar baginya. Semoga dari awal yang baik ini dapat melahirkan sebuah manfaat dan juga karya-karya lainnya.

 

 

 

 

 

 

Langkahku Menjadi Anak Kota  di Asrama

Oleh : Farhan Firdaus

 

Namaku Farhan Firdaus seorang pemuda yang berasal dari Cianjur, Jawa Barat yang saat ini sedang menempuh pendidikan di kota Depok.  Saat ini aku sedang menempuh pendidikan ku di Universitas Gunadarma dengan mengambil jurusan Farmasi. Dan saat ini merupakan tahun pertama diriku menjadi seorang mahasiswa. Saat memutuskan berkuliah di Kotak yang jauh dari rumah tentu saja ada kekhawatiran akan tempat tinggal nantinya saat di perantauan. Selain kekhawatiran akan lingkungan yang nantinya akan ditinggali tentu saja kekhawatiran utama yang lainnya ialah persoalan biaya. Seperti yang  aku ketahui bahwa, ketika hidup di kota  besar membutuhkan biaya yang tidak sedikit termasuk biaya tempat tinggal, biaya makan dan biaya lainnya yang dibutuhkan untuk sehari-hari.

Sebelum dimulai perkuliahan aku dan keluargaku  dibingungkan  oleh bagaimana biaya yang harus dikeluarkan untuk tempat tinggal dan biaya-biaya lainnya saat aku merantau nanti. Disaat dilanda kebingungan karena  adanya kendala biaya,  datanglah temanku memberikan informasi bahwa ada sebuah asrama yang memberikan beasiswa gratis untuk tempat tinggal bahkan asrama tersebut memberikan beasiswa untuk makan juga.  Setelah mendapatkan informasi tersebut akhirnya aku mencari-cari informasi mengenai asrama tersebut dan apa saja syarat-syaratnya untuk mendaftar di asrama tersebut. Asrama tersebut ialah asrama mahasiswa Islam Walisongo.  Asrama tersebut merupakan salah satu asrama yang dinaungi oleh Yayasan Asrama Pelajar Islam atau YAPI. Setelah mendapatkan informasi yang jelas dan informasi yang saya dapatkan tak perlu menunggu waktu yang lama akhirnya aku mendaftarkan diri ke asrama Walisongo.  Aku mendaftarkan diri dengan mengisi formulir dan mengisi berkas-berkas yang dibutuhkan,  setelah itu aku menunggu pengumuman selanjutnya apakah aku lulus ke tahap wawancara atau tidak.

Setelah menunggu beberapa waktu akhirnya aku mendapatkan pengumuman bahwa aku lolos dan akan melakukan tes selanjutnya ialah tes wawancara. 

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba ialah hari dimana Aku akan melakukan tes wawancara.  Pada  saat wawancara Aku diminta menjelaskan mengenai diriku dan aku juga dimintai pendapat mengenai pandangan pandangan mengenai isu sosial yang  sedang terjadi dan  aku juga diberikan pertanyaan-pertanyaan umum mengenai agama Islam dan yang terakhir aku diminta membaca  Alquran. Setelah melakukan wawancara rasa lega muncul tetapi ada rasa  khawatir yang aku rasakan.  Aku merasa khawatir Akankah aku tidak diterima di asrama tersebut.  Setelah menunggu beberapa hari Akhirnya hari pengaruh pengumuman pun tiba dan Alhamdulillah aku lolos sebagai  warga percobaan di asrama Walisongo.  Setelah Pengumuman itu aku diminta untuk segera berangkat ke asrama secepatnya.

               Hari minggu pagi, aku diantar oleh ayahku pergi ke tempat perantauan, pergi ke tempat yang jauh dari rumah yaitu asrama Wali Songo. Ketika berpamitan dengan keluargaku ada rasa sedih karena Ini pertama kalinya aku jauh dari keluarga.

Sesampainya di asrama Walisongo aku disambut oleh ketua asrama Walisongo, dan ketua asrama tersebut menjelaskan beberapa hal penting kepada diriku dan ayahku mengenai asrama. Tak terasa akhirnya Ayahku berpamitan untuk pulang yang artinya ialah bahwa aku sekarang resmi tinggal jauh dari orangtua dan keluarga. Sesampainya di asrama Aku diantar kan oleh ketua asrama dan beberapa warga asrama pergi ke kamarku.  Aku mendapatkan kamar di lantai 2. Dan inilah kehidupan asramaku dimulai.

               Ketika mendengar kata asrama Islam, di pikiranku ialah akan seperti pesantren-pesantren.  Karena itulah timbul rasa ketakutan  pada diriku.  aku takut apakah aku bisa menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada di asrama ini dengan baik atau aku hanya akan membawa masalah di asrama ini. Dan nyatanya aslinya tidak seseram dugaanku. Kehidupan di asrama justru tidak sama seperti kehidupan di pesantren di asrama ini kita memang diwajibkan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan untuk mengasah kemampuan kita.  kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya berfokus kepada kegiatan Islami saja tetapi kepada kegiatan-kegiatan yang memang dibutuhkan untuk kita sebagai mahasiswa dan calon-calon penerus bangsa di masa depan.  Memang ada perbedaan ketika diriku hidup di rumah dan di asrama.  selepas salat subuh ketika aku di rumah aku  kembali tidur menunggu waktu kuliah tetapi ketika aku berada di asrama aku disibukkan oleh kegiatan pagi, diantaranya ialah  salat berjamaah membaca Alquran dan yang lain-lain. Kegiatan lainnya pun sangat-sangat bermanfaat untuk seorang mahasiswa di antaranya ialah adanya  mentoring mentoring mengenai kewirausahaan pendidikan dan leadership.

               Banyaknya kegiatan tersebut ditujukan agar mahasiswa dibekali dengan Kemampuan-kemampuan lain di luar dari ilmu yang didapatkan dari kampus. Di asrama ini sendiri aku mendapatkan pengalaman pengalaman yang sebelumnya belum saya dapatkan.  Saya belajar berorganisasi, belajar public speaking, dan saya juga belajar mengenai pentingnya agama diatas segalanya. Dan siapa sangka dengan banyaknya kegiatan-kegiatan ini semua warga-warga yang ada di asrama ini tidak dipungut biaya sama sekali melainkan hanya dipungut biaya untuk biaya operasional  asrama yang tidak ditanggung oleh Yayasan.

               Setelah 6 bulan tinggal di asrama ini aku mendapatkan banyak sekali pengalaman pengalaman yang dapat membantu diriku di masa depan.  Di waktu 6 bulan ini saya belajar mengenai organisasi. Saya Berkesempatan menjadi ketua pelaksana acara penting asrama tiap tahunnya yaitu KTT.  Karena kesempatan yang diberikan itu saya jadi belajar mengenai berorganisasi seperti itu seperti apa,  banyak hal-hal yang saya dapatkan setelah menjadi ketua pelaksana KTT ini.  selain menjadi ketua pelaksana untuk KTT,  aku juga diberikan amanah untuk menjadi bagian pengurus inti asrama. Saat ini saya menjabat sebagai sekretaris 1 di asrama Walisongo. Semoga saya dapat mengemban amanah ini dengan baik sampai akhir masa periode kepengurusan nanti. 

               Aku sangat bersyukur sekali dapat tinggal dan dapat menjadi bagian dari asrama YAPI.  Karena dengan tinggalnya aku disini selain meringankan beban biaya, Aku juga mendapatkan pembekalan pembekalan yang sangat sangat bermanfaat bagi diriku sendiri. Semoga dengan pembekalan pembekalan yang jadi kudapatkan dari asrama ini dapat  bermanfaat bagi diriku, dan orang lain di masa depan. Terima kasih saya ucapkan kepada YAPI yang telah menerima saya sebagai salah satu warganya yang telah membantu saya meringankan biaya saya di perantauan ini. Semoga saya bisa memberikan feedback yang baik nantinya untuk asrama YAPI.

 

 

 

Tentang Penulis

 

 

Farhan Firdaus atau yang biasa dipanggil dengan sebutan aran ini merupakan mahasiswa tingkat 1 jurusan farmasi di Universitas Gunadarma.

Farhan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Farhan berasal dari Cianjur Jawa Barat yang memiliki hobi nonton Series dan membaca cerita fiksi. Farhan memiliki cita-cita untuk membuat brand di bidang farmasi.

Farhan juga mempunyai cita-cita ingin membentuk sebuah yayasan yang dapat membantu orang-orang yang membutuhkan dan berfokus kepada lansia.

 

 

 

 

 

 

Mahasiswa Islam Membutuhkan Asrama Sunan Giri 

Oleh : Farid Hamdani

 

 

BIAYA pendidikan makin mahal. Bahkan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sekalipun, yang dulu menjadi andalan pendidikan yang murah dan bermutu. Lebih-lebih lagi di beberapa PTN yang diubah statusnya menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN), mereka harus mencari sumber pembiayaan alternatif. Selain hasil kerja sama dengan industri, tentu saja biaya pendidikan dari mahasiswa akan dinaikkan seiring dengan berkurangnya subsidi dari pemerintah. Pendidikan adalah investasi terbesar dari suatu bangsa, bangsa mana yang mengabaikannya akan menuai bencana di masa datang, apalagi di era persaingan bebas seperti sekarang ini. Fasilitas hidup mahasiswa sebenarnya secara teoretis ada beberapa cara untuk meringankan beban perguruan tinggi dan mahasiswa. Kemungkinan lain adalah, pemerintah pusat maupun daerah dapat meringankan beban mahasiswa dengan mengupayakan fasilitas hidup mahasiswa seperti makan, komputer, buku, dan tempat tinggal dengan biaya hidup terjangkau.

Tempat tinggal bisa jadi merupakan salah satu komponen terbesar pengeluaran mahasiswa setelah makan. Di daerah Rawamangun, salah satu daerah kost terdekat dengan kampus UNJ, biaya kost berkisar antara 500 ribu sampai dengan 1 juta ribu rupiah per kamar. Itu berarti rata-rata pengeluaran per bulan termasuk dengan SPP berkisar antara 1,5 juta rupiah, belum termasuk makan. Jika makan menghabiskan biaya 10.000 rupiah per hari tentunya per bulan dibutuhkan biaya 300.000 rupiah, sehingga total biaya hidup dapat mendekati 2 juta rupiah per bulan. Untuk orang tua berpenghasilan lebih dari 3 juta rupiah per bulan barangkali masalah ini dapat dipecahkan, namun untuk orang tua yang penghasilannya jauh lebih rendah tentunya ini akan menjadi masalah besar. Belum lagi pada umumnya kost harus dibayar di muka untuk satu tahun. Sang mahasiswa barangkali harus bekerja sampingan seperti memberi les tambahan bagi siswa/siswi SMU untuk dapat menutupi biaya hidup tersebut. Namun harus diakui bahwa tidak semua mahasiswa mampu membagi waktu dengan baik di tengah tingginya tuntutan selesai kuliah tepat waktu.

Padahal, masa-masa kuliah adalah juga masa paling baik bagi mahasiswa untuk berinteraksi dengan lingkungan seperti aktivitas kampus atau kemasyarakatan. Seorang sarjana tidak hanya membutuhkan Indeks Prestasi (IP) yang tinggi namun juga kecakapan berkomunikasi di dunia kerja kelak. Asrama mahasiswa untuk mengatasi tingginya biaya kost, sejak lama didirikan asrama-asrama mahasiswa. Di Kota Jakarta, hampir setiap PTN memiliki asrama mahasiswa.

Terdapat juga asrama-asrama mahasiswa yang dibiayai oleh pemda-pemda dari provinsi lain yang putra-putrinya banyak menuntut ilmu di Jakarta, misalnya Asrama Lampung, Asrama Papua, dan lain sebagainya. Namun seiring dengan makin beratnya biaya operasional yang harus ditanggung oleh perguruan tinggi, subsidi ke asrama juga makin berkurang. Sebagai akibatnya ada dua kemungkinan: jumlah asrama dikurangi atau uang sewa dinaikkan. Jalan keluarnya, asrama mahasiswa harus bisa dikelola secara swadaya. Artinya, tidak menggantungkan diri kepada subsidi namun juga tidak berorientasi keuntungan (profit oriented) belaka. Salah satu contoh asrama yang berhasil mengembangkan pola pengelolaan secara swadaya adalah Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri. Didirikan pada tahun 1962 dan dikelola sendiri sejak  oleh para mahasiswa Islam yang menjadi penghuni di sana, asrama ini memiliki unit-unit usaha sendiri seperti kantin asrama dan di saat yang sama menekan biaya sewa kamar hingga 80% dibanding sewa kamar kost.

Selain murah, sistem asrama swakelola dan swadaya seperti ini juga dapat melatih mahasiswa berorganisasi langsung dalam kehidupan nyata. Mereka harus memikirkan gaji bapak-bapak karyawan lengkap dengan kondisi keluarga mereka masing-masing (dan para karyawan pun tidak sedikit berkontribusi bagi kelangsungan hidup asrama), menjaga agar kantin berjalan lancar, bagaimana menyisihkan anggaran untuk perawatan asrama, menjaga hubungan baik dengan lingkungan masyarakat sekitar, dan yang terpenting juga bagaimana menjalankan roda kehidupan asrama berpenghuni paling banyak 40 mahasiswa ini. 40 orang mahasiswa yang datang hampir dari seluruh pelosok Indonesia dengan membawa karakteristiknya (suku, budaya, bahasa, agama) masing-masing, tentu harus mampu saling mengenal dan beradaptasi.


 

RIWAYAT PENULIS

 

 

Farid Hamdani, merupakan putra keenam dari pasangan Samingun (Alm) dan Setyo Ningsih. Ia merupakan pemuda kelahiran Mataram, Kec. Gading Rejo, Kab. Pringsewu, Prov. Lampung pada tanggal 18 Oktober 2000. Ia menyelesaikan 12 tahun bersekolah di SD Negeri 1 Mataram, SMP Negeri 3 Gading Rejo, SMK Negeri 4 Tangerang Selatan dan sekarang sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Jakarta dengan Progam Studi S1 Pendidikan Vokasional Konstruksi Bangunan.

Sejak pendidikan menengah dia sudah menonjolkan keahlian dalam bidang paskibra terbukti dia beberapa kali memenangkan lomba paskibra ditingkat provinsi Lampung mulai dari kelas 2 SMP sampai kelas 3 SMP dan pada jenjang SMK dia juga beberapa kali memenangkan lomba Tata Upacara Bendera pada tingkat kabupaten dan provinsi. Sekarang di jenjang pendidikan tinggi dia juga masuk kedalam Korps PASKIBRA UNJ untuk mengibarkan bendera merah putih dalam acara memperingati hari besar.

 

 

Anugerah dari Tuhan itu Nyata

Oleh: Ihsan Hijria Putra

 

Saya terlahir dari keluarga dengan semangat melanjutkan pendidikan yang tinggi, ayah saya merupakan seorang sarjana dan ibu saya merupakan lulusan SMA. Benteng terbesar antara kami dengan pendidikan adalah biaya, sehingga untuk melanjutkan pendidikan kami harus mencari dan mendapatkan beasiswa. Ayah saya merupakan seorang wiraswasta dan ibu bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Pada tahun-tahun itu pekerjaan ayah saya sedang tidak stabil bahkan ayah sampai menjadi pengumpul pasir dan batu di sungai untuk menghidupi keluarganya. Jangankan untuk biaya melanjutkan pendidikan anak-anaknya, untuk makan sehari-hari saja seringkali kesulitan. Syukur Alhamdulillah saya lulus masuk perguruan tinggi yang saya inginkan dengan beasiswa Bidikmisi melalui jalur undangan, beasiswa untuk calon mahasiswa yang berprestasi dari segi akademik namun kurang mampu dari segi ekonomi. Saya lulus SNMPTN di Universitas Negeri Jakarta dengan Program studi pilihan pertama saya yaitu S1 Pendidikan Fisika. Kampus negeri terbaik yang berada di DKI Jakarta, disinilah lembaran kisah baru saya dimulai.

Pada tanggal 29 April 2017 saya berangkat dari Aceh Selatan untuk melanjutkan pendidikan di Jakarta. 30 April 2017 saya tiba di Bandara Soekarno-Hatta bersama abang sepupu saya dan kami langsung menuju ke rumah kakak ayah saya di Depok, Jawa Barat. 2 bulan saya tinggal di Depok, saya pindah ke Tangerang kerumah kakak ibu saya sampai pada akhirnya pindah dan kuliah di Jakarta. Di Depok dan di Tangerang saya disambut hangat oleh saudara-saudara saya dan saya pun tinggal disana untuk sementara waktu. Saya pun dibantu oleh saudara saya dalam proses pendaftaran ulang mahasiswa baru. Memang tidak ada niatan dari awal untuk tinggal di rumah saudara sehingga saya berniat untuk tinggal dan mendaftar di asrama mahasiswa Bidikmisi di kampus B UNJ. Meskipun hanya untuk 1 tahun pertama saja, saya tetap mendaftar disana dengan iuran per bulannya yaitu Rp 150.000. Nominal yang terbilang sangat murah untuk tempat tinggal yang berada di ibukota. Saya sudah dinyatakan diterima di asrama tersebut dan hanya tinggal mengangkut barang saja.

Namun pada satu satu waktu rencana itupun berubah, pada saat sosialisasi Bidikmisi di kampus ada kakak senior yang membagikan brosur berisi informasi tentang sebuah asrama yaitu Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri. Saya terkejut melihat informasi yang ada di brosur tersebut, asrama tersebut menawarkan fasilitas yang banyak dengan iuran perbulannya yang bisa dikatakan tidak sebanding alias sangat murah. Dengan hanya Rp 325.000/bulan saja penghuninya bisa mendapatkan tempat tinggal, makan 3x sehari, wifi, fasilitas olahraga serta kegiatan pengembangan diri. Setelah saya membaca secara keseluruhan dan searching di Google tentang asrama tersebut, saya pun mendiskusikan dan menanyai pendapat keluarga saya tentang asrama ini dan mereka pun setuju jika saya tinggal disana. Namun untuk masuk asrama tersebut harus melewati 4 tahapan seleksi yang cukup ketat dikarenakan harga murah dan fasilitas yang ditawarkan membuat banyaknya mahasiswa yang mendaftar disana. Seleksi berkas, tes tulis, tes fisik dan wawancara adalah rangkaian seleksinya. Pada saat itu saya dihadapkan dengan 2 pilhan yaitu memilih asrama Bidikmisi yang sudah dinyatakan diterima atau Asrama Sunan Giri yang masih harus melewati tahapan seleksi, dengan keteguhan hati dan dukungan dari keluarga akhirnya saya memutuskan untuk memilih Asrama Sunan Giri meskipun belum dinyatakan diterima.

