Minggu, 17 April 2022

JILID 3 DERAP LANGKAHKU DI ASRAMA PERKADERAN YAPI


 DAFTAR ISI JILID 3 :

1.      Ami Fahmi Aziz _Langkah Tepat Jadikan Asrama Untuk Menetap

2.      Dwi Setiawan ASW_ Langkah Seorang Mahasiswa Biasa di Asrama Wali Songo

3.      Muhamad Jabal Mahendra_ Asrama Sunan Giri dan Peranannya Bagi Karakterku

4.      Purwo Basari _ Meraih Cita Menjadi Mahasiwa

5.      Rifki Eko Wahyudi  _ Asrama dan Ingatanku yang Abadi Tentangnya

6.      Sonia Syuhada _  Langkah Berliku Sonia di ASPURI

7.     Abdul Jamil Maihimmi_ AKU DAN RUMAH PENGKADERAN YAPI

8.      Adi Sumardi _Aplikasi SIMONAS untuk Warga Asrama YAPI





Langkah Tepat Jadikan Asrama Untuk Menetap

Oleh : Ami Fahmi Aziz

 

 

Pada tahun 2017 awal perjalanan karir ku dimulai, keraguan yang selalu menjadi momok disetiap langkahku untuk tinggal di Jakarta. Satu hal yang mungkin menjadi pertanyaan bagi orang-orang perantau baik itu mahasiswa ataupun pekerja adalah “dimana saya akan tinggal?”, inilah pertanyaan pertama ketika saya tiba di Jakarta. Pada awal mula registrasi ulang penerimaan SBMPTN disaat itu pula mengharuskan saya untuk menginap di Jakarta. Dengan bekal uang yang pas-pas an sangat tidak memungkinkan untuk saya tidur di hotel ataupun sewa kost untuk semalam, karena saya di Jakarta benar-benar tidak mempunyai senior ataupun kakak tingkat yang dulu kuliah disini ataupun kerja di daerah Jakarta, akhirnya saya memutuskan untuk pertama kalinya tidur di masjid sekitaran kampus.

Dihari pertama ini saya langsung berniat untuk mencari tempat tinggal yang cukup untuk saya dan juga sesuai dengan keuangan. Alhamdulillah mungkin Allah SWT memberikan jalan ataupun titik terang kekhawatiran saya untuk dimana saya bisa tinggal.pada saat itu ada kakak tingkat mahasiswa yang membagikan selembaran brosur tempat tinggal yaitu brosur “Penerimaan Warga Baru Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri” tanpa banyak kompromi dan berfikir Panjang saya langsung mencari tau dan menghubungi kontak yang tersedia di brosur tersebut untuk mendapatkan informasi lebih jauh. Dengan segala sarana dan prasarana yang menunjang untung pengembangan potensi diri membuat saya semakin yakin untuk bisa tinggal di tempat ini.

Setelah menghubungi kontak yang tersedia di brosur, saya diperbolehkan untuk datang langsung ke asrama tersebut bahkan dibolehkan untuk langsung menginap dan saya memutuskan untuk menginap untuk beberapa malam. Sambutan yang begitu hangat dari warga asrama itu sendiri membuat saya semakin yakin untuk tinggal disini, karena pada saat saya dating ke asrama bertepatan dengan waktu isya dan saya langsung dipersilahkan untuk memperkenalkan diri, ternyata banyak juga orang seperti saya yang baru dating ke asrama untuk tinggal sebagai warga tamu.

Perasaan yang pertama kali saya rasakan adalah rasa nyaman dengan kehangatan warga asrama yang berbeda-beda latar belakang ada yang dari Aceh, lampung, Bogor, Jawa Tengah dan masih banyak yang lainnya, itulah yang menjadikan keunikan tersendiri ketika saya tinggal di asrama mahasiswa islam sunan giri yang disajikan dengan berbagai macam ragam perbedaan namun dengan satu tujuan untuk mencari ilmu.

 

 Selain itu pula sambutan dari bapak direktur asrama yang sangat berkesan dan juga menarik perhatian saya lebih yakin untuk tinggal disini apalagi dengan sarana yang sangat menunjang untuk kita mahasiswa.

Waktu Orientasi Warga Binaan pun tiba atau yang sering disebut ORGAN, dimana ini adalah fiksasi bagi siapa saja yang lulus untuk tinggal di asrama mahasiswa islam sunan giri. Pada saat itu dari Angkatan saya sendiri berjumlah 9 orang yang lulus dalam seleksi tersebut dan saya di tunjuk untuk menjadi ketua Angkatan dengan nama Utsman bin Affan sebagai nama Angkatan saya. Waktu begitu cepat berlalu sehingga perbedaan pikiran ataupun permasalahan-permasalahan yang ada di masing-masing individu memaksa untuk teman-teman saya keluar satu persatu.

Sampai di titik akhir ini kami bersisa 3 orang yang sampai bisa bertahan menjadi warga tetap di asrama mahasiswa islam sunan giri, begitu perjalanan yag Panjang dan tidak mudah namun memiliki banyak pelajaran didalamnya yang bisa menjadi bahan untuk pengembangan potensi diri saya yang nantinya bisa di kembangkan dikalangan masyarakat.

 

 

 

 

 

RIWAYAT HIDUP

 


AMI FAHMI AZIZ lahir di Pandeglang, 31 Juli 1998. Anak keenam dari enam bersaudara, pasangan Bapak Khotib dan Ibunda E. Sa’adah. Alamat tempat tinggal di kp.Cibongkok RT/RW 02/04 Desa Ramaya Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

Menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di MI Mathla’ul Anwar Cibongkok pada  tahun 2010, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di MTs Mathla’ul Anwar Pusat Menes pada tahun 2013, pendidikanSekolah Menengah Atas di MA Mathla’ul Anwar Pusat Menes pada tahun 2016, dan pada tahun 2017 terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta Fakultas Ilmu Keolahragaan Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Berhasil menyelesaikan program studi S-1 di Universitas Negeri Jakarta.