Pada 26 September 2017 saya datang ke Asrama Sunan Giri untuk menyerahkan berkas dan mulai tinggal disana dengan status warga tamu. Warga tamu adalah warga yang tinggal di asrama dengan jangka waktu tertentu selama mengikuti proses penerimaan warga baru asrama tersebut. Disana saya mulai dikenali dan bertemu dengan para penghuni asrama maupun sesama peserta seleksi masuk asrama. Mereka berasal dari berbagai daerah di Nusantara dari Timur sampai dengan Barat Indonesia, ada yang dari Maluku, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Pekanbaru, Jawa, Banten, Bogor, Sulawesi, NTB, Lampung dan lainnya. Hal ini dikarenakan asrama tersebut merupakan asrama yang dikhususkan untuk mahasiswa Islam yang berasal dari domisili luar provinsi DKI Jakarta kecuali Kepulauan Seribu sehinga tidak heran jika penghuninya merupakan mahasiswa yang berasal dari daerah. Pada akhirnya saya selesai mengikuti rangkaian seleksi penerimaan warga baru asrama dan dinyatakan diterima di asrama tersebut sebagai peserta dengan nilai seleksi tertinggi. Sejak saat itulah Asrama Sunan Giri mulai menjadi bagian dari kisah perjalanan hidup saya.

Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri atau yang biasa disebut Asrama Sunan Giri atau ASG merupakan asrama pengkaderan mahasiswa Islam untuk dipersiapkan menjadi pemimpin-pemimpin umat di masa depan dengan proses dan program yang ada di dalamnya. ASG mempunyai 3 tahapan pengaderan yaitu warga percobaan, pengurus asrama dan warga senior. Dimulai dari warga percobaan, pada saat saya menjadi warga percobaan saya dikenali dengan lingkungan dan kegiatan-kegiatan yang ada di asrama. Selain menjadi peserta kegiatan tersebut saya juga menjadi panitia penyelenggara kegiatan. Tahapan-tahapan yang saya lalui selama menjadi warga percobaan yaitu ORGAN (Orientasi Warga Percobaan), Perkenalan, Mandataris dan Makalah Ilmiah. Semua itu saya lalui kurang lebih selama 2 tahun. Menjadi warga percobaaan merupakan saat-saat dimana saya digembleng untuk menjadi pribadi yang kuat dan memiliki kompetensi diberbagai bidang. ORGAN merupakan kegiatan orientasi atau perkenalan asrama dan lingkungan asrama kepada warga percobaan yang telah dinyatakan lolos pada tahap seleksi. ORGAN berlangsung selama 3 hari, hal yang paling berkesan bagi saya ketika ORGAN adalah melakukan Public Speaking dan berwirausaha (menjual roti) di Monas. Berikutnya adalah Perkenalan, Perkenalan merupakan tahap pengaderan warga percobaan dalam mengenal lebih dalam karakter civitas asrama dan lingkungannya, selain itu pada tahap ini warga yang melakukan perkenalan dituntut untuk tidak malu dalam melakukan sesuatu yang tidak menyalahi aturan. Hal yang paling berkesan adalah saya dilatih untuk tidak menjadi pribadi yang Jaim (Jaga Image) yang berlebihan. Tahap berikutnya adalah mandataris, mandatarais adalah tahap dimana warga percobaan diberikan amanah untuk membantu mensukseskan program kerja dari satu Biro (pengurus) dan melatih kemampuan memimipin maupun memanage kepanitiaan.

Saya mendapatkan mandat untuk mensukseskan program kerja dari Biro Seni, Bahasa dan Kreativitas Diri dengan Kanda Purwo Besari sebagai bironya. Pelajaran yang dapat saya ambil pada tahap ini adalah lebih cerdas dalam memanage sesuatu dan menjadi pribadi yang dapat berkomunikasi dengan baik dengan pemimipin dan orang yang kita pimpin. Setelah menyelesaikan mandat, mandataris wajib melaporkannya dalam forum resmi Presentasi laporan pertanggungjawaban mandataris. Pada saat itu presentasi saya dilakukan sebanyak 2x dikarenakan pada presntasi pertama terdapat masalah pada bagian lampiran LPJnya. Tahap berikutnya adalah tahap Makalah Ilmiah, Makalah Ilmiah adalah tahapan pengaderan dalam membuat karya tulis yang hampir sama sistem dan susunannya dengan skripsi di kampus. Pada tahap ini saya membuat makalah dengan judul “Persepsi Mahasiswa Pendidikan Fisika UNJ terhadap Mata Kuliah Praktikum Fisika Dasar II” dengan pembimbing makalah Kanda Abdul Rahman dan Kanda Ronaldo Ahmad Sidik. Pelajaran yang dapat saya ambil adalah dapat menulis dan mempresntasikan karya ilmiah dengan baik dan mendapatkan gambaran tentang skirpsi dan sidang skripsi di kampus.

Setelah menyelesaikan tahapan pengaderan sebagai warga percobaan, saya dilantik menjadi pengurus asrama karena telah dinyatakan layak pada tahap Fit and Proper Test Pengurus Asrama. Saya dilantik pada bulan Januari 2020 sebagai Bendahara Asrama Sunan Giri pada kepengurusan Kabinet Visioner. Pada tahun selanjutnya saya terpilih menjadi Ketua asrama periode 2021 pada Rapat Tahunan Warga pada bulan Desember 2020 melalui mekanisme voting. Saya membentuk kepengurusan dengan nama Kabinet Nukleon, sebuah istilah dalam ilmu fisika dengan filosofi, visi dan misi sebagai berikut:

Filosofi Nama Kabinet:

KBBI: Nukleon adalah partikel pembentuk inti atom (yaitu proton atau neutron).

Nukleon adalah suatu nama kolektif yang digunakan untuk merujuk pada neutron dan proton dalam fisika. Kedua partikel ini merupakan partikel penyusun inti atom. Hubungannya dengan kabinet ini adalah kabinet ini yang dijalankan oleh pengurus merupakan inti dari asrama, arah kegiatan dan kehidupan asrama tergantung pada kebijakan dari pengurus AMI-SG sesuai dengan AD/ART dan kompetensi warga asrama YAPI.

Dimana partikel inti atom yang terdiri dari proton yang bermuatan positif dan neutron yang tidak bermuatan (netral) merepresentasikan pengurus itu sendiri dimana diharapkan pengurus dalam kabinet ini memiliki sikap positif sehingga dapat menjadi contoh bagi warga asrama lainnya dan netral dari sikap negatif.

Visi:

Mewujudkan AMI-SG sebagai asrama pengaderan yang unggul dalam mempersiapkan calon pemimpin yang berakhlakul karimah dan berintelektual serta sebagai pusat pengembangan diri.

Misi:

  1. Membentuk karakter dan jati diri seorang pemimipin yang bernafaskan islam dan mempunyai intelektualitas dalam bertindak
  2. Mengadakan program-program unggulan di bidang pengaderan, kepemimpinan, keislaman, akademik, kreativitas dan kewirausahaan sesuai dengan kompetensi warga asrama YAPI
  3. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan diri warga AMI-SG.

Menjadi seorang ketua asrama adalah tugas yang berat dan mulia bagi saya, saya harus dapat memanage diri sendiri, asrama dan seluruh warganya. Saya dibantu oleh 13 orang pengurus dalam kabinet kami. Merencanakan, melaksanakan dan melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang kami buat adalah kegiatan yang kami lakukan demi tercapainya visi dan misi Kabinet. Banyak pengalaman yang saya dapatkan ketika menjadi ketua asrama, mulai dari bagaimana cara memimpin, menghadapi orang yang tidak sepaham, berkomunikasi dengan orang yang memiliki kebutuhan tertentu dan banyak lagi lainnya. Saya bersyukur diberikan kesempatan untuk memimpin asrama ini dari awal hingga akhir selama satu periode kepengurusan, pengalaman yang tidak dapat dirasakan oleh semua orang di asrama.

Pada Rapat Tahunan Warga nerikutnya yaitu pada bulan Desember 2021, kami Kabinet Nukleon resmi lenger dari kursi jabatan kepengurusan asrama dan saya mulai dari situ menjadi seorang Warga Senior. Warga Senior adalah warga asrama yang telah selesai melaksanakan amanahnya sebagai seorang pengurus dan dibentuk untuk bisa mempersiapkan kehidupan pribadinya pasca keluar dari asrama. Selain itu, secara tidak tertulis warga senior juga bertugas mengawasi kinerja dari pengurus asrama agar keseimbangan di asrama dapat terjaga. Sampai dengan tulisan ini dibuat yaitu pada bulan April 2022 saya masih menjadi seorang warga senior.

Setelah keluar dari asrama, saya berencana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi merupakan cara yang saya yakini untuk bisa memperbaiki kualitas hidup saya dan keluarga saya. Perbaikan tersebut dapat lebih mudah dilakukan jika saya menyandang gelar magister karena lebih banyak peluang pekerjaan yang bisa saya dapatkan untuk dapat meniti karier disamping kompetensi lebih yang dimiliki oleh seorang magister daripada seorang sarjana pada umumnya. Jika saya telah menyelesaikan pendidikan magister, saya berencana untuk memulai karier saya dalam ruang lingkup pendidikan tinggi. Saya berniat untuk menjadi seorang dosen di bidang pendidikan fisika.

Dosen merupakan pendidik yang mempunyai dampak yang lebih besar diantara pendidik lain sebagai contoh adalah guru. Dosen menyiapkan/membekali guru untuk dapat mengajari siswanya dengan baik dan benar. Tanggung jawabnya begitu besar sehingga saya sadari menjadi seorang dosen bukanlah pekerjaan mudah, untuk itu saya harus bersungguh-sungguh ketika menjalani perkuliahan magister dan menerapkan semua ilmu yang di dapat ketika menjadi seorang dosen nantinya. Disisi lain, setelah saya mendapatkan gelar magister saya akan berusaha untuk melanjutkan pendidikan saya ke jenjang doktor untuk dapat mendalami ilmu saya sebagai seorang dosen. Semoga semua itu dapat terwujud dengan bantuan Allah SWT. Aamiin.

Di akhir tulisan ini, saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga besar Asrama Sunan Giri, asrama yang sudah beridiri sejak tahun 1962 ini telah melahirkan pemimpin-pemimpin umat yang dulunya berasal dari daerah dengan berbagai keterbatasan bisa sukses dalam meraih cita-citanya. Asrama yang menjadi tempat tinggal yang bukan hanya sebatas tempat tinggal. Saya doakan semoga para pendiri asrama senantiasa diberikan balasan kebaikan atas jerih payahnya mendirikan asrama ini karena asrama ini merupakan Anugerah dari Tuhan yang nyata.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

 

Ihsan Hijria Putra, S.Pd. lahir pada tanggal 15 Mei 1998 di Jakarta. Anak dari pasangan Ir. Gindarsyah dan Siti Aminah ini merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara.  Penulis berasal dan dibesarkan di Samadua, Aceh Selatan. Ihsan merupakan alumnus SMAN Unggul Aceh Selatan dan lulus pada tahun 2017.

Pada tahun yang sama penulis mendaftar di UNJ jalur SNMPTN dengan program studi yang saat ini dijalani. Dibangku kuliah, penulis pernah menjadi asisten Praktikum Fisika Dasar 1, guru PKM di SMAN 109 Jakarta dan aktif berorganisasi di dalam maupun di luar kampus. Diantara organiasi yang pernah Ihsan ikuti adalah Badan Legislatif Mahasiswa Pendidikan Fisika sebagai ketua umum pada tahun 2019, koordinator Bidikmisi Pendidikan Fisika angkatan 2017, ketua komisi I Badan Legislatif Mahasiswa Pendidikan Fisika, ketua komisi I Badan Perwakilan Mahasiswa FMIPA 2020 dan beberapa kepanitiaan lainnya seperti Ketua KPU Pendidikan Fisika 2018 dan ketua pelaksana Seminar Legislatif FMIPA UNJ Tingkat Nasional pada tahun 2019.

Di samping itu Ihsan juga pernah menjadi Voice Over pada Seminar Nasional Fisika UNJ pada tahun 2020, panitia Science and Mathematics International Conference (SMIC) FMIPA UNJ pada tahun 2020 dan menjadi presenter pada International Conference on Research and Learning Physics (ICRLP) UNP tahun 2021. Selain organisasi intra kampus, Ihsan juga aktif pada organisasi ekstra kampus seperti Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri pada tahun 2021 sebagai ketua umum, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FMIPA-FIK UNJ dan Aceh Rawamangun Youth and Students Association selaku Bendahara. Selain itu, Ihsan juga pernah menjadi kapten tim Futsal Rumpun Fisika (Physport FC) dan membawanya meraih juara 1 Dekan Cup FMIPA UNJ Tahun 2021. Sambil menjalani perkuliahan, penulis juga aktif mengajar privat dan bimbel di Primagama Rawamangun mata pelajaran Fisika, IPA dan Matematika untuk siswa SD, SMP maupun SMA.

 

 

 

 

Dari Maluku Ujung Timur Indonesia Ke Ibukota Jakarta

Oleh: Ikram Kelrey

 

Hanya anak kampung yang terlahir dengan takdir miskin, merantau adalah salah satu alasan meninggalkan keluarga demi mencapai mimpi yang masih terbayangkan”

 

Ketika disuruh menulis, saya tidak bisa membayakangkan dan merangkai kata demi kata untuk menghasilkan sebuah kalimat dan kemudian menjadi satu paragraf untuk menjadi sebuah karya tulis. Menulis memanglah salah satu karya abadi yang tidak hilang dari sejarah, seperti yang dikatakan oleh Pramoedya Ananta Toer, “orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Jika membaca dari sejarah-seajarah tentang Pramoedya, saya sangat mengagumi beliau dengan karya-karya yang disampaikan lewat tulisan-tulisannya.

Untuk itu, saya akan menceritakan tentang derap langkahku di Asrama YAPI. Asrama YAPI atau Yayasan Asrama Pelajar Islam adalah salah satu Yayasan yang berdiri pada tahun 1952 diprakarsai oleh Bapak Muhammad Natsir (Perdana Menteri Republik Indonesia). Dengan hadirnya YAPI untuk bagaimana agar Mahasiswa Islam dan Pelajar Islam dapat berkumpul untuk belajar dan berjuang demi mencapai cita-cita bersama.

Memutuskan untuk merantau ke Jakarta bukanlah salah satu hal yang gampang, melalui berbagai pertimbangan dan diskusi dengan keluarga hingga akhirnya ke Jakarta. Mungkin bagi sebagian orang merantau ke Jakarta adalah salah satu privilege (keistemewaan) tersendiri, apalagi dengan berbagai pandangan tentang Jakarta. Orang memandang Jakarta dengan kacamata sosial yang berbeda-beda, indahnya Jakarta dengan gedung-gedung megah dan tinggi hingga membuat orang merasa tertarik dan terpesona. Padahal, mereka hanya terjebak dengan harapannya. Jakarta tak seindah yang dipandang, kehidupannya sangat “keras”.

Melanjutkan jenjang Pendidikan Strata Satu (S1) di Jakarta menjadi kebanggan tersendiri, apalagi sebagai seorang anak kampung dari ujung Timur Indonesia. Sebab, semua orang tidak punya kesempatan yang sama untuk melanjutkan kuliah sampai di Jakarta, bahkan keinginananya untuk ke Jakarta saja belum tercapai, sangat bersyukur karena masih termasuk dalam oramg-orang yang masih punya kesempatan untuk melanjutkan kuliah.

Kemudian melanjutkan dari apa yang telah saya ceritakan di atas, ketika pertama kali tiba di Jakarta, saya kemudian mendaftar di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), salah satu kampus NU yang terletak di Menteng, Jakarta Pusat. Menempuh kuliah di UNUSIA dengan mengambil Program Studi Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial, menjelang semester 3 (tiga) saya kemudian memutuskan untuk tinggal di Asrama Sunan Gunung Jati yang berlokasi di Matraman, Jakarta Timur. Sebelumnya pernah tinggal bersama Kakak  saya di Kost-kostan yang tidak begitu jauh dari Asrama juga. Bagi saya, keputusan untuk tinggal di Asrama meruaakan salah satu pembelajaran sebagai seorang mahasiswa perantauan, tentu dari sisi ekonomi akan sedikit mengurangi pengeluaran, pengeluaran dalam hal ini ialah untuk pembayaran Kost ataupun Kontrakan.

Selain daripada itu, tinggal di Asrama adalah untuk bagaimana membentuk karakter saya. Tentu dari interaksi sosial dengan orang lain, apalagi Asrama Sunan Gunung Jati bukan hanya di tempati oleh mahasiswa dari satu daerah saja, banyak mahasiswa-mahasiswa dari berbagai daerah yang menempati Asrama sebagai ajang untuk menutut ilmu. Selain itu, tujuan utama dari Asrama yang di bawah naungan Yayasan Asrama Pelajar Islam (YAPI) adalah untuk membentuk dan mendidik kader-kader calon pemimpin bangsa masa depan. Intinya, sangat bersyukur bisa bergabung bersama keluarga besar YAPI, dari sini saya banyak mendapatkan motivasi-motivasi, pengetahuan baru yang kemudian sutau hari bisa diamalkan kepada nusa dan bangsa.

 

 

 

 

 

Biodata Penulis:

 

Namaku  Ikram Kelrey,  Tempat, Tanggal Lahir  Maluku,  Seram Bagian Timur 29 April 1998. Bulan ke empat tahun 1998, hari ke 29 di bulan April. Lahirnya seorang anak bungsu dari pasangan sederhana yang sampai saat ini masih bahagia dengan cinta yang abadi.

Pendidikan        : SD Negeri 2 Kiandarat, lulus pada tahun 2011. SMP PGRI Kliga, lulus pada tahun 2014. SMA Negeri 2 Seram Timur, lulus pada tahun 2017.

Dan saat ini menempuh Pendidikan Strata Satu (S1) di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Jakarta.

 

 

 

 

Cerita Awal Masuk Asrama YAPI

Oleh Indah Purnama Sari

 

Saat saya lulus dari Sekolah Menengah Atas, saya berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, akan tetapi orang tua saya tidak bisa untuk membiayai untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, lalu saya mencoba untuk mengikuti tes beasiswa di UIN Jakarta dan UIN Semarang. Qadarullah saya tidak lulus tes dan saya sempat down karena ketidaklulusan tes tersebut. Saat saya sudah tidak berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi datanglah tawaran dari senior ketika SMA, beliau bilang bahwa saya bisa ikut kuliah gratis dengan catatan saya ikut menghafal AL-Qur'an dan diwajibkan tinggal di asrama.

Waktu itu saya sangat dilema karena saya fikir saya tidak akan mampu mengikuti hafalan tersebut, akan tetapi keluarga saya mendukung agar saya menerima tawaran tersebut sehingga akhirnya tahun 2016 saya berangkat ke Jakarta dan langsung tinggal di asrama. Asrama tersebut bernama Darul Qur'an Fatahillah yang terletak di Jakarta Pusat,  minggu pertama di asrama saya merasa berat karena jauh dari orang tua serta beban fikiran menghafal Al-Qur'an, tapi dengan motivasi dari mentor serta teman-teman akhirnya saya bisa beradaptasi dan mengikuti kegiatan yang ada di asrama YAPI.

Sekitar tiga tahun saya menempati asrama Darul Qur'an Fatahillah, pada bulan Desember tahaun 2017 adalah hari kesedihan bagi anak asrma, karena ayahanda kami yang mendirikan asrama berpulang ke rahmatullah namanya bapak Haji AM. Fatwa.  Tahun pertama dan kedua kepergian ayahanda asrama masih baik-baik saja, namun saat tahun ketiga keluarga dari ayahanda mulai memperebutkan untuk memiliki tanah yang sudah di wakafkan untuk mahasiwa STEBANK, sehingga kami pada saat itu terombang ambing tidak jelas tujuannya, rasanya kami putus asa apakah STEBANK dan asrama bisa tetap berdiri atau tidak?.  Pada tahun 2019 akhirnya para pimpinan STEBANK dan asrama Darul Quran Fatahillah tetap berusaha mempertahankan peninggalan ayahanda AM.Fatwa, bekerja sama dengan YAPI mewadahi STEBANK agar tetap bisa berdiri. 

Pada tahun 2020 , STEBANK resmi diambil alih oleh YAPI, dan anak asrama putri yang tersisa  ikut pindah ke asrama yang telah disiapkan oleh YAPI. Saya merasa senang  karena akhirnya asrama masih tetap bisa berdiri sampai sekarang, Di YAPI saya harus banyak beradaptasi lagi, karena kita di asrama dikepalai oleh Direktur dan selama di asrama saya  harus mengikuti beberapa peraturan yang telah ditetapkan. 

Setelah beberapa bulan tinggal di asrama YAPI dan mengikuti segala kegiatan yang sudah dirancang oleh pengurus akhirnya saya merasa sangat beruntung karena bisa bergabung dengan asrama YAPI. Di sini saya banyak dibimbing untuk menjadi mahasiswa yang lebih baik dari sebelumnya, banyak kegiatan yang bisa kita lakukan dan berdampak positif bagi kehidupan mahasiswa. Selain itu, pengurus YAPI juga  berbaik hati memberikan beasiswa bagi warga asrama yang siap tinggal di asrama YAPI selama bisa mengikuti seluruh kegiatan serta peraturan yang sudah ditetapkan pengurus asrama. 

 Dengan bergabungnya saya di asrama YAPI saya berharap bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi, saya berharap bisa menjadi manusia yang lebih percaya diri, di asrama YAPI kami diajarkan untuk pengkaderan bagi mahasiswa. Saya jug berharap bisa menjadi manusia yang lebih islami, karena di asrama YAPI diharuskan sholat tepat waktu, mengaji setiap hari, maka dari itu saya berharap kebiasaan baik tersebut bisa menjadi kebiasaan saya saat sudah keluar dari asrama. Bagi saya peranan asrama YAPI ini sangat penting bagi mahasiswa perantau, karena YAPI sangat berbaik hati menyediakan tempat yang nyaman agar para mahasiswa perantau bisa tinggal di lingkungan yang baik, semoga YAPI semakin berjaya dan berkah dunia akhirat. Aamiin.

 

 

 

 

 

Tentang Penulis

 

 

Indah Purnamasari lahir pada tanggal 31 Desember 1996 di Kuningan Jawa Barat, anak ke empat dari bapak Sutrisna dan ibu Sukanah. Saya meneyelesaikan pendidikan SD di SDN 1 Sukadana, lalu melanjutkan SMP d SMPN 2 Ciawigebang, dan menyelesaikan MA di MA Al Mutawally Bojong Cilimus.

Saat ini saya baru meneyelesaikan S1 di STEBANK Islam Mr.Sjafruddin Prawiranegara jurusan perbankan Syariah. Pengalamann organisasi saya selama kuliah yaitu mengikuti organisasi HMI periode 2018-2020, dan ikut menjadi pengurus BEM Stebank Islam Mr.Sjafruddin Prawiranegara periode 2019-2020, dan menjadi pengurus asrama periode 2019-2020 sebagai biro pendidikan. 

 

 

 

 

 

 

Satu Yang Dipilih Dari Banyak Pilihan

Oleh: Irfanto Febriansya

 

 

Saya Irfanto Febriansya seorang yang alhamdulillah menjadi mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta. Sebagai mahasiswa yang tinggal di luar DKI Jakarta saya membutuhkan tempat tinggal yang dekat dengan kampus untuk mendukung perkuliahan saya. Sebetulnya banyak pilihan tempat tinggal yang dekat dengan kampus, kostan murah, ajakaan ngekost bareng, tinggal di secret organisasi, dan ditambah tawaran dari keluarga yang tinggal di Jakarta untuk saya tinggal di rumah mereka, tetapi dari semua pilihan tersebut saya memilih untuk tinggal di Asrama Sunan Giri atau yang biasa disebut ASG.

Tidak dipungkiri berkuliah di Ibu Kota yang pergaulannya terbilang bebas tidak ada batasyang jelas dalam pergaulan, segala macam kemudaratan dan kebaikan saling bersinggungan maka dari itu kita sebagai mahasiswa muslim harus bisa menahan dan menghindari diri dari pergaulan tersebut dengan apa caranya? salah satu cara yang saya gunakan adalah tinggal di asrama, berbeda dengan tempat tinggal lainnya yang bebas tidak ada pengawasan. InsyaAllah dengan lingkungan yang islami dan teman-teman yang memiliki tujuan yang sama untuk terhindar dari pergaulan bebas maka saya bisa menghindari hal tersebut.

Saya memilih tempat tinggal di ASG sebagai tempat tinggal penunjang perkuliahan saya yang paling utama adalah dekat dengan kampus dan murah itu yang pasti hehe, yang selanjutnya asrama ini bukan hanya tempat tinggal semata untuk 'tidur' saja tetapi memiliki sistem pengkaderan yang mengkader pemimpin-pemimpin yang bernafaskan islam. Jadi bukan hanya terjaga dari pergaulan bebas karena lingkungan yang islami tetapi jg karena adanya sistem pengkaderan mendidik menjadi seorang pemimpin. Dua alasan tersebut yang melatarbelakangi saya untuk masuk dan tinggal di ASG.

 

 

                                                          Tentang Penulis

 

 

Irfanto Febriansya lahir di Jakarta, 29 Februari 2000. Anak kedua dari pasangan Waskitp Eko Harlianto dan Budiyani. Saya menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 03 Kota Tangerang, menyelesaikan pendidikan di SMPN 03 Kota Tangerang, menyelesaikan pendidikan di SMAN 09 Kota Tangerang, dan saat ini saya sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di indonesia, yaitu Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, Program Studi Rekayasa Keselamatan Kebakaran angkatan 2018.

Pengalaman Organisasi saya yaitu diantaranya menjabat sebagai berikut; Staff Advokasi BEMP Rekayasan Keselamatan Kebakaran 2018, Wakil Kadiv Kominfo BEMP Rekayasa Keselamatan Kebakaran 2019, Ketua Umum HMI Komisariat FT UNJ 2020, Kepala Divisi PSDM FBM UNJ 2021.

 

 

 

 

 

Dinamika Hidupku di  Asrama YAPI

Oleh : Khoirunisa

 

Pertama kali saya masuk kuliah  ada kampus baru yang berbeda dari yang lain, yaitu kampus STEBANK.  Sebuah perguruan tinggi yang mahasiswanya dibagi menjadi 2 yaitu reguler dan tahfidz. Informasi tentang kampus tersebut saya dapatkan dari senior saya.  Untuk mahasiswa tahfidz mendapatkan beasiswa dan ditargetkan untuk menghafal selama kuliah 10 juz dan  diwajibkan untuk berasrama. Ada yang menjadi keungulan mahasiswa tahfidz dari mahasiswa regular, mahasiswa tahfidz mendapatkan  ilmu tambahan selain akademik.

Awal masuk asrama saya masih belum tahu agenda belajar yang ada dan diterapkan karena memang saya belum pernah  pelajari. Seperti nahwu sharaf dan cara menghafal al qur'an. Seiiring berjalanya waktu, karena pertama kali mengenal  nahwu sharaf angakatan saya mempunyai 7 mentor untuk mengetahui dasar dasar nahwu sharaf. Jika sudah bisa nahwu Sharaf, kita bisa melanjutkan ke program menghafalkan al qur'an. Selain kegiatan menghafalkan al qur'an ada muhadharah, yasinan, nahwu Sharaf yang dipraktekan ke dalam al qur'an. Ada suatu kisah atau cerita, terjadi suatu musibah di asrama lama  “Fatahillah”  yang cukup membuat trauma penghuni asrama putri. Yang menyebabkan terjadinya peristiwa naas itu, karena kondisi asrama sudah kurang layak  untuk ditinggali.  Tampaknya karena yang punya waqaf tersebut adalah orang YAPI dan asrama putri tersebut diamanahkan oleh YAPI maka tetap digunakan.

Harapan saya awal mula masuk ke YAPI, yang pertama mendapatkan ilmu baru ketika berada di asrama dan berbeda dengan teman-teman yang kost di luar. Yang kedua, mendapatkan ilmu baru dengan orang-orang yang mempunyai karakter yang berbeda-beda. Ketiga, adanya pengawasan yang secara tidak langsung dan peraturan-peraturan yang ada. Saya menyimpulkan bahwa di asrama YAPI menjadi hal penting bagi mahasiswa daerah yang menempuh pendidikan di ibukota. Apalagi, mahasiswa yang kekurangan ekonomi. Dengan adanya asrama YAPI dapat mendapatkan  peningkatan ilmu akademik selain di kampus dengan gratis.

 

 

PUISI KARYA KHAIRUNISA  :

 

Melepasmu

 

                              Jika memilikimu tak mampu 

Jika memilikimu hanya mimpi 

Jika bersanding denganmu aku tak bisa 

Mungkin aku hanya bisa melepas genggam anmu 

 

Tak mungkin untuk bersama 

Takdir telah memisahkan kita 

Rasa ini hanya disimpan dalam hati 

Karena suatu saat nanti ada sosok pengganti 

 

Cukup tanam dalam hati 

Disimpan untuk diri 

Tak terobsesi  memiliki

Karena level tertinggi mencintai adalah mengikhlaskan 

 

 

 

BIODATA PENULIS 

 

Nama: Khoirunisa 

Tempat, Tanggal Lahir: pemalang, 3 Januari 1999

Alamat: Jl. Dewi sinta No. 24 Rt 03/ Rw 04 Desa Jrakah Kec Taman Kab. Pemalang Jawa Tengah 

HP: 085775714899

Email: khoirunisa767@gmail.com

Status: Mahasiswa 

Moto hidup: Perjuangan yang melelahkan pasti ada hasilnya. 

Riwayat Pendidikan SD  dan SMP di kabupaten Pemalang, SMK 2 Taman Pemalang lulus tahun 2017. Sekarang sedang menumpuh jejang 1 Perbankan Syariah di Stebank Mr. Sjafruddin Prawiranegara Jakarta.

 

Maret 23, 2022

 

 

 

Reinjeksi Arah Kaderisasi YAPI dalam Menjawab Tantangan

Oleh : Laskar Hidzib

 

 

Bukan siapa-siapa. Hanya anak Pasangan petani kampung yang

 tidak ingin hidupnya berlalu saja tanpa makna.

Terobsesi pada kata-kata yang cerah-gerakkan manusia.

 Senang mendengar dan berbagi cerita.

 

Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan sesuai dengan perkembangan zaman. Dan tentu saja, kedua hal ini juga turut andil dalam merubah cara berpikir dan kemampuan nalar manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang ada di Negara Indonesia sendiri. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan yang matang, karena dengan sistem pendidikan yang mapan memungkinkan kita untuk berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Salah satu tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Selain itu, laju perkembangan pengetahuan dan teknologi juga memaksa kita untuk menjadi salah satu bagian di dalam masyarakat dunia yang dinamis dan kompetitif. Tanpa kedua kemampuan tersebut, mustahil bagi kita untuk bersaing dan berkompetisi dengan bangsa lain di dunia. Dimensi penting untuk bisa mengikuti perkembangan bangsa-bangsa lain dalam IPTEK adalah peningkatan kualitas SDM kita. Masyarakat memiliki kecenderungan selalu berubah dan berkembang, dan perubahan tersebut akan selalu berlaku pada semua masyarakat, setiap saat dimanapun mereka berada. Kadangkala perubahan itu berlangsung secara tiba-tiba dan serentak.

Perubahan inilah yang mau tidak mau harus diterima oleh manusia. Sehingga demi keberlangsungan hidup dan eksistensinya, manusia dipaksa untuk memiliki kemampuan beradaptasi yang luarbiasa. Sebab, jika hanya stagnan di tempat, maka arus perkembangan zaman yang begitu masif akan menghancurkannya. Dari sinilah, manusia mendapatkan sebuah tantangan baru untuk membaur bersama perkembangan zaman.

Tantangan-tantangan inilah yang pada akhirnya akan menjamah beberapa sendi kehidupan. Tentu saja, taruhan yang diminta oleh tantangan tersebut tidak main-main. Puncaknya, tantangan yang tidak bisa ditaklukkan akan membawa sebuah kehancuran. Namun sebaliknya, jika tantangan tersebut mampu dijinakkan, maka eksistensi dan keberhasilan sudah menanti di depan mata.

Tantangan-tantangan seperti inilah yang acapkali ikut meramaikan sebuah wadah kaderisasi. Tak terkecuali kaderisasi di Yayasan Asrama Pelajar Islam (YAPI). Sejak didirikan pada tahun 1952, YAPI terus mengalami perkembangan yang sedemikian pesat. Terbaru, YAPI berhasil mengambil alih pengelolaan Sekolah Tinggi Ekonomi dan Perbankan Syari’ah Mr. Syafrudin Prawiranegara (STEBANK Jakarta; SK Menteri Agama Republik Indonesia No. 320 Tahun 2020 tanggal 13 Maret 2020) dan melebarkan sayapnya dengan mendirikan kaderisasi khusus perempuan. Kaderisasi ini menjadi asrama perempuan pertama yang dikelola oleh YAPI dan diberi nama dengan Asrama Mahasiswa Darul Qur’an YAPI.

Di usianya yang sudah lebih dari setengah abad inilah, YAPI juga tidak luput dari berbagai tantangan di setiap zamannya. Banyak diantara Mahasiswa yang tumbang dan tersisih oleh proses seleksi alam yang terjadi saat bergelut dengan kaderisasi keasramaan di YAPI. Namun, tidak jarang pula diantaranya yang berhasil dan dipandang sukses. Sebut saja salah satu diantaranya Ubedillah Badrun yang digadang-gadang sebagai Idiolog FKSMJ dan salah satu motor penggerak reformasi di kalangan aktivis mahasiswa ‘98.

Tantangann Kaderisasi

Kaderisasi berasal dari kata cadre, berarti bingkai, kerangka, atau figura. Maka kader bisa juga disebut sebagai figur yang menjadi representasi sebuah organisasi. Kaderisasi, karena itu, adalah proses untuk menjadikan anggota organisasi kerangka yang berfungsi untuk menjaga agar para anggota yang belum sampai pada status kader tetap bisa berpikir, bersikap, dan berperilaku lurus atau tegak, tidak bengkok seperti kertas tipis yang berada di dalam bingkai apabila dikeluarkan dan dilepaskan darinya.

Kahin MCT dalam Nationalism and Revolution in Indonesia menjelaskan bahwa kader merupakan sumber daya manusia yang melakukan proses pengelolaan dalam suatu organisasi. Dalam pendapat lain kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan yang di atas rata-rata orang umum.

Memulai kiprahnya sebagai sebuah kawah candradimuka, YAPI memulainya dengan mendirikan sebuah Asrama di Jalan Bunga pada tahun 1952-1953. Asrama pertama ini dikenal dengan nama Asrama Mahasiswa Sunan Gunung Jati (ASGJ). Kemudian, Yayasan memperlebar sayap dengan membeli tanah dan gedung di Jl. Sunan Giri No. 1 Rawamangun yang saat ini menjadi Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri (ASG) dan Komplek Pendidikan YAPI.

 

Setelah 62 tahun sejak berdiri, YAPI kembali melebarkan sayapnya dengan melakukan sebuah pembebasan lahan di Jalan Kompos No. 19 Lenteng Agung, Jakarata Selatan. Di atas tanah inilah, kemudian didirikan asrama ketiga YAPI yang diberi nama Asrama Walisongo. Terakhir, pada akhir tahun 2019, YAPI berhasil mengambil alih pengelolaan Kampus STEBANK Mr. Syafrudin Prawiranegara. Hal ini sekaligus menandai dimulainya era baru bagi YAPI karena akan memiliki tanggungjawab baru untuk mengelola asrama mahasiswa perempuan yang sebelumnya di kelola oleh STEBANK Mr. Syafrudin Prawiranegara. Oleh YAPI, asrama perempuan pertama ini dikenal dengan nama Asrama Putri Darul Qur’an.