Aktif dalam kegiatan cabang olahraga Menembak yang berlokasi di lapangan menembak Universitas Negeri Jakarta, dan Lapangan Menembak PB. Perbakin Senayan Jakarta. Aktivitas lainnya sebagai ketua Badan Eksekutif Mahasiswa baik tingkat Prodi pada tahun 2019 dan juga tingkat Fakultas pada tahun 2020. Sekarang beliau tinggal di Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri sudah hampir 5 tahun.

 

 

 

 

Langkah Seorang Mahasiswa Biasa di Asrama Wali Songo

Oleh : Dwi Setiawan-AWS

 

Langkahku mengenalnya

Pagi itu merupakan pagi yang sangat cerah dan menyejukkan bagiku. Tidak heran mengingat malam hari sebelumnya aku–dan beberapa temanku–bergotong royong memindahkan paket sembako dari kendaraan pengangkut ke gudang penyimpanan. sambil menikmati lamunanku tentang keberhasilanku melewati malam yang cukup melelahkan, tanpa sadar aku menciptakan senyuman kecil dari ‘muka bantal’ yang bahkan tidak sempat aku mencucinya karena ini masih berselang beberapa menit dari waktu aku membuka mata di atas kasur.  Pada malam itu sebenarnya kontur tanah sudah tidak konsisten menjaga bentuknya karena di waktu petang hujan deras mengguyur lokasi penyaluran bantuan paket sembako dari Bakti Sosial(Baksos) yang aku laksanakan. Terhitung dengan pagi ini, sudah tiga hari kami–aku dan beberapa temanku–berada di suatu daerah yang jauh dari tempat tinggal kami masing-masing. Entah mengapa teman-temanku memutuskan lokasi pemberian Baksos di sini, di luar kota yang berlainan provinsi, juga entah mengapa aku ikut menyetujuinya.

Tetapi tiba-tiba lamunanku ‘terpecah’ berkeping-keping akibat raungan keluhan dari teman yang tidur disampingku saat itu, Okky Alfarez. Okky yang juga merupakan ketua sekaligus pimpinan utama Baksos membuatku terkejut akan keluhanya tentang Baksos ini. Duduk di tepi kasur, okky mengeluh dan mengucapkan “Haaah… sudah 3 hari aku tidak mengikuti kegiatan kajian subuh gara-gara menginap untuk  ndiberikan sebelumnya, haah… bagaimana jika nanti aku dikeluarkan?”. Aku yang berada di sampingnya merespon pertanyaan di dalam keluhannya yang sebenarnya bukan ditunjukkan untukku “Loh kok dikeluarkan ky? seberat itu beban kehadirannya?” dan respon singkatnya “iya tempat tinggalku saat ini mewajibkan penghuninya untuk selalu hadir ketika ada kajian di pagi hari” menciptakan rasa penasaranku dan membuatku bertanya lebih jauh “Memangnya saat ini kamu tinggal dimana ky? bukan di rumah aslimu?” “Ya, aku saat ini tinggal di Asrama Wali Songo(AWS)”.

Itulah awal mula perkenalanku dengan Asrama Wali Songo di yang dipicu oleh kekhawatiran yang meluap dari okky dan rasa penasaran dariku. Merespon jawabannya aku terdiam sejenak melambangkan kebingungan dan ternyata okky memahami diamku–karena ingin deskripsi lebih lanjut–kemudian melanjutkan “Asrama Wali Songo itu adalah naungan para mahasiswa islam yang berkuliah di sekitaran depok yang membutuhkan tempat tinggal dan pembinaan islami yang berkelanjutan”. Lanjut, aku mencoba mencocokkan pemahamanku tentang kata “Asrama” dengan apa yang dimaksud Okky “Asrama tuh berarti nginep dan ga dibolehin keluar ya?” “Boleh, asal izin dengan benar dan keperluan yang memang diperlukan karena ada program yang membutuhkan kehadiran kita bukan untuk mengekang tetapi agar programnya tepat sasaran” penjelasannya dilanjutkan dengan erangan keluhan yang membingungkan “Aghh..

Tapi tetap saja, sebelum ini aku sudah izin beberapa kali untuk mengurus administrasi kampus dan sekarang harus terjebak izin untuk menginap karena Baksos, wajah apa yang harus kutunjukkan pada pengurus?!!. Aku sempat terdiam karena tidak tahu harus merespon apa tetapi lalu ku lepas tawa dan mengakhirinya “sudah, kita harus bergegas mandi dan kembali ke lokasi”. Itulah saat-saat pertama aku mengetahui Asrama wali Songo dari Okky dan penjelasannya yang membuatku tertarik untuk melibatkan diri di dalam AWS. 

Selama kami kembali melanjutkan kegiatan di lokasi baksos, sara banyak bertanya dan okky banyak menjelaskan tentang aws. AWS adalah Suatu tempat tinggal yang diperuntukkan bagi mahasiswa sekitaran depok untuk mempermudah aksesnya menuju kampus dan sekaligus untuk membina diri dengan nilai-nilai islami selama memutuskan untuk tinggal. Selain itu, AWS memfasilitasi mahasiswa yang tinggal dengan beasiswa makan, sehingga mahasiswa tidak perlu mengeluarkan uang lebih karena mendapat porsi makan 2 kali sehari. Asrama Wali Songo terletak di Jagakarsa,  tidak jauh dari jalan utama penghubung jakarta depok. Fasilitas serta  Aksesnya yang sangat mudah tersebut menambah minat aku dan lokasinya pun sangat strategis terkait akses kampusku, hanya berjarak 1 stasiun dari AWS menuju kampusku.