Sebagai tambahan, selain melakukan sebuah kaderisasi super intensif, YAPI juga melakukan Pengembangan bidang pendidikan. Sebagai mitra, YAPI menggandeng AL-AZHAR untuk mengelola pendidikan di Rawamangun. Secara berturut-turut YAPI membangun dan mendirikan sekolah dari tingkat Kelompok Bermain (Play Group) sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) (selengkapnya lihat di http://www.yapi.sch.id/).

Berbekal 4 asrama dan beberapa bidang usaha, menjadikan asrama-asrama YAPI memiliki kemampuan untuk ssenantiasa memupuk harapan dan melanjutkan perjuangan stakeholder sekaligus pendiri YAPI. Karena perlu diketahui bahwa YAPI berdiri bukan semata-mata atas prakarsa seorang individu belaka. Akan tetapi, YAPI berdiri dengan perjuangan beberapa pihak. Diantaranya Prawoto Mangkusasmito (Wakil Perdana Menteri Kabinet Wilopo-Prawoto), Wartomo (Mahasiswa Akademi Dinas Luar Negeri), Meester Sindian Djajadiningrat (Kepala Jawatan Pajak Bumi), Abdul Kadir (Mahasiswa Fakultas Kedokteran), Djamalus Nurut (Pelajar), Joesdi Ghazali (Mahasiswa Perguruan Tinggi Islam), Hariri Hady (Mahasiswa Fakultas Ekonomi), dan Ismael Hassan (Mahasiswa Akademi Wartawan).

Membawa nama-nama besar pendirinya, menjadikan YAPI sebagai sebuah asrama mahasiswa yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Ratusan alumni sudah berhasil ditelurkan dari cangkang kaderisasi asrama YAPI. Ratusan alumni YAPI sudah tersebar ke berbagai pelosok negeri, lengkap dengan kesibukannya masing-masing untuk memperjuangkan kesejahteraan ummat. Bahkan, beberapa diantara alumni asrama YAPI ada yang berhasil “mangkring” di beberapa instansi pemerintahan. Seperti diantaranya AM Fatwa, Jimly Asshiddiqie, Muliaman Hadad, Irwan Prayitno, Abdullah Azwar Anas, Arsul Sani, dan lain-lain.

Bak buah simalakama, nama-nama besar alumni asrama YAPI memiliki dampak positif dan negatif. Pertama, dampak positif yang dihadirkan dengan adanya nama-nama besar alumni YAPI adalah nilai tawar asrama YAPI di masyarakat. Terutama dalam aspek menggaet mahasiswa-mahasiswa dari berbagai pelosok negeri untuk memilih asrama YAPI sebagai tempat berproses dan menenmpa diri. Nama-nama besar alumni ini juga mampu menjadi sebuah pelecut bagi kader-kader berikutnya untuk menyamai prestasi pendahulunya dan bahkan melampauinya.

Meminjam istilah Aristoteles, nama-nama besar alumni asrama YAPI bisa menjadi semacam lebah yang akan menyengat kuda lembam (Athena) agar menjadi lebih beringas. Dalam konteks ini, tentu saja kader-kader baru (red:waga percobaan atau warcob) asrama YAPI akan berusaha lebih untuk melampaui pendahulunya.

Kedua, dampak negatif dari adanya nama-nama besar alumni asrama YAPI tentu saja tantangan yang harus diemban oleh kader-kader potensial YAPI. Dimana beban tersebut dirasa berat dan hanya akan menjadikan diri masing-masing warga asrama (red: kader YAPI) menjadi insecure.  Serum-serum ketidakpercayaan diri ini dapat dilihat dari bertebarannya poster-poster penerimaan kader baru setiap asrama yang jarang menampilkan sosok kader aktif di asrama. Seakan terbuai oleh romantisme masalalu, setiap asrama akan menampilkan beberapa profil alumni YAPI yang “nangkring” di pemerintahan.

Pandangan atau tolok ukur seperti inilah yang seharusnya dimusnahkan dari diri setiap kader Asrama. Dimana kesuksesan alumni tidak dilihat dari seberapa tinggi kedudukan (red: jabatan)  yang dicapai. Namun perlu ditanamkan bahwa tolok ukur kesuksesan yang berlaku adalah kontribusi dan kemanfaatan di masyarakat. Percuma memiliki jabatan yang tinggi namun tidak bisa menelurkan kebijakan yang pro proletar, terlebih jika kedudukan tersebut dimanfaatkan hanya untuk kepentingan diri dan kelompok. Na’udzu Billahi Min Dzalik.

Tantangan lain yang menggelayuti asrama YAPI yaitu belum adanya sebuah ideologi baku yang menjadi dasar pengkaderan. Memang, semua kader asrama YAPI diwajibkan untuk menempa diri di berbagai lembaga kemahasiswaan, baik lembaga ekstra kampu maupun lembaga intra kampus. Seperti diantaranya di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Pemuda Islam Islam Indonesia (GPII), Pelajar Islam Indonesia (PII), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU), dan oraganisasi kemahasiswaan-kepemudaan lainnya.

Sebagai konsekuaensi logisnya, dalam menempa diri di dalam masing-masing organisasi-organisasi tersebut, kader YAPI akan sering dibenturkan dengan al-Qur’an-Hadits sebagai sebuah pedoman dan dasar kaderisasi. Namun demikian, kecenderungan ini hanya sebatas formalitas belaka. Belum benar-benar masuk dan meresap ke dalam sanubari setiap kader asrama YAPI.

Maka dari itu, diperlukan sebuah formula khusus yang mampu menjadikan kader asrama YAPI sebagai pembeda. Sehingga adagium bahwa “Semua kader YAPI adalah Aktivis Mahasiswa Islam dan tidak semua Aktivis Mahasiswa Islam adalah kader YAPI” benar-benar terealisasi. Bukan hanya sebuah buah bibir yang digembar-gemborkan kader YAPI untuk mempromosikan diri. Merasa dirinya lebih baik dibanding aktivis Islam lainnya karena ditempa dua kali lebih intensif.

Oleh karena itu, kaderisasi YAPI harus mampu membangun kerangka berpikir keislaman dan kebangsaan para anggota terpilih. Kerangka berpikir itu sangat diperlukan agar kader YAPI benar-benar menjadi pribadi-pribadi yang senantiasa turut al-Qur’an dan hadits, jalan keselamatan; juga memiliki wawasan kebangsaan Indonesia yang unik, sangat berbeda dibandingkan bangsa-bangsa lainnya. Lebih dari itu, kaderisasi diperlukan agar lahir figur-figur yang mampu menjalin dan mengelindankan antara keislaman dan keindonesiaan itu, sehingga keduanya tidak berkontradiksi. Pemahaman keislaman yang baik, memberikan kontribusi yang signifikan untuk pembangunan negara-bangsa Indonesia yang religius.

Tantangan intern lain yang perlu ditakhlukkan oleh kader YAPI, termasuk di dalamnya alumni YAPI adalah adanya diaspora alumni yang sudah terjun di masyarakat. Seringkali, perjuangan yang dilakukan oleh alumni dijalani sendiri-sendiri dengan cara dan strategi masing-masing. Sehingga hasil yang diperoleh pun tidak maksimal. Disinilah nilai jama’ah tersebut perlu ditekankan kembali.

Selain itu, diaspora yang terjadi di kalangan alumni asrama YAPI menjadikan alumni muda asrama YAPI kebingungan untuk memulai langkahnya. Sebab tidak ada sosok yang membimbingnya bertarung dengan realitas kehidupan yang demikian keras. Sebagai gambaran, jika ada seorang alumni asrama YAPI yang memiliki sebuah posisi di struktural, maka sudah menjadi keharusan baginya untuk melibatkan alumni lainnya, juga beberapa warga asrama yang masih aktif. Begitu seterusnya. Jika rantai kaderisasi seperti ini berjalan terus menerus, tentu saja jebolan asrama YAPI akan semakin memantapkan langkahnya menjemput kepemimpinan bangsa, termasuk didalamnya memperjuangkan dan mengakomodir  kepentingan-kepentingan kaum mustadh’afin.

Tantangan lain (red: tantangan ekstern) yang perlu diperhatikan dalam kaderisasi asrama YAPI adalah kemampuan untuk membaur dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan informasi yang sedemikian masif. Memasuki era cyber society (lebih lengkap baca teori cyber society yang digagas oleh Wilbur Schramm), dunia dihadapkan pada sebuah realitas bahwa semua hal dapat terhubung satu sama lain dalam sebuah ruang virtual.

Oleh karena itu, pengkaderan dalam sebuah asrama bukan lagi sesuatu yang istimewa. Sebab segala sesuatu bisa diakses dari kamar sambil berbaring. Maka dari itu, asrama YAPI dituntut untuk memiliki nilai tarik tersendiri yang mampu menyedot animo kaum millenial untuk melirik dan bahkan memantapkan diri untuk menjadi bagian dari kaderisasi keasramaan YAPI. Sebab diakui atau tidak, minat mahasiswa era millenial sekarang cenderung mengabaikan organisasi-organisasi progresif-revolusioner, termasuk di dalamnya kaderisasi dalam sebuah asrama. Maka dari itu, hal ini menjadi sebuah tantangan dan PR kita bersama untuk mengubah paradigma tersebut.

Semoga, memasuki usia yang ke-58 tahun, YAPI tidak kehilangan marwah dan martabatnya sebagai lembaga kaderisasi yang senantiasa menelurkan tokoh-tokoh pejuang ummat dan bangsa. Terakhir, “Kita dipanggil oleh zaman. Kita dibisiki oleh ilham. Kita melaksanakan takdir kita sebagai arus perubahan. Jadilah pahlawan sejarah. Menyejarahlah bersama tinta peradaban. Atau jika kau sudah jemu, biarlah kepada diriku saja aku berkata: Jadilah pahlawan itu.” “Lambaikan tangan jika kamu memang tak ma(mp)u berjuang. Tak perlu menjadikan keputusan semesta sebagai sebuah alasan, untuk meninggalkan“.

 

Profil Penulis

 

Laskar Hidzib, bukan siapa-siapa. Hanya anak Pasangan petani kampung yang tidak ingin hidupnya berlalu saja tanpa makna. Terobsesi pada kata-kata yang cerah-gerakkan manusia. Senang mendengar dan berbagi cerita.

Beberapa orang acap kali menjadikan tulisan sebagai sebuah pelampiasan. Tak terkecuali aku. Ya, aku menganggap menulis merupakan sebuah rehabilitas. “Jika kamu adalah candu, maka menulis adalah cara rehabku”, demikian pikirku. Beberapa orang menyebutku sebagai seorang pembual. Tidak sedikit pula yang menjadikan aku sebagai bahan olok-olokan sebab “libido” menulisku yang terlampau tinggi.

Tak bisa ditampik, aku memang sering menuliskan kisah fiksi. Tentang awal mula sebuah perjuangan, juga sebuah pertemuan yang maha luar biasa. Tentang bagaimana sepasang lajur kereta api yang selalu beriringan, senantiasa bersama dalam teriknya matahari dan gigilnya udara malam. Beberapa kisah yang akan menjadi dongeng pengantar tidurmu. Sebuah cerita tentang perjalanan waktu. Biarkan aku memperkenalkan diri. Namaku Laskar Hidzib, dan aku adalah juru dongengmu.

 

 

 

 

ADA APA DI ASRAMA YAPI ?

Oleh : Luluk Khodija

 

 

Namaku Luluk Khodija. Aku asal Probolinggo yang terkenal dengan kota mangga tapi biasanya orang orang lebih ingin ke Probolinggo untuk ke Bromo. Ya, gunung yang kata orang sangat indah dan cukup terkenal tapi aku sendiri belum menikmati keindahannya, hanya lewat saat berkendara (kasiannya) tapi gapapa, belum waktunya aja. Sekarang aku kuliah di STEBANK Islam Mr.Sjafruddin Prawiranegara (agak panjang ya) sebut saja STEBANK. Awalnya STEBANK ada di Jakarta Pusat yaitu di Gedung Putra Fatahillah, Tanah Tinggi, Johar Baru. Tapi sekarang berpindah ke Lantai 2 YAPI Center, Jakarta Timur. Kok bisa si? Panjang ceritanya wkwk

Jauh jauh kuliah dari JATIM ke JAKTIM tinggal dimana?” eits, jangan khawatir kalo uda nemu YAPI akan banyak kemudahan di dalamnya, insyaAllah. YAPI gede beb, jadi aku tinggal di asrama nya lah. Yup, asrama putri YAPI yang terletak di Jl. Balai pustaka 1 No. 14 rt 03/rw 10 Rawamangun, kec. Pulogadung Jakarta Timur. Hari berganti hari, banyak cerita dan pengalaman yang telah terukir di otak bahkan tersimpan di hati,  baik hal kecil maupun besar. Selain jadi warga Indonesia, aku juga jadi warga asrama YAPI. YAPI atau Yayasan Asrama Pelajar Islam ini memiliki 4 asrama yaitu Asrama Sunan Giri, Asrama Sunan Gunung Jati, Asrama Wali Songo dan asrama ku yaitu Asrama Putri. Disebut Asrama Putri karena selain asrama ku adalah asrama putra.

Sekarang aku menjadi pengurus Asrama Putri yang merangkap yaitu bagian kebersihan, keamanan, kesehatan/olahraga, dan rumah tangga. Kenapa? Karena SDM nya kurang. Maklum, asrama putri ini masih dibilang baru dan sekarang masih open recruitment. Jadi untuk pembaca yang memiliki teman, saudara atau kolega perempuan bisa merekomendasikan asrama putri YAPI. Memang setiap kejadian ada hikmahnya, dan aku percaya bahwa hikmah dari adanya aku di asrama putri salah satunya adalah agar aku menjadi wanita yang mandiri contohnya dalam memasak. Alhamdulillah cara masakku terasah karena di asrama mendapat giliran piket masak. Mau tidak mau aku harus bisa masak dan bahkan masakin untuk banyak orang tapi lucunya karena aku suka improvisasi masakan yang biasa aku masak untuk aku makan sendiri sehingga kalau aku piket masak banyak yang khawatir takut masakannya aneh hehe

Hebatnya di asrama YAPI ini sudah di fasilitasi kompor dll. Sehingga kalau ada acara kayak syukuran kami masak bareng. Ada yang motong motong, ada yang nyiapin bumbu, ada yang jaga lilin eh jaga kompor mastiin biar gak gosong yang pasti diselipi dengan ghibah canda ghibah eh tapi emang ada lo yang liatin doang (tu kan ghibah beneran) tapi Kebayang kan serunya kalo ada kegiatan masak bareng, fiks uda kayak ibu ibu hajatan alias rempong tapi seru. Pokoknya kalo ada di asrama tu gabakal kesepian kecuali emang mau menyendiri karena ada berbagai kegiatan yang menyatukan. Ngebahas menyatukan, antar asrama juga sering disatukan oleh kegiatan loh, dan kegiatannya macem macem. Kadang seminar, olahraga, galang dana dan masih banyak lagi.

Oiya, di asrama YAPI ini warganya berasal dari berbagai daerah dan suku lo, jadi jangan heran kalo kosa kata baru akan didapati kalo jadi warga asrama. Ada yang dari aceh, sunda, madura dll. Tapi kadang kalo ngomong sesuatu antar daerah misal aceh sama aceh tu bikin sebel apalagi kalo gadikasi tau artinya ya meskipun lucu logatnya tetep aja yang bukan orang aceh merasa terasingkan.

 

 

Kerennya lagi, dari kenal dengan teman teman yag beda daerah selain beda bahasa yang bikin nambah kosa kata baru, kenal dengan orang beda daerah tu bisa kek saling memahami dan mamaklumi, contohnya “maklumin aja, dia orang madura” ya, meskipun bisa dikatakan pembelaan tapi dari situ sedikit paham dan gabole baperan alias bawa perasaan. Intinya gaada yang sempurna, di mana pun harus menerima khususnya di asrama dengan latar belakang yang berbeda. Aku si gak nyesel ada di asrama YAPI dengan banyak nikmat yang Allah beri, tinggal gimana cara mensyukuri atas apa yang di beri saja hehe.

Sayangnya meskipun terletak di daerah Jakarta, orang Jakarta gabole tinggal di asrama. Padahal sebenarnya temen temen ku yang orang Jakarta tertarik masuk asrama apalagi kalo aku post kegiatan asrama yang seru huhu pada komen “Luk, pengen masuk asrama mu, emang kenapa gabole?” jawaban ku simpel “takut sering pulang” wkwk

Meskipun pendiri dan alumni YAPI hebat hebat dan patut di banggakan, sebagai warga asrama YAPI yang masih jadi warga atau masih tinggal di asrama, jujur aku masih khawatirakan masa depan takut ga sehebat ekspetasi orang orang apalagi keluarga. Semua Butuh Proses. Pernyataan itu selalu bikin aku mikir, proses yang gimana ya yang bikin sukses, sambil mikir sambil aku jalani agenda asrama karena itu juga bagian dari proses. Pernah bahkan sering aku pengen nyerah alias kena provokasi temen temen yang keluar asrama tapi emang harus sabar si.

Banyak kegiatan yang bikin aku ngedumel dalam hati, paling sering tu setoran. Ya meskipun aku sendiri yang memutuskan jadi penghafal tapi aku masih merasa gak sanggup tiap hari murojaah. Meskipun itu hal yang baik, aku tu overthinking takut kalo tambah banyak hafalan ku takut pokoknya takut dan sekarang aku masih melawan ketakutan itu, semoga aku menang.

Semoga tulisan ku yang kurang jelas ini tetap di terima dengan lapang dada oleh panitia karena tujuan ku menulis ini salah satunya menyemarakkan milad YAPI bentar lagi masyaAllah, keren banget gasi bakalan launching buku.Ya keren banget lah no debat.

 

 

 

Biodata Penulis

 

 

 

Luluk Khodija. Perempuan kelahiran 21 Juni 2001 ini biasa di panggil Luluk tapi ayahnya sering menyingkat LLK bahkan teman nya ada yang memanggil eLKa karena kadang dalam keterangan karya nya acap kali dia selipkan nama itu. Menulis bukan lah hobi nya tapi sesekali memposting tulisan seperti quotes dan lain lain di sosial media nya dan mengikuti komunitas menulis hingga menerbitkan buku antalogi berjudul Rinai Diksi dan Sayap Sayap ALEA.

 

Pertama kali belajar menulis artikel dan menjadi urutan pertama di Militan.co dengan judul Polemik Suara Adzan tahun 2018. Penulis adalah alumni TK Wijaya Kusuma II, SDN Brani Kulon, SMP Zainul Hasan 1 dan SMA Unggulan Haf-sha BPPT yang terletak di kota kelahiran nya yaitu Probolinggo, Jawa Timur.

 

Sempat tinggal di Tasikmalaya dan Bekasi hingga akhirnya sekarang tinggal di Asrama Putri yang terletak di ibu kota Jakarta tepatnya Jakarta Timur. Selain itu juga masih menjadi Mahasiswi STEBANK Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara.

Untuk kenal penulis lebih jauh, bisa menghubungi:

WhatsApp: 085793373400/082190599956

Instagram: Luluk_Khodija21

Facebook: Luluk Khodija

 

 

 

 

Berawal dari Amanah Menuju Mimpi Penuh Berkah

Oleh : Siti Nurul Hidayati

Bermula saat aku menginjakkan kaki di Ibukota Jakarta untuk melanjutkan studi pendidikan di jenjang perkuliahan. Kala itu aku memberanikan diri merantau ke Jakarta demi mengejar cita-citaku. Berangkat dari titah seorang Kyai pondok yang memberikan amanahnya serta kesempatan kepadaku untuk melanjutkan hafalan Qur’an sebagai bekal mendapatkan beasiswa kuliah. Namun begitu, tidak langsung aku putuskan untuk mengambil kesempatan itu karena masih ingin fokus dalam menyelesaikan hafalan Qur’an tanpa dibarengi dengan kuliah. Setelah melewati pergolakan yang cukup panjang, akhirnya aku memutuskan untuk mengambil kesempatan itu.

“Bismillaahi tawakkaltu ‘alallaah”, itulah doa yang terucap kala itu. Aku meminta restu Pak Kyai, Bu Nyai dan kawan-kawan seperjuangan di pondok serta tak lupa restu yang paling utama dari Ibu dan juga kakak-kakakku. Berangkatlah aku dengan restu yang telah ku dapat serta niatan yang sungguh-sungguh untuk menghafalkan Al Qur’an serta langah perjuangan mewujudkan cita-citaku. Aku tinggalkan semua kenangan yang telah ku lalui kurang lebih 4 tahun selama di pondok. Dengan berat hati aku meninggalkan pondok tercintaku untuk menjalankan amanah Kyai yang sangat ku ta’dhimi.

Sampailah aku di Ibukota Jakarta, kota dimana yang dari kecil sangat ingin aku kunjungi. Kota yang dalam benakku kala itu adalah sebuah kota dengan keindahan gedung pencakar langitnya, kota yang menjadi pusat kegiatan kepemerintahan serta kotanya para artis. Namun setelah beranjak dewasa, pemikiran-pemikiran itu muncul kembali. Dan tak disangka, keinginan itu benar-benar terwujud. Aku sekarang berada di Kota Jakarta.

Modal ku hanyalah sebuah niat serta keberanian, karena memang aku tak punya sanak saudara satupun di sini. Ku beranikan bertanya selama mencari alamat yang ingin aku tuju. Ya, tempat yang menjadi tujuanku adalah Gedung Fatwa Center, jalan Johar Baru, Jakarta Pusat. Sempat beberapa kali tanya ke warga sekitar dan akhirnya sampailah pada alamat yang hendak ku tuju. Di situ aku disambut oleh kakak-kakak senior dan dengan sangat ramah menyapaku serta mengantarkan ku ke kamar istirahat. Ku kira aku saja orang terjauh yang ingin daftar di kampus tersebut, ternyata dugaanku salah. Banyak pelajar yang berasal dari luar kota juga bahkan dari luar pulau pun juga ada. Mulailah aku berkenalan dengan mereka serta bertukar cerita agar semakin menambah wawasan serta saling tukar pengalaman. 

Gedung Fatwa Center atau biasa juga disebut Gedung Putra Fatahillah menaungi dua asrama pelajar, asrama putra dan asrama putri juga terdapat satu gedung kampus STEBANK.  Tibalah saatnya aku mengikuti tes seleksi masuk kampus, mulai dari tes hafalan qur’an tes kepemimpinan, tes kesehatan serta beberapa tes lainnya. Setelah melalui beberapa tes tersebut akhirnya sampailah saat yang sangat mendebarkan, yakni pengumuman kelulusan tes seleksi. Dengan rasa syukur serta rasa terimakasih yang teramat dalam kepada Allah serta kepada orang” yang andil dalam memberi dukungan serta doa kepada ku, akhirnya aku lulus tes seleksi.

Singkat cerita  aku diterima di kampus STEBANK dengan beasiswa full, namun dengan syarat harus menghatamkan Quran selama 10 bulan. Awalnya memang lumayan mudah, karena memang sebelumnya sudah ada basic menghafal. Akan tetapi ketika sudah dibarengi dengan kuliah, rasanya tidak semudah yang dibayangkan. Harus rela membagi waktu antara menghafal dengan kuliah. Namun dengan niat yang kuat serta teman-teman yang saling mendukung akhirnya bisa menyelesaikan hafalan dalam waktu yang sudah di tentukan.

Waktu demi waktu telah berlalu, roda kehidupan pun berjalan dengan kehendak Sang Maha Esa. Dengan kuasa-Nya juga segala hal yang terjadi pun telah tertuliskan dalam catatan takdir. Tepat pada Hari Kamis, 17 Desember 2017 pendiri Yayasan Putra Fatahillah yakni Ayahanda A.M Fatwa telah kembali ke rahmatullah. Nah semenjak itulah nasib ku dan kawan-kawan yang tinggal di asrama serta kampus jadi tidak terkendali. Ada konflik internal antara pihak kampus dengan keluarga almarhum. Setelah terjadinya konflik tersebut akhirnya pihak kampus dan asrama Darul Quran Fatahillah pindah tempat sehingga kepemimpinan serta kepengurusannya dialihkan ke Yayasan Asrama Pelajar Islam (YAPI) Rawamangun.

Setelah melalui proses yang cukup panjang dan dengan dibarengi doa-doa yang selalu kami panjatkan demi keberlangsungan kampus STEBANK, Allah izinkan kami untuk bergabung dengan YAPI. Yayasan yang didirikan atas dasar untuk memudahkan para pelajar dari berbagai pelosok negeri untuk melanjutkan studinya namun tidak memiliki tempat tinggal. YAPI menaungi 4 asrama, yakni 3 asrama laki-laki dan satu asrama perempuan. Adapun nama-namanya ada Asrama Sunan Giri (ASG) di  Rawamangum, Asrama Sunan Gunung Jati (ASGJ) di Pondok Jati, Asrama Wali Songo (AWS) di Depok serta Asrama Putri yang baru bergabung dengan YAPI di tahun 2019.

Aku sangat bersyukur bisa masuk dan menjadi bagian YAPI karena sebelumya aku pernah memilki keinginan bisa mencontoh para pendahulu yapi serta melanjutkan estafet pengkaderan guna menjadi kader-kader yang berintelektual serta siap berdakwah demi memajukan generasi muda penerus bangsa. YAPI tidak hanya membantu para pelajar dalam menyediakan tempat tinggal saja akan tetapi juga memberikan fasilitan-fasilitas yang sangat baik serta memberikan beasiswa bagi mereka yang unggul dalam hal akademik.

Ada 4 nilai kompetensi yang harus ada pada setiap warga asrama yakni unggul dalam bidang keislaman, akademik, kepemimpinan serta bermental kewirausahaan. Adapun dari ke-4 kompetensi dasar tadi dikembangkan melalui kegiatan setoran hafalan al quran dan hadits, kajian pekanan Hari Ahad, kajian nahwu-shorof, pelatihan bahasa inggris, pelatihan public speaking, pelatihan kepenulisan, seni bela diri serta senam bersama. Tujuan dari ke-4 aspek tadi adalah agar bisa melahirkan kader yang berdedikasi tinggi untuk negaranya yang berlandaskan syariat Islam, memililki kecakapan dalam keilmuannya serta bermental kaya. Karena di zaman sekarang ini ilmu yang mumpuni saja tidak cukup, namun juga harus punya kontribusi modal yang banyak untuk bisa menggerakkan sebagian masyarakat.

Dengan banyaknya fasilitas serta biaya yang tidak sedikit itulah dalam hati kecilku ini punya harapan semoga apa yang sudah YAPI berikan kepada ku serta kepada para kader-kader lainnya bisa melahirkan seseorang yang memang akan berkontribusi besar dalam membangun peradaban yang lebih baik lagi serta mampu menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang siap mengemban amanah dan bertanggung jawab penuh dalam setiap  yang dipimpinnya.

Terimakasih YAPI ....

Selamat MILAD YAPI....

 

 

 

TENTANG PENULIS

 

Siti Nurul Hidayati biasa dipanggil Mbak Ida, merupakan salah satu mahasiswi STEBANK dan juga warga asrama putri YAPI. Putri dari H. Abdul Malik (Alm.) dan Ibu Siti Muayadah, anak ke-4 dari 5 bersaudara. Berasal dari Kediri–Jawa Timur. Sebelum merantau ke Jakarta dia sempat tinggal dan menimba ilmu di Pondok Tauhidil Muchlisin, Palembang.

Menulis sebenarnya bukan dari hobinya, karena memang lebih suka untuk membaca karena dirasa menulis adalah suatu hal yang sulit. Namun setelah menyelesaikan karya Berawal Dari Amanah Menuju Mimpi Penuh Berkah, muncul keinginan untuk menghasilkan karya tulis lagi.

Dan siapa tahu nanti tulisan-tulisan yang hanya sebagai teman mengisi keluangan bisa dipinang oleh penerbit-penerbit ternama dan bahkan bisa bersaing di dunia kepenulisan. Semoga langkah awal ini bisa berjalan dengan istiqomah untuk melahirkan karya-karya yang lebih gemilang serta memberi manfaat bagi para pembacanya.

 

 

 

 

Anak Indaramayu Kuliah di Jakarta Tinggal  di Asrama YAPI

Oleh  : Renaldi Martin

 

    Hallo, perkenalkan saya Renaldi Martin, akrab dipanggil Aldi pada saat SD, Rey pada saat SMP, dan Martin mulai SMK sampai sekarang. Saya berasal dari tanah kelahiran Indramayu, lebih lengkapnya Blok Impeng, Desa Rancamulya, Kecamatan Gabuswetan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.  Saya merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara, bisa dibilang anak bungsu atau anak terakhir dari orangtua yang berlatarbelakang sebagai petani padi di sawah Indramayu. saya merupakan anak laki-laki satu-satunya dari 3 bersaudara, dan rentang usia dengan kedua kakak saya 15 tahun dan 20 tahun. bisa dibilang jauh sekali, karena dari situ saya berasumsi bahwa Tuhan menitipkan anak laki-laki penutup kepada kedua orangtua saya. Oleh karena itu saya berusaha kerasa agar bisa menjadi harapan dan kebanggaan bagi orangtua dan keluarga. 

    Seorang anak laki-laki yang terlahir dari seorang petani yang mempunyai banyak mimpi dalam kehidupan. Walaupun kedua orangtua saya hanya tamatan Sekolah Dasar, bahkan dari bapak tidak sampai tamat Sekolah Dasar, namun saya harus lebih baik dari kedua orangtua saya dari segi latarbelakang pendidikan. Terbukti saat ini saya berhasil meraih beasiswa penuh di Universitas Gunadarma pada S1 Manajemen Pemasaran, berkat Tuhan, dan dukungan orangtua juga orang-orang sekitar saya yang selalu menjadi penyemangat dalam menggapai impian. 

    Di kemudian hari, saya masuk perkuliahan saya mendaftar di salah satu Asrama YAPI yang berada di wilayah Jakarta Selatan yaitu Asrama Mahasiswa Islam Wali Songo yang akrab dengan sebutan AWS. Bulan Juli 2019 saya masuk AWS, saya menemukan teman-teman dari berbagai daerah, berbagai suku, dan bahasa yang berbeda. di AWS juga saya dibekali banyak ilmu mulai dari keagamaan, akademik, enterpreneur, dan belajar mempunyai jiwa seorang leadership. Saya sangat bersyukur karena mendapatkan tempat tinggal yang mampu mengkader dari segi karakter, sehingga saya merasakan banyak sekali perubahan dari masa-masa pendewasaan. 

    Banyak sekali ilmu yang didapat selama tinggal di AWS, untuk itu kedepannya dikemudian hari datang waktu saat saya harus menjadi bagian dari alumni, saya ingin sekali memberi peran, pesan, dan pembelajaran untuk generasi-generasi selanjutnya, sehingga generasi penerus bisa lebih baik, dan sukses dalam menggapai segala impian.

    Terimakasih, semoga tulisan dari curahan ini bisa bermanfaat bagi yang membaca.

 

 

 

 

Biografi  Penulis

 

Nama Lengkap : Renaldi Martin

TTL                      : Indramayu, 12 Maret 2001

Alamat : Blok Impeng Rt/Rw 04/02 Desa Rancamulya, Kec. Gabuswetan,

Indramayu

Cita – cita           : Enterpreneur, Memiliki usaha Properti

Hobi                     : Olahraga Sepakbola

Moto hidup        : “Hidup semuanya butuh proses, bahkan mie instan yang instan 

saja

    butuh proses untuk dinikmatinya.”

Email                   : renaldimartin231@gmail.com

Hp/ Wa               : 081563853306

 

 

 

 

 

 

Asrama YAPI dan Manfaat Yang Kurasa

 

Oleh Ruhidin

 

 

            Saya merantau di Jakarta sejak tahun 2014, saat itu saya masih menduduki bangku Sekolah Menengah Atas. Memutuskan menjadi Anak Rantau bukanlah pilihan yang mudah untuk saya jalani. Terlebih lagi keluarga saya merupakan keluarga kecil dengan anggota yang sangat sedikit yaitu terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak. Saya merupakan anak kedua, sedangkan kakak saya sudah menikah dan juga sudah merantau sejak saya masih menduduki Sekolah Dasar. Alasan ini membuat saya semakin sulit untuk meninggalkan kedua orang tua saya di rumah, akan tetapi atas dasar pendidikan maka saya harus tetap merantau dengan izin dari orang tua saya.

               Saat awal merantau banyak sekali kendala-kendala yang saya hadapi. Terlebih lagi karakter saya yang pendiam, membuat saya sulit untuk beradaptasi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, hal ini terjadi karena saya tidak terbiasa berbicara menggunakan Bahasa Indonesia sebab saya selalu menggunakan bahasa daerah dan ini merupakan pengalaman pertama saya menjadi perantau. Banyak sekali menemukan hal-hal baru yang membuat saya cukup terkejut saat awal merantau ke Jakarta, seperti cara pendang masyarakatnya, cara bergaul, atau bahkan sikap individualismenya masyarakat perkotaan. Seiring berjalannya waktu akhirnya saya mulai dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Saya sudah mampu bergaul dan menerima perbedaaan dengan lingkungn sekitar. Serta mulai menemukan rasa nyaman di lingkungan baru tersebut.

            Selama sekolah saya berusaha untuk belajar semaksimal mungkin. Sekitar kelas 12 saya mengikuti seleksi untuk mendapatkan bimbel gratis dari mahasiswa Universitas Indonesia. Setelah melalui beberapa tahap seleksi(Tes Harian-Tes Tulis-Wawancara) akhirnya saya menjadi salah satu peserta yang dinyatakan lulus dan mendapatkan pembelajaran gratis selama 9 bulan di Universitas Indonesia. Banyak sekali yang saya dapatkan selama di Bimbel ini mulai dari teman baru, motivasi-motivasi, belajar untuk bersikap optimis, serta materi-materi yang sangat luar biasa dan berguna untuk mengikuti seleksi masuk pergurun tinggi dan untuk menghadapi ujian nasional SMA.

               Singkat cerita, 2017 merupakan tahun ketiga saya di perantauan, hal ini menandakan bahwa masa pendidikan menengah atas saya telah berakhir. Walaupun dahulu saat pertama merantau tidak ada terbesit sedikitpun dalam pikiran saya untuk melanjutkan pendidikan lagi setelah lulus SMA, rencananya setelah lulus SMA saya akan langsung pulang ke daerah asal saya (Bengkulu).

Akan tetapi tuhan memberikan nikmat lebih, saya dinyatakan diterima di salah satu perguruan tinggi yaitu Universitas Negeri Jakarta. Hal ini merupakan salah satu kado terindah yang saya terima, tetapi memberikan dilema juga bagi saya karena saya juga sangat ingin kembali ke kampung halaman menjaga kedua orang tua saya. Akhirnya dengan ridho dari kedua orang tua, saya memilih untuk berkuliah dan menangguhkan rasa ingin bertemu dengan ayah dan ibu saya.

           Setelah kuliah hal pertama yang menjadi kendala saya adalah biaya dan tempat tinggal. Bahkan saya sempat berpikir untuk berhenti karena ekonomi yang tidak memungkinkan, tetapi saya bahwa kuliah merupakan salah satu kesempatan yang diberikan tuhan untuk saya dan kesempatan ini hanya dating satu kali, dengan bermodalkan nekad akhirnya saya tetap melanjutkan kuliah. Berjalan satu bulan kuliah saya mendapatkan informasi dari senior saya tentang asrama YAPI, tanpa berpikir panjang saya langsung mendaftar di Asrama Sunan Gunung Jati YAPI. Setelah diterima di Asrama Sunan Gunung Jati bersamaan dengan ini saja juga mendapatkan kesempatan untuk mendaftar Beasiswa Bidikmisi dan saya diterima juga, dengan ini permasalahan kuliah saya sudah berkurang tinggal fokus menjalankan.

               Menjadi warga Asrama Sunan Gunung Jati menjadi tantangan yang cukup berat bagi saya. Awal masuk asrama saya merasakan ketidaknyamanan karena kondisi kebersihan asrama yang sangat memprihatinkan dan senioritas yang cukup tinggi sehingga membuat saya merasa tertindas sebagai warga baru. Seolah-olah segala hal yang berhubungan dengan asrama harus dikerjakan oleh warga baru. Bahkan terkadang kepentingan pribadi seniorpun turut menjadi tanggungjawab warga baru. Sebagai warga baru saya hanya bisa mengikuti tanpa perlawanan sedikitpun, tetapi di dalam hati saya jika suatu saat nanti saya diberikan kesempatan berada di posisi pengurus atau senior saya bertekad akan merubah sistem ini. Pembelajaran yang saya ambil dari senior saya adalah belajar tentang pentingnya pengaderan dan bersikap tegas dalam segala hal.