Kupikir ini adalah suatu kesempatan untuk menghadapi dunia perkuliahan tatap muka yang memiliki atmosfer persaingan. AWS dapat memudahkan memenangkan diri dalam bersaing dari gaya hidup dan waktu. Ternyata, AWS bukanlah suatu tempat tinggal yang hanya disewakan dari seseorang kepada seseorang lain. AWS merupakan satu asrama dibawah naungan Yayasan Asrama Pelajar Islam(YAPI). AWS bukan satu-satunya dari YAPI. Asrama dalam naungan YAPI tersebar di berbagai sudut Jakarta untuk keperluan yang sama. YAPI mendanai semua kegiatan AWS beserta beasiswa para penghuninya. Penghuniya kemudian disematkan gelar “warga” dan dipanggil demikian selama berada di asrama. YAPI juga yang memfasilitasi kepengurusan atau struktur kepemimpinan di semua asramanya, termasuk AWS.

Kajian pagi hari’ yang dipermasalahkan okky tadi itu merupakan kajian rutin mingguan dari pimpinan asrama, biasa kami sebut direktur. “Yah pantas saja okky khawatir dengan absensinya.. sekarang aku dapat memahaminya hmphh mphh” setelah mendengar penjelasan okky aku hanya bisa mendengkur mengakui keluhannya tadi pagi. Aku tidak menyangka tinggal untuk sekedar berdekatan dengan kampus harus serumit itu ternyata “wah kompleks juga ya ky” tetapi tanpa jeda dengan sigap aku menimpali respon yang mengejutkannya  “Oke, jadi kapan buka pendaftaran lagi untuk penghuni asrama ky?”.  

Sebelum peristiwa saat itu terjadi dan saat mengenal AWS, jauh sebelumnya. banyak peristiwa-peristiwa yang menjauhkanku dari agama. Aku Islam tulen sedari kecil. Agama itu diberikan secara alamiah tanpa konstituen. Mungkin kita bisa memilih untuk tidak mengikuti agama pemberian orang tua tersebut ketika beranjak dewasa, namun aku tidak bisa pungkiri bahwa Islam membuatku nyaman. Tetapi aku menghadapi islam tidak setenang teman-teman yang berlingkungan islami. Waktu aku kecil aku mempunyai masa lalu yang memalukan, malu sebagai umat yang jauh dari agama. Itu terjadi karena aku tinggal di sebuah daerah yang terletak di ujung Jakarta. Posisi nya secara administratif memang tidak mengutungkan; tidak ada yang mengharapkan perkembangan besar dari sebuah kampung di sudut kota. Walau terletak di wilayah perkotaan, bahkan dengan julukan “Ibu Kota” sebagai keistimewaan, daerah tempat tinggalku masih layak disebut kampung bukan sebuah kompleks perumahan.

Kampung ku ini tepat berada di sebelah aliran sungai Movekart Jakarta barat-Tangerang. Mungkin yang tinggal atau mengenal, atau bahkan sekedar pernah ke daerah ini, tahu bahwa kampung kami menjadi langganan bencana banjir tiap tahunnya. Letaknya di sudut kota pun membuat sistem keamanan di daerah sekitar sini tidak perlu ditegaskan, karena memang tidak menguntungkan untuk ditegaskan(baca: ditertibkan). Saat itu, hampir setiap minggu di sekitaran kampung terjadi tawuran, juga hampir setiap hari terdengar keributan antar warga.

Tawuran, perkelahian, dan kejadian tentang pergaulan bebas lainnya tidak heran sering terjadi di sekitar kampung kami. Tinggal di sudut kota seperti itu membuatku, sebagai anak kecil dalam perkembangan, rawan akan pergaulan yang tidak diinginkan. Tidak perlu perlawanan keras dari diriku sendiri, masa kanak-kanak hingga remaja, aku sedikit banyak terjerumus. Hingga quarter-life crisis muncul di masa-masa kuliah;masa aku merasa membawa beban dari status mahasiswa, aku membuka pikiranku akan masa depan dan seluruh komponen kehidupan. Aku merasa ada yang salah dengan apa yang aku jalani selama ini, termasuk jalan pergaulan yang aku tapaki. Setelah perenungan begitu lama, aku menemukan bahwa aku salah tidak memupuk kerohanian dalam kehidupanku selama ini.

Aku adalah seorang anak lelaki yang baik hati dari dua orang tua yang hebat mendidik anak-anaknya di sudut kota Jakarta, tepatnya di Kp Duri RT.03 RW.01, Semanan, Kalideres, Jakarta Barat. Aku adalah anak terakhir dari dua bersaudara hebat penerus orang tuaku. Tetapi beban penerus yang sebenarnya hanya ada padaku–karena kakak ku perempuan. Aku masih seorang mahasiswa biasa usia dengan 20-an yang saat ini berkuliah di salah satu universitas di Depok, yaitu Universitas Indonesia dengan program studi Ilmu Filsafat di departemen Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya dengan gelar mahasiswa semester 4. Mengapa aku mahasiswa biasa? karena “Tidak ada yang spesial dari mahasiswa diriku” setidaknya itu menurutku yang setiap hari menjadi diriku. Aku yang dilahirkan di Banyumas pada tanggal 26 Maret 2000 bahkan tidak ingin dipanggil mas atau panggilan hierarki lain. Aku biasa menganggap diriku biasa saja.

Saat ini pun aku berkuliah di kampus umum tanpa embel-embel “islam” di dalamnya, begitu juga dengan pendidikan formal masa laluku. Padahal di samping itu, aku sadar bahwa pendidikan agama bagiku sebagai umat Islam penting. Dengan banyak pertimbangan dan riwayat masa lalu yang haus akan perbaikan, aku memutuskan untuk mendaftar menjadi calon penghuni Asrama Wali Songo. Akhir  tahun lalu, tepatnya bulan November tahun 2021,sebagai salah satu pendaftar untuk menjadi warga aku ternyata lolos dalam seleksi berkas karena berbagai persyaratan yang telah aku lengkapi. Kabar itu cukup menggembirakan karena biar bagaimanapun mendapat hasil yang diinginkan merupakan suatu kejutan. Kemudian di bulan yang sama, tak berselang lama, aku mendapat jadwal wawancara.

Jadwal wawancara yang sudah ditentukan telah tiba, teman-teman yang lain dengan jadwal sebelumku  sudah mendapat gilirannya, panitia pendaftaran sudah mempersiapkan ruang meeting virtual, maka ini merupakan kepastian aku harus diwawancara. Tetapi apa yang terjadi… terjadi peristiwa unik tidak terduga padaku. Dengan derap jantung tak menentu, ternyata kala itu aku tengah masih berada di perjuangan menahan derap hujan yang menusuk mata. Dengan rasa tidak menentu, di atas laju kendaraan roda dua, selain mengendalikan lajunya, aku juga sedang berusaha mengendalikan kekhawatiran aku. Di dalam hati aku terus bergumam “Ah! mengapa tidak tepat waktu!!” dan semacamnya.

Waktu sudah terencana; sebelumnya aku telah merencanakan di jam ini aku telah sampai rumah dan mungkin untuk membuka laptop tanpa kendala. Namun ternyata aku terjebak hujan. Aku menggerutu “Duh mana bisa aku ngebut sesuai rencanaku untuk sampai tepat waktu” sembari meratapi takdir karena tidak mungkin aku mengebut dengan maksimal jika jalanan telah licin oleh air hujan. Dalam peristiwa ketidakterdugaan ini, terbesit harapan “Ah mungkin panitia bisa mengerti dan aku bisa mengajukan jadwalnya diundur”. Aku memberhentikan motor, lalu mengambil telepon genggam dalam jas hujan, kemudian dengan senyum sumringah kurang lebih aku menulis “Kak, mohon maaf sebelumnya tapi jadwal aku pribadi dapat dijadwalkan kembali? aku tidak mengira akan terjebak hujan selepas pengabdian”. Jadwalku sebelumnya mengabdi di sebuah sekolah alam di bantar gebang, dengan perhitungan ideal seharusnya aku sudah siap wawancara di jadwal seharusnya. “Tidak bisa, karena harus sudah ada hasilnya esok hari” jawaban atas pesanku dari panitia.

Seharusnya aku kan sudah siap wawancara!” tidak sengaja di sela perbincangan dalam whatsapp, lisanku berteriak pelan. Tetapi setelah melalui berbagai penawaran dariku, panitia mengizinkan untuk me-reschedule wawancara selepas magrib. Dengan hati senang akhirnya aku melanjutkan perjalanan. “Apa beneran tidak ada tanda-tanda akan berhentinya hujan walau adzan magrib sepertinya akan berkumandang?” kalimat seruan terakhirku karena tidak sadar ternyata jarak sudah dekat dan senyuman menghiasi wajah hingga ketika aku sampai depan rumahku. Singkat cerita, aku memberi pesan “aku siap kak” lalu wawancara dimulai. Aku diwawancarai oleh Fadhil dan Hendra yang juga warga AWS. Sebenarnya cukup aneh hampir separuh perjalan aku selalu berbicara sendiri di atas motor yang ku kendarai sendiri. Sebenarnya memang unik, saat  air hujan telah banyak masuk ke dalam mulutku tetapi aku masih saja menggerutu.

Langkahku Berada Disana

Dilema, keluh kesah, kejadian tidak terduga, dan semua rintangan yang ada telah ku lalui untuk memijakkan kaki di Asrama Wali Songo. Akhirnya aku sampai di Asrama yang okky ceritakan di awal cerita ini karena semua tahap seleksi telah aku lewat. Tetapi ada satu hal mengganjal yang menghalangi aku melanjutkan langkah kaki yang telah berada di depan pintu asrama. “kemana para panitia yang kutemui saat wawancara?” dan “di mana para warga asrama?” serta pertanyaan semacamnya yang mengharapkan kehadiran. Namun, kebingungan tidak berselang lama karena Fadhil menyambut aku "Dwi ya? yaudh naik aja ke kamar". aku pun naik menuju lantai dua tempat kamar aku berada.

Jarak dari pintu asrama hingga pintu kamar tidaklah jauh tetapi aku menikmatinya seolah sedang menanti sambutan nenek ketika dalam perjalanan mudik "wah seperti apa kamarku nanti yah?..". itu bukan pertanyaan yang kutunjukkan pada Fadhil yang sedang menunjukkan arah dan pula jugan untuk diriku sebagai representasi monolog tetapi pada takdir yang akan datang kepadaku. Senyuman kecil tercipta di bibirku ketika aku membayangkan takdir itu. Akhirnya aku sampai di depan pintu kamar yang nanti akan menjadi kamarku. Fadhil akhirnya meninggalkanku di depan kamar dengan mempersilahkan. Hal pertama yang terbesit di pikiranku ketika menghadapi takdir yang kudambakan di perjalanan pintu depan ke pintu ini ialah "Wah rasanya begitu kotor".