             Pada tahun 2018 saya menjadi Madataris Syiar Ramadhan di Asrama Sunan Gunung Jati. Mandataris ini merupakan salah satu tahap akhir bagi warga asrama untuk menaikan status dari warga percobaan menjadi warga tetap. Proses ini cukup sakral di asrama, saya berusaha untuk semaksimal mungkin demi berjalannya kegiatan ini. Alhamdulillah, kegiatan ini ternyata dapat berjalan dengan lancar dan meriah. Sehingga pada saat melakukan laporan pertanggungjawaban saya diterima dan dengan ini status saya resmi menjadi Warga Tetap.

                Tahun 2019 karena status saya sudah menjadi warga tetap maka saya berhak untuk dipilih sebagai pengurus asrama. Tahun ini saya diberikan amanah menjadi bendahara asrama.

Meskipun saya telah berusaha semaksimal mungkin dalam menjalakan amanah, tetapi saya tetap merasa banyak sekali kekurangan yang saya lakukan. Amanah ini memberikan saya banyak sekali pembelajaran yaitu belajar untuk berprilaku jujur, belajar bertanggungjawab, dan belajar untuk mengatur dan mencatat keuangan dengan baik.

               Pada tahun 2020 saya diberikan amanah menjadi sekretaris asrama. Saya tahu ini cukup berat karena sekretaris merupakan otaknya ketua asrama, tetapi semuanya dapat saya lalui dengan cukup baik. Semua tugas-tugas saya sebagai sekretaris selalu saya berikan dengan tepat waktu dan saya pun selalu bersedia jikalau harus menutupi kekurangan dari pengurus yang lainnya. Kesempatan ini memberikan saya pemahaman lebih tentang fungsi-fungsi pengurus, mengurus surat-menyurat, dan bagaimana membentuk internal dan sistem asrama yang baik serta mengutamakan kebersamaan,

               Tahun 2021 merupakan tahun yang memberikan pengalaman yang sangat luar biasa dalam hidup saya. Saya merupakan orang yang sangat tidak ingin tampil di depan. Ketika disuruh untuk mencalonkan diri sebagai ketua asrama saya selalu menolaknya karena tidak percaya dengan kemampuan saya dalam memimpin, saya merasa bahwa saya tidak memiliki karakter sebagai seorang pemimpin. Akan tetapi di tahun ini saya terpilih menjadi Ketua Asrama Sunan Gunung Jati periode 2021. Diberikan amanah sebagai ketua asrama membuat saya harus membuang pikiran negatif tentang diri sendiri sebab ini adalah hal yang harus saya pertanggungjawabakan dan jalani dengan serius. Dalam menjalankan kepengurusan tahun 2021 saya memiliki tujuan yang jelas yaitu pertama saya akan memperbaiki internal dan mencoba untuk menghidupkan kembali kegiatan eksternal asrama.

               Perubahan yang saya lakukan di internal asrama pertama berupa kajian rutin harian seperti diskusi tentang sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Kedua saya kembali menertibkan warga asrama tentang perizinan ketika meninggalkan asrama. Ketiga saya selalu memberikan evaluasi setiap bulannya baik itu untuk pengurus maupun warga asrama agar kami dapat mengukur kembali rasa kepemilikan asrama dari masing-masing warga.  Keempat saya sangat mengutamakan kebersihan lingkungan asrama dengan berbagai usaha seperti dilarang memakai alas kaki di ruangan-ruangan tertentu, dilarang meninggalkan peralatan pribadi selain di kamar masing-masing, dan melakukan kerjabakti minimal sebualan sekali.

Terakhir saya juga sangat menginginkan asrama sunan gunung jati diisi full oleh mahasiswa daerah, hal ini dapat terwujud dengan melakukan dua kali open recruitment. Sedangkan di eksternal saya berusaha tetap mempertahankan hubungan warga asrama dengan masyarakat sekitar melalui kegiatan seperti syiar ramadhan dan santunan anak yatim, Selain itu kami juga menjalin kerjasama dengan pihak RT dan RW setempat, dan kegiatan lainnya.

               Selama menjadi ketua asrama saya selalu berusaha menjalakan amanah ini dengan semaksimal dan semampu saya. Bahkan saya pernah berkata di depan seluruh warga kalian boleh membenci karakter saya sebagai ketua asrama tetapi kalian juga harus tahu bahwa saya juga sama seperti kalian seseorang yang sedang berjuang untuk melanjutkan pendidikan demi menggapai cita-cita. Saya juga sangat terbuka bagi warga yang ingin menyampaikan saran dan kritik terhadap saya selama menjalani masa kepengurusan, Sehingga banyak sekali pengalaman di tahun ini. Saya juga merasa puas dengan apa yang saya lakukan di periode ini sebab perubahan yang saya inginkan di asrama sudah terwujud.

               Awal tahun 2022 merupakan moment yang sangat berat bagi saya. Pada tanggal 20 Februari 2022 saya mendapatkan kabar duka dari kampung halaman bahwa ibu saya meninggal dunia. Disini perasaan saya benar-benar hancur, niat saya ingin membahagiakan kedua orang tua telah pupus. Ibu saya lebih dulu meninggalakan saya sebelum saya menyelesaikan perkuliahan. Ini adalah moment sedih dan penyesalan yang tidak akan pernah saya lupakan selamanya. Terkadang saya juga merasa bersalah telah meninggalkan kedua orang tua saya di kampung halaman selama bertahun-tahun. Tetapi sekarang saya sudah berusaha untuk mengikhlaskan semuanya dan saya akan berusaha menjadi anak yang lebih baik lagi, lebih mengutamakan keluarga.

               Selanjutnya saya akan focus pada tujuan saya setelah menyelesaikan kuliah dan masa di asrama YAPI yaitu ingin membahagiakan orang tua dan menikmati waktu bersama dengan keluarga. Selain itu juga saya ingin menjadi orang yang dapat memberikan manfaat bagi orang lainnya yaitu dengan menjadi guru yang menginspirasi para siswa.

 

 

 

 

Tentang Penulis

 

Ruhidin lahir di Mandi Angin, Bengkulu Selatan, pada tanggagal 23 oktober 1998, anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Kuni dan Jusma. Menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 108 Bengkulu Selatan, Pendidikan menengah di SMPN 28 Bengkulu Selatan, Menyelesaikan sekolah menegah atas di Sekolah Master Depok. Saat Ini sedangan melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial, Jurusan Pendidikan Sosiologi.

           Pengalaman Organisasi Anggota BEMP Pendidikan Sosiologi UNJ, Devisi Sosial Politik sejak tahun 2018-2019. Anggota HMI MPO Cabang Jakarta. Pengurus ASGJ 2019-2021, 2019 Bendahara, 2020 Sekretaris, 2021 Ketua Asrama Sunan Gunung Jati.


                                                                           

 

Awal Masuk Asrama YAPI

                                                                            Oleh : Sinta Nopitasari           

 

Pertama kali saya masuk Asrama YAPI  berawal ketika saya menjadi mahasiswa STEBANK, kampus ini adalah kampus yang berbeda dengan kampus-kampus pada umumnya. Kampus STEBANK adalah sekolah tinggi ekonomi perbankan yang mengajarkan ilmu-ilmu perbankan berbasis syariah dan mengajarkan agar para mahasiswanya untuk bisa berwirausaha, itulah mengapa STEBANK berbeda dengan kampus lain. kampus ini memiliki dua program yaitu program mahasiswa regular dan program mahasiswa beasiswa. Untuk mahasiswa yang mengambil program beasiswa, mewajibkan para mahasiswanya untuk tinggal di asrama Fatahillah dan menghafalkan Al-Qur’an.

Pada saat itu kegiatan kampus dan juga asrama berjalan dengan lancar tanpa kendala. Seperti biasa pada pagi hari hingga sore hari saya berada di kampus, setelah itu saya menjalankan aktitivitas yang menjadi kewajiban saya sebagai warga asrama yaitu menghafalkan Al-Qur’an menggunakan metode utawi iku. Utawi iku ini adalah metode menghafalkan Al-Qur’an dengan artinya memakai ilmu nahwu & sharaf. Tidak hanya itu di asrama juga ada kegiatan muhadhoroh, pelatihan hadroh, pelatihan bahasa Inggris, Arab dan sebagainya.

               Singkat cerita ada kejadian yang tak terlupakan oleh saya dan teman-teman yaitu terjadinya perselisihan tanah wakaf yang membuat saya dan teman-teman tidak nyaman lagi menetap di asrama tersebut, setelah kejadian tersebut ada berita yang lebih tidak mengenakan yang terdengar oleh saya dan teman-teman asrama, saya tidak tahu berita itu benar atau tidak bahwa kampus STEBANK akan ditutup. Pada saat itu saya dan teman-teman satu angakatan sangat putus asa dan memutuskan untuk mencari kampus yang baru agar kami bisa melanjutkan perkuliahan.

Pada saat itu saya hanya berfikir “memilih kuliah tanpa asrama atau memilih melanjutkan hafalan Al-Qur’an dan berasrama tetapi tanpa kuliah” sempat saya dan teman-teman daftar di pondok pesantren khusus untuk menghafalkan Al-Qur’an, karena pada saat itu belum ada kejelasan dari kampus STEBANK. Seiring berjalannya waktu teman-teman saya satu persatu keluar dari STEBANK dan asrama. Satu per satu musibah datang kemudian terjadilah kebakaran asrama yang membuat saya dan teman-teman semakin bersedih.

               Singkat cerita setelah musibah-musibah berlalu akhirnya saya dan teman-teman mendapatkan kabar menggembirakan bahwa STEBANK dan asrama akan berada dibawah naungan Yapi serta lokasi kampus dan asrama akan dipindahkan disitulah saya dan teman-teman kembali bersemangat untuk melanjutkan perkuliahan dan asrama.

 

 

 Tentang Penulis

 

Nama lengkap penulis Sinta Nopitasari biasa dipanggil Cici, dilahirkan di Subang pada tanggal 12 Oktober 2000, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ajum dan Isah. Penulis tinggal di Subang, Provinsi Jawa Barat. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Panghegar pada tahun 2012 dan kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di MTS Yafata dan menyelesaikan  pada tahun 2015 dan pada tahun 2015 melanjutkan Sekolah Menengah Atas di MA Yafata dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2018. Penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Ekonomi Perbankan Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Program Studi Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Perbankan Syariah.

 

 

 

 

 

Jejak langkahku di Asrama YAPI dan Mimpiku

Oleh : Siti Nurhalimah Tussa’diyah

 

Ada sebuah pepatah yang mengatakan "utlubul ilma minal Mahdi Ilal lahdi" yaitu tuntutlah ilmu sejak dalam buaian sampai liang lahat. yang merupakan acuan tersendiri bagi saya pribadi untuk selalu menuntut ilmu kapanpun dan di manapun saya berada. Termotivasi dari sebuah hadist nabi pula yang berbunyi "uthlubul 'ilma walau bishiin" yang berarti tuntutlah ilmu hingga ke negri cina. Negri cina disini mempunyai makna tersendiri yaitu anjuran untuk menuntut ilmu walaupun harus menyeberangi gunung dan pulau yang kala itu memang aksesnya sulit ditempuh tetapi harus tetap dihadapi kurang lebih seperti itu. Dari kedua ungkapan tersebut yang telah memotivasi saya untuk melanjutkan study saya minimal hingga bergelar S2. sampai akhirnya pasca UN (ujian nasional) saya mulai mengajukan diri dengan mendaftarkan diri di beberapa perguruan tinggi baik dari jalur seleksi bersama hingga jalur mandiri. Qodarullah saya tidak diterima dikampus manapun karena ada beberapa kendala dan kekeliruan data sampai akhirnya saya hampir patah semangat.

Kala itu saya merasa terpuruk dengan keadaan. Keadaan yang menuntut agar saya mampu walau sebenarnya tak mampu. Keadaan yang memaksa kuat walaupun sebenarnya rapuh. Hingga saya pasrah dengan ketentuan Allah dan saya diarahkan ke STEBANK. iya STEBank (sekolah Tinggi Ekonomi perbankan islam) yang merupakan salah satu kampus yang ada di Jakarta. Nama yang asing dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya saya akan berkuliah di kampus tersebut.

Dengan bermodalkan niat dan juga tawakal saya memberanikan diri mendaftar dan mulai ber-asrama di asrama DQF (Darrul Qur’an Fatahillah) sambil menghafal Al-Qur'an. Awalnya saya keberatan dengan hafalan Al-Qur'an, karena sebelumnya basic saya dipesantren adalah di kitab-kitab (seperti kitab kuning dsb) bukan di Al Qur'an. Tetapi hari demi hari minggu demi minggu hingga bulan demi bulan dilalui tak terasa saya sudah menginjak bangku kuliah di tahun kedua yaitu semester 4. Banyak sekali kejadian, bahkan pengalaman dari yang terpahit hingga yang termanis yang telah saya lalui disini.

Pada suatu pagi saat kami terbangun dari tidur lelap kami yang dibarengi dengan beberapa teriakan dan juga kepanikan semua itu disebabkan oleh si jago merah. Ya ternyata terjadilah kebakaran di komplek perumahan sebelah gedung asrama DQF (Darrul Qur'an Fatahillah) yang menyebabkan kerusakan yang nominalnya lumayan jika ditotalkan. Dari kebakaran tersebut gedung asrama DQF juga terkena imbasnya dari kamar-kamar asrama putri DQF mushola dan juga ruang serbaguna semua nya habis termakan oleh si jago merah. Entah bagaimana awalnya, hingga akhirnya asrama putri DQF dipindahkan ke gedung asrama putra DQF dan anehnya asrama putra DQF malah dibubarkan. Hingga mulailah terdengar bahwa terjadilah konflik perebutan hak waris yang sebelumnya telah diwakafkan (setahu saya). Awalnya saya kurang peduli karena dirasa tidak mau ikut campur urusan orang dewasa. Hingga akhirnya kenyataan bahwa tanah yang diperebutkan tersebut adalah asrama DQF yang kami tempati sebelumnya akhirnya dari kamipun sempat melakukan perlawanan dengan memberikan petisi dan melakukan mediasi dengan pihak terkait. Tetapi tidak banyak membuahkan hasil. Akhirnya dengan segala upaya dan do'a yang telah diusahakan asrama putri DQF berhasil lepas dari yayasan putra Fatahillah dan berafiliasi dengan Asrama-Asrama YAPI.

Setelah mulai menjadi asrama putri YAPI banyak hal-hal baru yang saya dapatkan. Mulai dari lingkungan baru dengan berbagai keunikannya kemudian banyak kenal dengan tokoh-tokoh masyarakat dan orang-orang hebat serta orang-orang baru dengan berbagai kepribadian yang beragam. Dari sini saya jadi lebih banyak belajar bahwa “belajar tidak harus dengan adanya guru”. Bahkan dengan kita mendengar kan, membaca, mengamati, menelaah dan bertabayyun  mulai dari lingkungan dan orang-orang di sekitar kita, kita bisa mendapatkan banyak sekali pelajaran dan pengalaman hidup yang belum tentu orang lain bisa merasakan nya. Hal ini juga yang banyak saya syukuri dalam hidup saya. Bermodalkan tekad kuat untuk senantiasa belajar akhirnya saya bisa bertahan di Asrama putri YAPI hingga sekarang.

Harapan saya untuk sekarang yaitu dapat lulus dengan IPK (indeks Prestasi Kumulatif) dan pencapaian yang saya impikan, bisa menjaga hafalan dengan selalu memurojaah (mengulang) hafalan yang sudah didapatkan, juga besar harapan saya agar lekas kerja dan dapat membantu perekonomian keluarga. Untuk asrama putri YAPI terimakasih untuk pengalaman, pelajaran hidup baik suka maupun duka sudah kita lalui bersama. Kedepannya saya harapkan asrama putri bisa lebih kompak lagi, lebih saling mengerti dan memahami satu sama lain. Untuk yang senior agar dapat mengayomi juniornya untuk yang junior agar lebih menghargai seniornya. Karena kita hidup pasti memerlukan adanya feedback (balasan). Balasan disini dalam segi positif tentunya.

Asrama putri menjadi alternatif yang solutif bagi para mahasiswa yang ingin berkuliah di ibukota, dengan berbagai fasilitas yang memadai dan juga gratis. Hal ini tentunya sangat dibutuhkan asalkan kita dapat mamatuhi peraturan serta konsekuensi yang telah ditentukan.

                          

 

 

                    Biodata Penulis


 

Nama                                  : Siti Nurhalimah Tussa’diyah

Tempat tanggal lahir     : Indramayu 23 februari 2000

No. Handphone               : 089611690658

Status                                 : Mahasiswa

Riwayat pendidikan      : SD N Wanguk 1, MTs N 2 Babakan Ciwaringin, SMA N 7 Cirebon,   dan sedang menempuh jenjang S1 di Sekolah Tinggi Ekonomi Perbankan Islam Mr.sjafruddin Prawira negara.

Moto hidup        : YAKUSA (Yakin Usaha Sampai )

 

 

 

 

 SELALU ADA HIKMAH DI SETIAP PERIISTIWA

Oleh : Wahyu Khoirun Nisa

 

Untuk bisa kuliah di Jakarta hingga masuk ke asrama YAPI saya mengalami rangkaian kisah yang cukup panjang. Diawali tidak lulusnya saya ketika mendaftar di salah satu Perguruaan Tinggi di Semarang melalui jalur SNMPTN dan SMBTN. Ketika saya mencoba daftar tes mandiri dengan mengambil bidik misi karena saya tidak teliti jadi salah mengambil tes mandiri dengan reguler. Mengingat UKT di jurusan yang saya ambil cukup tinggi akhirnya saya memutuskan tidak melanjutkan tes mandiri tersebut. Kakak saya menyarankan kalau tidak mau kerja setelah lulus dari Madrasal Aliyah  masuk ke pesantren saja untuk menghafalkan Al-Qur'an.