Tidak sampai dapat dikatakan sangat kotor tetapi bagi perfeksionis sepertiku ini tetap mengganggu. Tetapi tiba-tiba aku dibangkitkan dari renungan pikiran. "Hey sudah sampai, bagaimana kamar kamu?" Okky menyapaku. "Yah.. be..nar, aku menyukainya, ini cu.. cukup bagus …kurasa" dengan sedikit tersenyum aku menjawab. Entah apa yang ada dipikirannya tentang senyuman itu tetapi Okky langsung melanjutkan "kamar ini memang sudah lama gak ditinggali tetapi tadi warga lain dan pengurus membantu membersihkannya. Silahkan" dan aku tidak tau harus senang karena sudah dibantu membersihkannya atau harus kecewa karena disampaikan sebelumnya kamar ini begitu menjanjikan. Sebentar berpikir lalu aku memutuskan akan membersihkannya "Okky, aku mau bersihin dulu deh jadi titip barang-barangku di kamarmu dulu ya?" "yaudah masuk aja taruh di sebelah". Setelah sudah aku bersihkan dengan beberapa teguran seperti "warga baru ya? rajin banget nih" dari Lubis dan "wah masih belum selesai juga tuh?" dari Anam dan yang serupa dari warga AWS lain.

Hari pertama di AWS aku habiskan dengan menata kamar dengan giat dan cekatan. Aku tidak terpikirkan bahwa akan lelah sekali setelahnya. "cukup melelahkan yah..".  Saat itu tidak ada siapapun di kamarku, aku hanya melayangkan kalimat itu untuk memuji diriku yang ahli dalam memaksakan diri. Aku sebelumnya di rumah tidak pernah segiat ini untuk membersihkan kamar; aku tidak pernah pandai untuk giat mengepel dan menyapu lantai, tetapi aku senang sekali rasanya merasakan kebersihan dari 'tangan' sendiri. Kamar yang disediakan memang harus dibersihkan untuk kutinggali tetapi justru karena itu kan aku jadi belajar cara membersihkan kamar sendiri sampai benar-benar bersih.

Aku menyesali kekecewaanku di awal masuk tadi karena aku menjadi termotivasi membersihkan kamar dengan kamar kondisi kamar yang diamanahkan kepadaku demikian. "Pada setiap hal untuk kita, pasti ada hikmahnya…kurasa” aku berujar dalam hati yang menandakan hati kecilku merasa senang dengan takdir yang diberikan Allah melalui kamar ini. Hal pertama yang menjadi hikmah dan yang dapat aku pelajari saat aku di AWS adalah aku ditempa menjadi individu yang mandiri. Setelah itu aku resmi menjadi bagian dari AWS dan banyak peristiwa terjadi.

Terhitung sudah 4 bulan telah ku lewati hari-hari ku bertempat tinggal di AWS sebagai warga. Bulan pertama saat itu adalah Desember. Pada bulan Desember, seperti hal nya saat-saat pertama seseorang pada sesuatu yang baru, aku masih merasa gugup dan merasa canggung terhadap apapun dan siapapun. Tetapi kesulitan atas rasa ‘tidak-enakan’-ku tertolong akibat satu warga AWS yang menjadi teman pertamaku di AWS selalu membantu, namanya Khoirul Anam Fatoni, aku memanggilnya Anam. Benar, ia salah seorang yang sempat menegurku ketika pertama kali menyambangi kamar asrama dan bersih-bersih. Setiap minggu ada 3 hari sesi membaca Al-Qur’an setelah sholat magrib. Aku yang tidak begitu fasih dalam membaca Al-Qur’an sangat terbantu berkat tata cara pengucapan(makhorijul), tanda berhenti, tajwid, dan masih banyak lagi yang diajarkan Anam kepadaku.

Selain dari sisi sosialisasi, aku juga sangat terbantu akibat konsistensi para pengurus AWS. Pengurus ialah penghuni atau warga yang terpilih sebagai pioneer yang mengelola segala keperluan asrama. Di lingkup asrama memang terdapat Direktur, beliau adalah Drs. H Moch Sidik Sabri, M.Si dan kami seluruh warga asrama memanggil beliau Pak Sidik atau Ust. Sidik. Tetapi direktur hanyalah komando dan pelaksananya ialah pengurus yang bersentuhan langsung dengan para warga, termasuk warga baru(warga percobaan) seperti aku. Di balik komando beliau yang tegas dan pancaran wibawa yang diberikan ketika kajian diberikan, Pak Sidik juga sangat supporting terhadap perbaikan bacaan Al-Qur’an aku. Sesekali aku berujar “Mungkinkah Pak Sidik adalah orang yang sangat pengertian yah dibalik kewibawaannya?” dan semacam gumaman “Entah mengapa beliau terasa sangat perhatian”. Jajaran para warga lama(warga senior) juga sangat membantu banyak terkait semangat aku untuk semakin fasih membaca Al-Qur’an. Bulan Januari adalah bulan ke-dua ku berada di AWS. DI bulan ke-dua aku sudah mulai bisa beradaptasi, dari setiap sapaan yang tidak lagi canggung hingga pemakaian fasilitas yang tidak lagi gugup.

Pertengahan Januari menjadi yang paling berkesan di bulan itu. Hari dimulai dengan baik seperti biasanya: Sholat Subuh di pagi hari, selepasnya ada tadarus AL-Qur’an, kemudian seperti biasa lenggang dengan sarung kembali ke kamar. Tetapi suasana berubah, setelah tak lama berada di kamar, aku mendapat kabar bahwa aku diamanahkan menjadi salah satu panitia acara di YAPI. Setelah kami, sesama panitia, saling berkoordinasi, ternyata aku ditugaskan menjadi staff penerima tamu ketika acara dimulai. Aku sempat pesimis “Apa ini? aku sama sekali tidak berbakat dalam menghadapi orang-orang penting”. Aku tidak pernah bermimpi bisa sampai menyambangi yayasan asrama yang ku tinggali yaitu YAPI. Selama riwayat hidup aku, sebuah yayasan berada melampaui semua praktik dalam semua yang dinaunginya, layaknya langit bagi penduduk bumi.