Tetapi saya tetap ingin bisa kuliah. Akhirnya saya menemui guru saya dan guru saya mendapatkan informasi dari seniornya bahwa ada perguruaan tinggi swasta di Jakarta yang ada beasiswa pendidikan dengan syarat mau menghafalkan  Al-Qur'an. Setelah berdiskusi dengan keluarga akhirnya saya diperbolehkan untuk kuliah di Jakarta. Dan akhirnya pada tanggal 10 Agustus 2018 saya ditemani guru saya berangkat ke Jakarta. Singkat cerita akupun mulai berkuliah di STEBANK Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara Jakarta dan bertempat tinggal di Asrama Darul Qur'an Fatahillah. Ada beberapa kegiatan yang ada di Asrama selain kuliah dan mengahafal Al-Qu'an yaitu kajian tafsir Qur'an, kajian nahwu shorof, muhadaroh, pelatihan menulis artikel dan lain-lain. Semuanya berjalan dengan baik, dan saya bisa mengatur waktu antara kegiatan perkuliahan dengan asrama. Beberapa bulan setelah tinggal di asrama muncul beberapa masalah mulai dari keluarga saya yang tidak bisa mengirim uang saku karena ayah saya sakit dan tidak bisa bekerja lagi, persengketaan antara anak pemilik Yayasan Fatahillah dengan pengelola gedung asrama putri yang terbakar dan masalah lainnya.  

Untuk masalah uang saku waktu itu saya masih bisa atasi dengan mengikuti seminar yang ada uang sakunya dan ikut khataman bersama kakak kelas meski  masih belum tahu nanti ke depannya gimana. Yang membuat saya bimbang apakah saya harus bertahan atau meninggalkan asrama lalu pulang kampung ketika satu persatu teman saya mulai meninggalkan asrama dan memilih untuk daftar ke kampus lain karena merasa STEBANK Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara dan asrama tidak ada harapan. Berpikir bahwa keduanya akan di bubarkan di pertengahan jalan akibat adanya persengketaan tersebut.. 

Sampai akhirnya pada satu pekan sebelum hari raya idul fitri saya pulang kampung. Setelah pulang kampung, saya bimbang mau balik lagi ke Jakarta untuk kuliah dan melanjutkan hafalan Qur'an atau tidak. Sore itu saya termenung saya sudah melangkah sejauh ini untuk bisa kuliah apakah saya akan menyerah begitu aja, belum tentu jika saya mendaftar lagi kuliah di kampus lain akan keterima dan belum tentu juga saya bisa kuliah sambil menghafal Al-Qur'an. Belum lama saya termenung saya mendapat telpon dari kakak kelas, saya diminta untuk menggantikan dia mengajar di tempat les yang dia ajar karena dia sudah lulus kuliah dan dia mau cari kerjaan lain. Setelah mendapat telpon itu saya berpikir mungkin saya harus tetap melanjutkan kuliah di Jakarta dan jika satu masalah ada jalan keluarnya pasti masalah lain ada jalan keluarnya. Dan akhirnya saya pun memutuskan untuk berangkat lagi ke Jakarta.

Singkat cerita STEBANK Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara dan asrama pindah alih Yayasan.  Awalnya di bawah Yayasan Fatahillah yang berada di Jakarta Pusat sekarang di bawah Yayasan Pelajar Islam (YAPI) yang berada di Jakarta Timur. Letak kampus dan asrama pun berpindah satu persatu ke Jakarta Timur. Perpindahan kampus dan asrama ini seolah membawa harapan baru dan itu menjadi awal saya dan teman-teman yang masih bertahan masuk asrama YAPI yang sebelumnya  sudah ada 3 asrama lainnya yaitu Sunan Gunung  Jati, Sunan Giri, Wali Songo dan yang aku tinggali yaitu Asrama Putri.

Saat pertama masuk asrama putri YAPI yang awalnya di asrama putri sebelumnya sistemnya pesantren sistemnya berubah menjadi sistem pengkaderan meskipun sistem pesantrennya tidak dihilangkan sepenuhnya. Awalnya agak kaget sih tapi seiring berjalannya waktu akhirnya bisa mengikuti. Setengah tahun setelah asrama putri dinaungi YAPI, saya dan teman-teman seangkatan menjadi pengurus harian asrama putri, dan kami saat itu masih bingung menjalankan kepengurusan karena ketika di YAPI ini semua sistemnya tertata rapi terutama dalam hal persuratan dan kami tidak ada dapat contoh sebelumnya. Sampai akhirnya saya dan teman-taman mencari contoh dari 3 asrama YAPI yang sudah ada sebelumnya. Setelah satu tahun masa kepengurusan tahun berikutnya saya dan teman-teman pun menjadi pengurus harian asrama lagi walau beda ketua, agar sistem kepengurusan asrama lebih tertata dan bisa mengikuti standar YAPI. Saya dan teman-teman pun banyak belajar dari 3 asrama YAPI lainnya. 

Saat ini memasuki tahun keempat saya di Jakarta, tidak terasa waktu berjalan begitu saja hingga tak terasa sudah mau lulus kuliah. Saya sangat bersyukur, waktu itu saya memutuskan tetap bertahan di Jakarta untuk melanjutkan kuliah dan berasrama hingga saya mencapai titik ini. Mungkin jika saat itu saya menyerah saya tidak akan bisa merasakan bagaimana bergabung di asrama YAPI, bisa bertemu dengan tokoh-tokoh YAPI yang hebat, mempelajari banyak hal di YAPI terutama dalam sistem organisasi asrama. Setelah lulus dari kuliah dari asrama saya berharap bisa mengamalkan apa yang sudah saya dapat selama kuliah dan selama di kader di asrama.

Semoga asrama YAPI dapat selalu berkomitmen untuk menjadi tempat tinggal bagi mahasiswa yang berasal dari luar Jakarta untuk dapat  menempuh pendidikan kampus tanpa harus memikirkan biaya kost. Semoga asrama YAPI bisa mencetak kader pemimpim masa depan yang berintegritas. Demikian cerita perjalanan saya, ingat meski banyak ujian dan masalah yang dihadapi tetap semangat, jalani semua prosesnya dan teruslah melangkah jangan menyerah karena kita tidak tahu rahasia apa yang tersimpan suatu saat nanti. Jangan sampai ada kata menyerah bagi orang yang merindukan kesuksesan. Naskah ini adalah Kisah Perjalananku Kuliah di Jakarta Hingga  Masuk Asrama YAPI.

 

 

 

Tentang Penulis

Wahyu Khoirun Nisa,  lahir di Demak pada tanggal 18 Juli 2000, anak ketiga dari 4 bersaudara dari pasangan muhammad Rozikin dan Sri Alifah. Seorang anak nelayan biasa dari pesisir pantai Moro Demak. Perempuan kelahiran dari Demak ini memiliki beberapa nama sapaan diantaranya Yuyun, Wahyu, Nisa, Yuni, Uyun, A’yun. Ia menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di MI Bustanul Huda, Menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di Mts Sunan Barmawi, Menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di MA NU 3 Ittihad Bahari dan sekarang menempuh pendidikan kuliah di Stebank Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara jurusan perbankan syariah angkatan 2018.

Selain berkuliah ia juga menjadi seorang tutor matematika di Kumon Tanah Tinggi dari tahun 2019 sampai awal 2022. Ia juga mengikuti beberapa organisasi yaitu anggota HMI komisariat Stebank periode 2020-2021, BEM Stebank sebagai devisi keilmuan periode 2022-2023 dan pengurus asrama putri sebagai devisi akademik dan keislaman periode 2021-2022.

 

 

 

 

Jejak langkahku di Asrama YAPI dan Mimpiku

Oleh : Siti Nurhalimah Tussa’diyah

 

Ada sebuah pepatah yang mengatakan "utlubul ilma minal Mahdi Ilal lahdi" yaitu tuntutlah ilmu sejak dalam buaian sampai liang lahat. yang merupakan acuan tersendiri bagi saya pribadi untuk selalu menuntut ilmu kapanpun dan di manapun saya berada. Termotivasi dari sebuah hadist nabi pula yang berbunyi "uthlubul 'ilma walau bishiin" yang berarti tuntutlah ilmu hingga ke negri cina. Negri cina disini mempunyai makna tersendiri yaitu anjuran untuk menuntut ilmu walaupun harus menyeberangi gunung dan pulau yang kala itu memang aksesnya sulit ditempuh tetapi harus tetap dihadapi kurang lebih seperti itu. Dari kedua ungkapan tersebut yang telah memotivasi saya untuk melanjutkan study saya minimal hingga bergelar S2. sampai akhirnya pasca UN (ujian nasional) saya mulai mengajukan diri dengan mendaftarkan diri di beberapa perguruan tinggi baik dari jalur seleksi bersama hingga jalur mandiri. Qodarullah saya tidak diterima dikampus manapun karena ada beberapa kendala dan kekeliruan data sampai akhirnya saya hampir patah semangat.

Kala itu saya merasa terpuruk dengan keadaan. Keadaan yang menuntut agar saya mampu walau sebenarnya tak mampu. Keadaan yang memaksa kuat walaupun sebenarnya rapuh. Hingga saya pasrah dengan ketentuan Allah dan saya diarahkan ke STEBANK. iya STEBank (sekolah Tinggi Ekonomi perbankan islam) yang merupakan salah satu kampus yang ada di Jakarta. Nama yang asing dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya saya akan berkuliah di kampus tersebut.

Dengan bermodalkan niat dan juga tawakal saya memberanikan diri mendaftar dan mulai ber-asrama di asrama DQF (Darrul Qur’an Fatahillah) sambil menghafal Al-Qur'an. Awalnya saya keberatan dengan hafalan Al-Qur'an, karena sebelumnya basic saya dipesantren adalah di kitab-kitab (seperti kitab kuning dsb) bukan di Al Qur'an. Tetapi hari demi hari minggu demi minggu hingga bulan demi bulan dilalui tak terasa saya sudah menginjak bangku kuliah di tahun kedua yaitu semester 4. Banyak sekali kejadian, bahkan pengalaman dari yang terpahit hingga yang termanis yang telah saya lalui disini.

Pada suatu pagi saat kami terbangun dari tidur lelap kami yang dibarengi dengan beberapa teriakan dan juga kepanikan semua itu disebabkan oleh si jago merah. Ya ternyata terjadilah kebakaran di komplek perumahan sebelah gedung asrama DQF (Darrul Qur'an Fatahillah) yang menyebabkan kerusakan yang nominalnya lumayan jika ditotalkan. Dari kebakaran tersebut gedung asrama DQF juga terkena imbasnya dari kamar-kamar asrama putri DQF mushola dan juga ruang serbaguna semua nya habis termakan oleh si jago merah.

 Entah bagaimana awalnya, hingga akhirnya asrama putri DQF dipindahkan ke gedung asrama putra DQF dan anehnya asrama putra DQF malah dibubarkan. Hingga mulailah terdengar bahwa terjadilah konflik perebutan hak waris yang sebelumnya telah diwakafkan (setahu saya). Awalnya saya kurang peduli karena dirasa tidak mau ikut campur urusan orang dewasa. Hingga akhirnya kenyataan bahwa tanah yang diperebutkan tersebut adalah asrama DQF yang kami tempati sebelumnya akhirnya dari kamipun sempat melakukan perlawanan dengan memberikan petisi dan melakukan mediasi dengan pihak terkait. Tetapi tidak banyak membuahkan hasil. Akhirnya dengan segala upaya dan do'a yang telah diusahakan asrama putri DQF berhasil lepas dari yayasan putra Fatahillah dan berafiliasi dengan Asrama-Asrama YAPI.

Setelah mulai menjadi asrama putri YAPI banyak hal-hal baru yang saya dapatkan. Mulai dari lingkungan baru dengan berbagai keunikannya kemudian banyak kenal dengan tokoh-tokoh masyarakat dan orang-orang hebat serta orang-orang baru dengan berbagai kepribadian yang beragam. Dari sini saya jadi lebih banyak belajar bahwa “belajar tidak harus dengan adanya guru”. Bahkan dengan kita mendengar kan, membaca, mengamati, menelaah dan bertabayyun  mulai dari lingkungan dan orang-orang di sekitar kita, kita bisa mendapatkan banyak sekali pelajaran dan pengalaman hidup yang belum tentu orang lain bisa merasakan nya. Hal ini juga yang banyak saya syukuri dalam hidup saya. Bermodalkan tekad kuat untuk senantiasa belajar akhirnya saya bisa bertahan di Asrama putri YAPI hingga sekarang.

Harapan saya untuk sekarang yaitu dapat lulus dengan IPK (indeks Prestasi Kumulatif) dan pencapaian yang saya impikan, bisa menjaga hafalan dengan selalu memurojaah (mengulang) hafalan yang sudah didapatkan, juga besar harapan saya agar lekas kerja dan dapat membantu perekonomian keluarga. Untuk asrama putri YAPI terimakasih untuk pengalaman, pelajaran hidup baik suka maupun duka sudah kita lalui bersama. Kedepannya saya harapkan asrama putri bisa lebih kompak lagi, lebih saling mengerti dan memahami satu sama lain. Untuk yang senior agar dapat mengayomi juniornya untuk yang junior agar lebih menghargai seniornya. Karena kita hidup pasti memerlukan adanya feedback (balasan). Balasan disini dalam segi positif tentunya.

Asrama putri menjadi alternatif yang solutif bagi para mahasiswa yang ingin berkuliah di ibukota, dengan berbagai fasilitas yang memadai dan juga gratis. Hal ini tentunya sangat dibutuhkan asalkan kita dapat mamatuhi peraturan serta konsekuensi yang telah ditentukan.

 

 

 

 

             Biodata Penulis


 

Nama                                  : Siti Nurhalimah Tussa’diyah

Tempat tanggal lahir     : Indramayu 23 februari 2000

No. Handphone               : 089611690658

Status                                 : Mahasiswa

Riwayat pendidikan      : SD N Wanguk 1, MTs N 2 Babakan Ciwaringin, SMA N 7 Cirebon,   dan sedang menempuh jenjang S1 di Sekolah Tinggi Ekonomi Perbankan Islam Mr.sjafruddin Prawira negara.

Moto hidup        : YAKUSA (Yakin Usaha Sampai )

 

 

 

 

 

 

Siap atau Tidak Siap, Harus Memilih !!

Oleh: Yudha Dewantara

 

Dipagi hari aku memegang selembar kertas ijazah yang sudah aku nantikan, selembar kertas yang sangat berarti untuk masa depan, selembar kertas yang didapatkan dengan berjuang belajar selama tiga tahun. Akupun memegangnya dengan rasa bangga, aku memeluk kedua orang tuaku yang selalu ada untukku, aku bahagia memiliki ibu dan ayahku, tidak lupa mereka selalu memberikan dukungan kepadaku, baik berupa do’a, materi ataupun lainnya yang dapat membuatku semakin termotivasi untuk belajar selama tiga tahun itu. Aku bersyukur dan mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tuaku atas apa yang telah diberikannya selama ini, akan kuingat dan kukenang selamanya.

Tidak hanya rasa bahagia yang aku dapatkan, setelah memegang selembar kertas tersebut aku merasa bingung tentang apa yang harus kulakukan, jujur aku tidak memikirkan ini sebelumnya, aku selalu mencoba untuk selalu mengikuti apapun yang ada didepanku, ibarat arus air, mengikuti kemana air mengalir. Rintangan apapun aku selalu hadapi, baik itu mudah ataupun sulit, kebinggungan yang harus aku lakukan adalah memikirkan bagaimana aku melanjutkan kehidupanku setelah lulus SMA. Perasaanku campur aduk, aku tidak tahu harus merasa senang di atas kebingungan atau merasa bingung diatas kesenangan ini, tentu aku senang bisa lulus SMA, tapi di sisi lain ada suatu hal yang perlu aku pikirkan dan jalankan ke depannya. Ini menyangkut masa depanku. Sesuatu hal yang perlu dipikirkan dan dipersiapkan dengan matang.

Hari demi hari silih berganti, aku pun masih belum menemukan jawabannya, kemudian entah kenapa ketika aku scroll handphone, baik instagram ataupun youtube, aku selalu melihat sekilas gambar ataupun video dengan tema tentang mendekatkan diri kepada Allah Swt.  Hari-hari berikutnya pun sama isi bahasan di instagram dan youtube mengingatkanku kepada Allah Swt, aku merasa aku harus lebih dekat dengan Allah Swt, aku sadar ini pasti merupakan hidayah dari Allah Swt agar aku selalu mengingat-Nya dan lebih dekat kepada-Nya. Semenjak itu aku selalu mendengarkan ceramah, tadarus, berdo’a setiap selesai shalat. Melaksanakn shalat sunnah, dan amal-amal shalih lainnya dengan nyaman,  aku kerjakan semua amalan sunnah dan aku fokus dengan hal itu karena di hari-hariku yang kosong, aku belum memilih untuk melanjutkan kuliah ataupun kerja.

Beberapa hari kemudian aku diajak temanku untuk menyiapkan berkas-berkas untuk melamar pekerjaan ke beberapa tempat seperti melamar sebagai pegawai di beberapa Mall di Bogor dan sejenisnya. Singkat cerita akupun melamar ke tempat tersebut, tetapi alangkah kecewanya aku, saat melamar langsung ditolak begitu saja, dikarenakan alasan yang menurutku kurang masuk akal, kemudian aku mencoba ke tempat lain, alhamdulillah diterima berkasnya dan aku menunggu kabar dari perusahaan tersebut. Beberapa minggu aku tidak kunjung mendapatkan kabar, aku kecewa, tetapi aku mencoba selalu bersyukur kepada Allah Swt, mungkin ini ada hikmahnya dan harus kujalani terlebih dahulu bagaimana pun sulitnya melamar pekerjaan.

Setelah itu aku mendapatkan ajakan dari temanku lagi untuk mengikuti SNMPTN, seketika aku merasa yakin karena aku selalu mendapatkan peringkat tiga besar di kelasku semasa SMA, tetapi keyakinanku tak lama gugur, karena aku berpikir ke depannya tentang bagaimana aku berkuliah, walaupun aku mendapatkan beasiswa, tetapi untuk kuliah itu tentu harus ada biaya yang lumayan besar untuk awalnya, dikarenakan bisa saja beasiswa terlambat pencairannya dan tentu biaya lain atau biaya cadangan juga diperlukan, dikarenakan jika kuliah di luar kota, maka aku harus menyiapkan biaya hidup di sana.