Tetapi berbeda dengan YAPI; para petinggi YAPI dengan sangat antusias ingin melihat talenta seluruh mahasiswa naungannya secara langsung. Pada saat itu ada acara besar bertajuk Pelantikan Pengurus Asrama YAPI Masa Bakti 2022. Itu merupakan acara besar yang dihadiri semua calon pengurus yang secara bersamaan merupakan seremonial pergantian kepengurusan seluruh asrama dibawah naungan yapi, termasuk pergantian kepengurusan pengurus AWS. Karena ini acara yang besar, tamunya pastilah memiliki kapasitas yang luar biasa tinggi.  Dan karena itu 1 hari sebelum acara dimulai aku diminta untuk datang agar mendapat pengarahan. Keesokan harinya acara berjalan dengan lancar dan aku sedikit banyak berhasil menyelesaikan tugasku, walau tidak sepenuhnya, tetapi ini merupakan pengalaman yang berharga. Tidak sedikit pula kesalahan yang kuperbuat namun dengan ketabahan ketua pelaksana menyadarkanku “Kamu sudah melakukan yang terbaik kok”. Tidak hanya belajar cara pria sejati bersikap di depan orang lain, acara ini juga mengajarkan aku bagaimana menyikapi kesalahan. 

Semua kisahku di AWS berlanjut di bulan yang ke-tiga, yaitu Februari. Tidak ada peristiwa besar yang terjadi di bulan ini, tetapi aku rasa banyak juga hal yang kuhadapi dan ku pelajari dari semua hal-hal itu. Semua hari dalam Februari tersusun sangat biasa layaknya sebelum-sebelumnya tetapi porsi ceramahku sepertinya lebih banyak daripada bulan lalu. Setiap harinya, ini dimulai dari awal aku datang ke asrama ini atau bahkan tradisinya sudah berjalan sangat lama sebelumnya, para warga yang dijadwalkan akan melakukan ceramah bertema khusus setelah sholat subuh dan bertema bebas setelah sholat magrib berjamaah di mushola asrama. Dan aku telah belajar bagaimana harus berbicara di depan audiens dengan percaya diri berkat seluruh kegiatan di bulan ini.

Bulan Maret menjadi bulan ke-empat riwayatku berada di AWS. Pada awal Maret aku dianugerahi amanah yang istimewa untuk menjadi bagian menyukseskan acara kajian isra mi’raj di AWS, yaitu sebagai moderator. Entah rasa percaya diriku yang berkembang atau memang takdir yang memutuskan, aku akhirnya menjadi pemimpin diskusi pada acara yang diadakan pada sabtu 5 Maret 2022 saat itu. Sebenarnya, di awal aku tidak mengajukan diri atau bahkan memperhatikan kemungkinan untuk ditunjuk, tetapi panitia acara memintaku akan itu. Awalnya pun aku menolak sebisa mungkin “Toha, gak bisa nih aku jadi ekspetasimu” kepada Toha sebagai pimpinan divisi keislaman yang bertanggung jawab atas acara itu.

Tetapi Toha tetap meyakiniku “Gpp Dwi coba aku, lagipula tidak ada yang mungkin mau selain dirimu”. Aku sempat tersadar dan bergumam dalam hati “Aku harus senang karena diikutsertakan atau aku harus marah karena keadaan panitia terpaksa menunjukku walau mereka sebenarnya tidak ingin” dilanjut “apa aku harus tanyakan langsung?”. Tentu keputusannya hanya kusimpan pertanyaan itu di dalam lubuk hatiku dan dengan pertimbangan pertanyaan lain seperti “Mengapa tidak?!” dan semacamnya membuatku menerima tawarannya. Sebulan penuh aku berkesan pada diriku sendiri karena telah berhasil menjadi moderator yang baik selama acara.

Langkahku karenanya

Akhirnya, telah banyak pelajaran dan hikmah yang aku dapat dalam perjalanan menapaki sejarah bersama Asrama Wali Songo(AWS). Di awal aku mendapat hikmah dari konsistensiku berusaha mengenal AWS dan semua unsur yang meliputinya, tidak lupa aku mendapat hikmah jika ada kemauan pasti ada jalan. Banyak kendala yang aku lewati, salah satunya drama sebelum wawancara terjadi tetapi atas rahmat Allah dan Ridho-Nya langkahku selalu mendapat solusi terbaik karena langkahku diniatkan hanya dapat bisa meraih surga-Nya. Masa-masa menjadi warga asrama pun membentuk diri ini menjadi lebih baik. Berkat kemuliaan seluruh program AWS aku menjadi pribadi yang lebih mandiri, aku menjadi lebih fasih dan percaya diri dalam membaca Al-Qur’an, aku menjadi pribadi yang pantas berhadapan dengan banyak orang, dan secara bersamaan AWS telah membentuk aku sebagai mahasiswa dengan komunikan yang dapat diandalkan.

Untuk itu, aku menaruh harapan besar pada Asrama Wali Songo(AWS) untuk menjadi tempat aku selalu bernaung dan berkembang hingga setelah lulus aku dapat memanfaatkan semua ilmu yang aku dapati hingga kini. Selain itu kedermawanan seluruh jajaran dan senior-senior seluruh Asrama YAPI memberikan aku inspirasi untuk lebih bermanfaat kepada orang banyak. Tidak banyak naungan yang menyediakan fasilitas sekaligus inspirasi, YAPI dan AWS terutama sangat baik dalam prosesnya membangun karakter mahasiswa dalam naungannya. aku berharap suatu saat nanti aku dapat menjadi bagian dari YAPI untuk menjadi salah satu inspirasi mahasiswa di generasi selanjutnya. Akhir kata, semoga melalui tulisan ini teman-teman dan bapak ibu atau semua pembaca dapat memaknai cerita aku. Dapat mengambil pelajaran dari kegigihan aku walau banyak rintangan. Kegigihan menjadi beriman selalu membuka jalan terbaik. Terimakasih dan semoga para pembaca bisa terus bersemangat seperti aku dalam menggapai surga.

 

 

Tentang penulis


 

Dwi Setiawan lahir pada tanggal 26 Maret 2000 di Banyumas. Anak dari pasangan Sakiwan dan Sodiyah ini merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara.  Penulis berasal dan dibesarkan di Jakarta Barat, DKI Jakarta. Dwi merupakan alumnus SMAS Harapan Jaya dan lulus pada tahun 2019.

Satu tahun setelahnya penulis mendaftar di Universitas Indonesia melalui jalur SBMPTN dengan program studi Ilmu Filsafat yang saat ini sedang dijalani. Dibangku kuliah, penulis aktif berorganisasi di dalam maupun di luar kampus. Diantara organiasi yang pernah Dwi ikuti adalah Himpunan Jurusan Komunitas Mahasiswa Filsafat sebagai wakil ketua manajemen bisnis pada tahun 2022, Lembaga Dakwah Kampus SALAM UI sebagai Staf Humas 2020, Badan Kelengkapan MWA Unsur Mahasiswa sebagai staf Manajemen Sumber Daya Manusia dan beberapa kepanitiaan lainnya seperti Mentor OKK UI 2021, Koordinator perlengkapan SALAM Mengabdi 2021, Penanggung jawab perlengkapan Baksos FIB UI.

Selain organisasi intra kampus, Dwi juga aktif pada organisasi ekstra kampus seperti Asrama Mahasiswa Islam Wali Songo pada tahun 2021 sebagai mandataris divisi olahraga, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FIB UI. Saat ini, sembari menjalani perkuliahan di Universitas Indoensia dengan program studi Ilmu Filsafat program sarjana, penulis juga aktif menjadi anggota Remaja Masjid Raya KH. Hasyim Asy’ari.

 

 

 

 

Asrama Sunan Giri dan Peranannya Bagi Karakterku

Oleh Muhamad Jabal Mahendra

 

Perkenalkan nama saya muhamad jabal mahendra saya lahir di Jakarta 28-05-2002. Saya berdomisili di cianjur cipanas jawa barat. Jadi saya akan menuliskan tentang perjalanan saya dan  hingga hari ini tinggal di asrama. Saya awal sekolah di sdn 01 pg pondok ranggon saya bersekolah disana hanya 3 bulan dan lalu saya pindah ke SDN RAWAMANGUN 05 PG hingga lulus SD. Setelah lulus  saya bersekolah di SMPIT pondok pesantren AL-MULTAZAM kuningan jawa barat selama 3 tahun, hingga lulus dan setelah saya lulus dari SMPIT AL-MULTAZAM kuningan saya melanjutkan sekolah di  SMKN 2 PANGKALPINANG bangka Belitung.

Dan saya bersekolah seperti siswa pada umunya, setelah lulus smk saya mencoba untuk mendaftar ke beberapa ptn seperti UNRI, UNJ, UBB dan UNY tetapi tidak terima mungkin karena bukan rezeki saya.Lalu saya mencoba unuk mencari kerja dan melamar ke beberapa perusahan atau pt yang ada di sekitar bangka Belitung dan Jakarta tetapi tidak ada pamggilan dan setelah setahun kemudian saya mencoba untuk mendaftar ptn lagi di unj dan di ipb tetapi tidak di terima lalu saya mendaftarkan diri di universitas Muhammadiyah Jakarta dan alhamdulillah saya di terima di universitas tersebut.

Setelah di terima saya memutuskan untuk mencari kost di Jakarta, tetapi orang tua saya terutama abi saya menawarkan untuk saya tinggal di asrama sunan giri.Dan saya mengikuti apa kata beliau setelah saya survey ke tempat asrama sunan giri, pertama yang ada  di benak saya adalah asrama sunan giri itu agak seram dan saya berfikir bahwa asrama tersebut seperti pesantren.  Tetapi setelah saya masuk dan menjadi warga tamu saya berfikir ternyata asik dan banyak ilmu yang dapat di pelajari dari sana, tetapi karena system asrama adalah pengaderan saya agak pusing juga.

Di karenakan banyaknya tugas yang ada di asrama yang di berikan kepada pengurus di tambah lagi tugas kampus yang banyak dan ada tuntutan untuk berorganisasi jadi sangat banyak kewajiban yang ada di asrama, tetapi semua itu bagus kita mendapat ilmu yang banyak di asrama ini di antara lain ilmu berorganisai, public speaking, desain, ilmu agama dan masih banyak lagi.

Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan dari pengalaman perjalanan saya mengenal asrama, selebihnya mohon maaf.  Wassalamualaikum WR.WB.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIODATA PENULIS


 

Nama : Muhamad Jabal Mahendra, tinggal di Asrama sunan giri

Lahir di Jakarta 28-05-2002

SDN RAWAMANGUN 05 PG hingga lulus SD.

SMPIT pondok pesantren AL-MULTAZAM kuningan Jawa Barat

SMKN 2 PANGKALPINANG bangka Belitung.

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Saya berdomisili di Cianjur Cipanas Jawa Barat.

Jadi saya akan menuliskan tentang perjalanan saya dan hingga tinggal di asrama.

Tinggal di Asrama YAPI saya mendapat ilmu yang banyak di asrama ini di antara lain ilmu berorganisai, public speaking, desain, ilmu agama dan masih banyak lagi.

Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan dari pengalaman perjalanan saya mengenal asrama, selebihnya mohon maaf.

 

 

 

 

Meraih Cita Menjadi Mahasiwa

 

Oleh: Purwo Besari, warga ASG

 

 

“Kesempatan tidak datang dua kali, ambilah kesempatan itu

selagi masih mampu”

Menjadi seorang mahasiswa merupakan suatu anugerah bagi saya. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa saya bisa menjadi seorang mahasiswa. Nasib baik akan selalu mengikuti orang yang kukuh dalam pendirian, itulah kalimat yang dapat menunjukkan keberhasilan saya menjadi seroang mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta. Sungguh suatu perjuangan yang tidak mudah untuk bisa diterima di UNJ melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan hal itu sangat berkesan bagi saya. Purwo Besari, nama yang memiliki arti “Besari yang terdahulu”.