Akupun masih ragu, apakah aku daftar SNMPTN atau tidak, aku kemudian menanyakan hal ini kepada guru BK ku dan orang tuaku. Guru BK memberikan arahan, tips dan triknya untuk kuliah melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN serta bagaimana mendapatkan beasiswa Bidikmisi. Kemudian aku meminta izin dan menyerahkan semua keputusan kepada kedua orang tuaku, keputusan tentang apakah aku lanjut untuk bekerja atau kuliah, semua itu aku pasrahkan dan aku tidak pernah sekalipun memaksa kedua orang tuaku untuk aku melanjutkan kuliah. Akhirnya kedua orang tuaku memberikan keputusan untuk mencoba keduanya, yaitu medaftar pekerjaan dibeberapa tempat dan mendaftar SNMPTN juga.

Mereka bilang rezeki tidak akan tertukar, semua sudah diatur oleh Allah Swt, dan kita hanya bisa berdoa serta berusaha untuk menggapai apa yang kita inginkan. Kedua orang tuaku memberikan arahan terkait bagaimana tentang pergaulan, hidup di luar kota, biaya, mengatur waktu, dan tidak lupa tentang pentingnya ibadah. Dengan arahan guru BK dan kedua orang tuaku, aku memutuskan untuk mendaftar SNMPTN dikedua perguruan tinggi yang aku idamkan.

Sambil menunggu pengumuman lulus SNMPTN, aku selalu mendengar kajian online maupun offline tentang keislaman dan motivasiserta melakukan aktivitas ibadah lainnya yang membuat hatiku tenang.  Walaupun aku sedang dilanda kebingungan akan masa depanku. Tak lama kemudian aku mendapatkan pengumuman, bahwa aku tidak lulus SNPTN, lagi-lagi aku mendapatkan kekecewaan. Tapi tetap aku selalu berpikir positif dan tidak boleh menyalahkan Allah Swt, aku yakin pasti ada hikmah atas semua itu.

Dengan penuh harap aku berdo’a kepada Allah Swt di setiap selesai shalat, tadarus atau ibadah lainnya. Aku pasrah akan apa yang telah terjadi padaku, aku serahkan semuanya kepada Allah Swt, aku hanya berdo’a dan berusaha untuk mencoba yang terbaik. Aku bingung harus bagaimana lagi, setelah apa yang telah aku hadapi  tidak diterimanya kerja, pengumuman kerja yang tak kunjung datang, dan tidak lulus kuliah jalur SNMPTN. Tak lama saat berdo’a, aku teringat masih ada kesempatan kedua, yaitu SBMPTN, aku persiapkan segalanya, aku lihat di status Whatsapp yang mana teman-temanku sedang belajar sungguh-sungguh, membeli buku tentang tips dan trik SBMPTN, latihan soalnya, dan lain sebagainya. Saat itu aku merasa tidak percaya diri akan lolos SBMPTN, aku berpikir aku tidak mampu membeli buku-buku yang cukup mahal itu, dan aku berpikir bahwa walaupun aku selalu berada di peringkat tiga besar di kelasku semasa SMA, tetapi mungkin saja aku akan kalah oleh seseorang yang belajar sungguh-sungguh dengan memaksimalkan belajarnya, seperti membeli buku, dan lainnya.

Aku pun meminta motivasi dari guru BK dan kedua orang tuaku, mereka memberikanku semangat, walaupun serasa tak mungkin, tetapi rezeki itu pasti tidak akan salah orang dan ketika ada kemauan pasti ada jalan. Setelah itu akupun merasa semangat, dan aku membuang jauh-jauh rasa takut dan keraguanku. Aku coba untuk belajar melalui media internet baik itu artikel ataupun youtube yang membahas mengenai SBMPTN. Aku belajar terus setiap hari menjelang tes SBMPTN, semua waktu kosong aku gunakan sebaik mungkin, aku tidak ingin kalah dengan yang lain, setidaknya aku harus ada sesuatu yang aku banggakan dalam hidupku kelak.

Singkat cerita, aku ternyata lolos SBMPTN dan diterima di Universitas Negeri Jakarta program studi Pendidikan Teknik Elektronika, aku sungguh merasa tidak menyangka, ternyata setelah merasa kecewa beberapa kali, akhirnya aku mendapatkan jawaban yang membahagiakan baik diriku maupun kedua orang tuaku. Aku kemudian sujud syukur atas semua yang telah terjadi, ternyata memang benar bahwa di dalam kesulitan pasti ada kemudahan yang dijanjikan Allah Swt. Ini tertuang dalam surat Al Insyirah ayat 5 yang artinya, “karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Tetapi kebingungan baru muncul, aku memikirkan tentang biaya hidup di Jakarta, kost, pergaulan, dan lainnya. Namun kedua orang tuaku tetap menyemangatiku dan mengatakan bahwa, “jika ada kemauan, pasti ada jalan yang tidak kita duga-duga”, dan ternyata benar adanya ketika aku dan kedua orang tuaku mencoba untuk mencari asrama yang dikira lebih murah biayanya, aku pun mendapatkan tempat asrama itu, tepatnya Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri. Kemudian tanpa pikir panjang, aku segera mendaftar di asrama tersebut.

Akupun mengikuti beberapa tes yang diselenggarakan oleh Asrama tersebut. Alhamdulillah, aku menerima pengumuman bahwa diterima di asrama tersebut, aku sangat senang, karena biaya hidup akan lebih ringan ketika aku di asrama, dan akupun merasa akan mendapatkan bonus di asrama berupa pengetahuan dan pengalaman berasrama yang dapat berguna untuk masa depanku.

Di asrama aku belajar banyak mengenai bagaimana cara mengatur waktu yang cukup padat antara kegiatan asrama, kampus, organisasi, dan lainnya. Tak hanya itu aku pun dituntut untuk bisa memegang kegiatan besar sebagai mandat perkaderan pada awal aku di asrama tersebut. Tentu aku tidak menyesal atas lelahnya di asrama, tetapi semua itu adalah amanah dari Allah Swt bahwa aku pasti bisa melakukannya.  Aku berpikir bahwa amanah tidak akan salah orang. Semuanya pasti Allah Swt berikan kepadaku, karena aku pasti mampu menghadapi dan melewatinya. Lagi-lagi aku yakin bahwa di dalam kesulitan pasti ada kemudahan yang dijanjikan Allah Swt. Ini tertuang dalam surat Al Insyirah ayat 5 yang artinya, “karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Semua itu aku jalani hingga aku menjadi pengurus di Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri, aku sudah pernah menjabat sebagai Bendahara di Asrama, dan tahun ini aku menjabat sebagai Sekretaris asrama. Alhamdulillah semuanya aku jalani dengan sepenuh hati, aku yakin pasti akan ada hikmah dibalik semua ini. Jadi, aku mempelajari bahwa dalam hidup kita harus memilih dan siap berproses untuk menggapai impian.

Kita harus siap akan amanah yang diberikan Allah Swt atas pilihan tersebut. buanglah rasa takut, buanglah keraguan dalam diri, karena semua itu akan menghalangi seseorang untuk mencapai kesuksesannya, namun bukan berarti yakin sepenuhnya tanpa rencana yang matang. Persiapan yang matang itu penting. Maka dengan  keyakinan, persiapan, ikhtiar  dan do’a, Insyaa Allah akan berikan hasil yang terbaik. Itulah kisah perjalananku setelah lulus SMA hingga masuk Asrama YAPI, aku ucapkan terima kasih kepada kepada kedua orang tuaku yaitu Muhamad Jamaludin dan Yayat dan terima kasih juga kepada semua yang telah mendukungku hingga saat ini. Semoga pengalamanku dapat memotivasi pembaca, khususnya yang sedang bingung atas pilihannya tentang melanjutkan kuliah atau kerja. kemudian mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penulisanku, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt, dan manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Kisah Perjalananku setelah Lulus SMA hingga masuk Asrama YAPI.

 

 

 

Tentang Penulis

 

 

Yudha Dewantara Lahir di Bogor, 1 Oktober 2000. Anak pertama dari pasangan Muhamad Jamaludin dan Yayat. Saya menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SDN Pasireurih 4 Bogor, menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Tamansari Bogor, menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah atas di SMAN 1 Tamansari Bogor, dan saat ini saya sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik, Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika angkatan 2018.

Pengalaman Organisasi saya yaitu diantaranya menjabat sebagai Tim Pembela Mahasiswa UNJ sebagai Staff Kominfo periode 2019-2020, Anggota HMI periode 2019 – 2020, Sekretaris HMI periode 2020 – 2021,  Koperasi Mahasiswa UNJ sebagai anggota KOPMA UNJ periode 2018 – 2020, sebagai Kepala Divisi Handicraft KOPMA UNJ periode 2020 – 2021, di Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri sebagai Bendahara periode 2021 – 2022, dan Sebagai Sekretaris periode 2022 – 2023.

 

 

Asrama Wali Songo Sebuah Pilihan

Oleh : Wildan Zakaria

 

Pada kehidupan seseorang, perlu makna hidup untuk menentukan arah tujuan hidupnya. Makna hidup dapat diartikan sebagai tujuan hidup atau tujuan yang ingin dicapai pada diri seseorang. Pencarian kebermaknaan hidup yang merupakan motif yang melekat pada diri tiap manusia (Sumanto, 2006). Tujuan hidup seseorang pasti berbeda satu sama lain, antara dunia atau akhirat. Hidup itu sebuah pilihan, kita memilih apa yang kita inginkan. Hidup dengan aturan yang baku atau tidak. Apa yang sebenarnya yang diinginkan. Mempunyai kehidupan yang layak, sukses di dunia maupun di akhirat. Keseimbangan antara dunia dan akhirat perlu dilakukan.

Menjadi seorang mahasiswa adalah pilihan saya yang cukup berat bagi saya.  Mengapa? Karna harus siap mental dan fisik. Serta pemilihan jurusan yang sesuai dengan passion. Tidak ada paksaan dari orang lain dan ikhlas menjalankan karena-Nya. Lalu dinyatakan lulus atau tidak hal yang sangat mendebarkan. Setelah beberapa waktu mencari referensi dan baru dapat memilih, lalu ditentukan dengan kelulusan apakah kita layak atau tidak. Setelah dinyatakan lulus seleksi masuk universitas yang harus dilakukan yaitu pemilihan tempat tinggal yang sesuai dengan diri kita.

Saya memiliki tujuan menjadi apoteker yang dapat membantu orang banyak, yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Rencana setelah lulus kuliah S-1, jika Allah mengizinkan, diberikan kesempatan untuk melanjutkan ke program profesi apoteker.  Saya juga berkeinginan untuk bekerja di dunia forensik. Atau ke industri farmasi yang berhubungan dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (Quality Control).

Untuk rencana awal tempat tinggal saat kuliah yaitu ngekost mencari tempat kost yang paling dekat dengan kampus agar mengurangi biaya transportasi. Tetapi ada teman yang telah masuk asrama Walisongo mengajak saya untuk pendaftar dan tinggal di asrama. Ini adalah suatu pilihan yang harus dibicarakan dengan orang tua, saya butuh beberapa hari untuk memikirkan dan menentukannya. Memilih tempat tinggal di asrama yang memiliki aturan tersendiri juga merupakan suatu pilihan bagi saya. Karena apa? Tinggal bersama orang tua dengan aturan tidak tertulis yang mengikat harus mengikuti aturan dan norma yang ada tanpa aturan baku, lalu memilih tinggal di asrama yang memiliki aturan tertulis yang wajib dipatuhi dan memiliki sanksi tegas. Ini yang membuat saya kurang terbiasa dengan cara hidup saya yang tidak begitu diatur. Selagi kita dapat menjalankan aturan dan tidak merasa terbebani dengan aturan yang ada, saya masih bisa mengikuti aturan tersebut.

Setalah saya masuk di lingkungan Asrama Walisongo, banyak sekali kebiasaan baru yang terbentuk dari diri saya. Meminta izin, berkomunikasi dengan yang lain, sharing ilmu, mengaji dan shalat berjamaah adalah kegiatan sehari-hari yang selalu dilakukan. Merasa sedih karena jauh dari orang tua tentu kerap kali terjadi. Apa boleh buat, memilih universitas Gunadarma yang ada di Depok dan memilih tempat tinggal di asrama adalah pilihan saya sendiri. Saya harus bertanggungjawab atas apa yang telah saya pilih. Saya sadar dengan apa yang saya pilih.

Setelah beberapa hari di asrama merasa biasa saja dan tidak terlalu berat menjalaninya. Tapi, yang berat itu karena lingkungan pertemanan atau persaudaraan yang saya tidak terbiasa. Saya tidak suka kerumunan orang, saya hanya ngobrol jika saya perlu. Di asrama saya belajar bersosialisasi, berkomunikasi, berkontribusi dalam suatu kegiatan, public speaking, serta lainnya. Meskipun sampai saat ini saya masih kurang mengaplikasikannya, saya sedang belajar untuk itu. Hal yang saya pelajari di asrama selain keislaman juga tentang bagaimana cara berinteraksi yang baik dengan orang lain, cara menghargai orang dari kultur budaya yang berbeda. Saya merasa beruntung mengenal mereka semua (teman-teman di asrama Walisongo). Kesal dan sebal pernah saya rasakan.

Jika seperti ini hanya bisa ikhlas dan memaafkan jika mereka salah dan meminta maaf jika saya yang salah. Di asrama tidak ada kesenjangan antara warga tetap dan warga percobaan. Sejauh saya melihat kami hidup rukun. Saya tidak tahu jika ada konflik internal yang ada di sana. Selagi saya tidak membuat masalah dengan mereka dan saya juga tidak suka mengurus permasalah internal, kecuali memang saya diminta tolong. Sebisa mungkin saya tidak merepotkan orang lain, saya harus bisa sendiri. Tidak ada orang lain yang peduli dengan saya. Itu yang saya lakukan dan fikirkan saat ini. Mungkin ini salah, tapi saya akan belajar lagi hidup berdampingan dengan orang lain.

Kehidupan di asrama tidak selalu baik, ada kalanya malas ataupun bersemangat. Untuk menjaga tetap semangat itu yang sulit. Tetap menjaga konsistensi fikiran positif agar menjalankan dengan penuh semangat. Kegiatan di asrama ada kalanya membuat fikiran saya lebih terbuka dengan mendengarkan mentoring dan kajian yang diselenggarakan asrama. Adakalanya saya suntuk dengan semua kegiatan itu. Apapun yang terjadi harus dapat ikut dalam kegiatannya. Asrama Walisongo merupakan tempat yang baik untuk belajar ilmu agama dan ilmu umum sesuai minat kita. Saya banyak belajar tentang ilmu agama dan belajar berdasarkan dari pengalaman orang lain yang lebih tau ilmunya.

Saya juga belajar berkomunikasi dengan orang lain, belajar berorganisasi, dan lainnya. Banyak pengalaman yang sangat berharga yang mungkin akan berguna bagi saya di masa yang akan datang. Sejauh ini hanya itu saja yang dapat saya ceritakan. Terima kasih.


Tentang Penulis

 

Wildan Zakaria, kelahiran Bandung 2 Mei 2003. Mahasiswa aktif program studi S-1 Farmasi Universitas Gunadarma dan juga warga Asrama Walisongo. Merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara, berasal dari Garut Jawa Barat.

Tulisan ini berawal dari program “Menulis YAPI” yang diadakan bagi warga asrama yang dinaungi oleh YAPI. Tidak ada bakat menulis dalam diri saya, tetapi saya mencoba untuk melakukan yang terbaik bagi tulisan saya ini. Meski banyak kekurangan dalam tulisan ini, saya bersyukur telah menyelesaikannya. Saya tidak berharap banyak, semoga tulisan ini dapat diterima. Terima kasih.

 

 

 

Jumat, 15 April 2022

PESERTA LOMBA ADZAN TINGKAT SD NASIONAL _CAHAYA RAMADHAN KMS JAWARA 2022



Faa'iz Mujahid, MI Laa Tahzan Kragilan, Serang Banten





Muhammad Zidane Haqqani Alrasyid.  SDITQ Assyafi'iyah Mendut, 
Mungkid Kab Magelang







Sultan Muhammad Syech Alam Al-Fatah,SD Muhammadiyah 8 Malang




ZULFIKAR SDIT IQRA Kota Serang Prov Banten




Muhammad Arsyil Adzim Assauqie, SDIT Persis Tarogong 2 - Garut



Mohammad Ali Muktie Jakarta Timur




 Muhammad Rafii




Habibi Hylmi Sakhi, MIN 16 Cipayung  Jaktim





hmad 'Alawy Abu Hazim. SD Muhammadiyah Purwodadi Kab. Purworejo





Muhammad Zuhri Akbar  SD Haqi School BEKASI




Muhammad Al Fatih Fakhrul Rasydan dari sdit Al Izzah serang






Mulki Fathan Alfaruq, SDIT PERSIS TAROGONG 2
GARUT JAWA BARAT





Ahmad Ar Riza Saputra, SDIT Balikpapan Islamic School
Balikpapan, Kalimantan Timur





Arfan Faris Maulana _ SDN SUKAGALIH 5 _ GARUT




Hadi Al Ghani Hidayatullah _ SDN SUKAGALIH 5 _ Garut



COMEN : Arfan dan Hadi Mirip, mungkinkah mereka adik kakak atau kembar?


SEMANGATA ... !!!!














ILHAM DARI SDIT AL IZZAH SERANG





Zafir Al Ghozy
SDTQ Ummul Quro Banjarmasin





Jazlan Naufal Putra Kurniawan



Nizam Ardian Rafasya





Rahul Saka





Dimas Andi Yusuf_SDN SERANG 2





Muhammad fatih al munawar




Muhammad Bhaihaqi Khaizan



AYO KITA KUMANDANGKAN ADZAN KE SELURUH JAGAT RAYA. AJAK SEMUA SHOLAT DAN TAAT PADA ALLAH YANG KUASA , PEMILIK ALAM SEMESTA. 



Fijar Akmal Makarim_SDIT Permata Madani_Bogor_Jawa Barat




Aufa _ SDIT Al Izzah Kota Serang


 


DI STASIUN PONDOK CHINA JODOHKU BERSATU

Popular posts