Besari ialah nama dari buyut yang kala itu sukses dan diharapkan saya juga memiliki kesuksesan seperti beliau suatu hari nanti. Saya anak pertama dari dua bersaudara. Saya memiliki adik bernama Egi Putri Besari yang tinggal di Tasikmalaya. “Peri Kecil” ialah julukan yang saya berikan untuk Egi tersayang. Ya, saya sangat menyayangi dia. Ayah saya bekerja sebagai seorang sopir pengantar barang di sebuah toko elektronik di Jakarta Utara. Sementara ibu, sudah lama tiada sejak saya berada di kelas tiga SMP. Setelah lulus SMP, saya melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Latar belakang pendidikan sebagai siswa SMK menjadi salah satu kesulitan tersendiri untuk melanjutkan kuliah. Saya belajar mempersiapkan SBMPTN dimulai sejak semester dua kelas dua SMK. Saya mulai mempelajari pelajaran-pelajaran SMA yang akan diujikan di SBMPTN. Materi-materi pelajaran tersebut tidak mudah dipahami oleh saya. Ditambah, saya hanya belajar secara otodidak. Situasi perekonomian keluarga pun menjadi penghalang terbesar saat itu. Sehingga, saya berpikir tak memungkinkan bagi saya bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi. Padahal, sejak sekolah saya bercita-cita bisa mengeyam pendidikan setinggi-tingginya.

Ada banyak pengalaman yang saya dapatkan di bangku perkuliahan. Diantaranya bisa mewakili almamater tercinta di berbagai ajang perlombaan dan kegiatan skala nasional maupun internasional. Hal yang saya impikan ialah menjadi mahasiswa berprestasi. Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena bisa mendengar impian itu. Menjadi mahasiswa berprestasi utama Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ merupakan suatu hal yang luar biasa. Bisa berada di posisi ini bukanlah hal yang mudah. Perlu waktu selama tiga tahun untuk mendapatkan hal ini.

Asrama Sunan Giri menjadi bagian sejarah penting keberhasilan saya menjadi mahasiswa berprestasi. ASG, tempat yang saya anggap sebagai rumah, memberikan banyak sekali dukungan bagi saya, baik secara moril maupun materiil. Di ASG, saya belajar mengenai manajemen hidup, implementasi nilai islam yang tak hanya sebatas ritual, dan bisa mempelajari keberagamaan antarmanusia.

ASG bisa dikatakan sebagai miniatur Indonesia bagi saya. Saya bertemu banyak orang dari latar belakang keluarga dan daerah di Indonesia. Saya bisa bertemu orang Aceh hingga Sulawesi di ASG. Tentunya, budaya dan kebiasaanya sangat berbeda dengan saya. Sebagai seorang pemuda tanah sunda, yaitu pemuda Tasikmalaya. Saya dibesarkan dengan nilai luhur dan budaya Sunda. Tutur kata dan perilaku tentu berbeda dengan orang-orang dari luar tanah pasundan. Ada banyak sekali nilai-nilai kehidupan yang saya dapatkan di ASG, seperti toleransi dan rasa hormat.

Sebagai asrama pergerakan kader islam, ASG mengajarkan saya untuk bisa menjadi mahasiswa islam yang aktif dan kritis. Aktif artinya ikut berperan serta dalam organisasi kepemudaan atau kegiatan sosial kemasyarakatan. Sedangkan, kritis artinya bisa menjadi mahasiswa yang memiliki pengetahuan luas dan berawawasan global. Oleh sebab itu, tidak heran jika ASG memiliki segudang alumni luar biasa yang menjadi tokoh nasional, sebut saja Azwar Anas, Prof. Jimmly, dan H. Arsul Sani yang sekarang menjabat sebagai wakil ketua MPR RI. Pola pengaderan yang militan dan adaptif menjadi kultur pembentuk kader ASG. Berbagai pelatihan dan kegiatan sosial hingga keagamaan diberikan kepada setiap insan ASG agar siap menjadi alumni yang berdaya setelah keluar asrama. Selama proses pengaderan itulah saya dilatih memiliki sikap kempimimpinan yang baik. Berdasarkan hal itu, saya bisa menjadi mahasiswa yang kompetitif dan pekerja keras. Saya menjadi tekun dan yakin bisa mencapai salah satu tujuan saya, yaitu menjadi mahasiswa berprestasi.

Menjadi mahasiswa berprestasi bukan hanya tentang menjadi mahasiswa yang paling pintar, bukan hanya mahasiswa yang memiliki IP tinggi atau bisa menang juara di berbagai perlombaan yang ada. Namun, bisa memilki sikap dan kepribadian yang positif. Sejak semester satu, saya telah mempersiapkan diri mengikuti berbagai perlombaan untuk bisa menambah prestasi. Beberapa prestasi pun telah saya raih selama masa kuliah. Prestasi pertama pada tahun 2015 ialah juara dua lomba debat nasional ekonomi islam di STEI SEBI Depok. Juara dua lomba debat bidikmisi award UNJ tingkat nasional tahun 2016. Menjadi juara satu lomba debat sosial politik FE UNJ tingkat nasional tahun 2017. Hingga bisa mengikuti Model United Nation di Malaysia tahun 2017 dan pertukaran pelajaran ke Taiwan di tahun 2019.

Menjadi pemenang dalam sebuah lomba tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu cucuran keringat dan air mata untuk meraihnya. Sering rasanya diri ini harus menelan mentah-mentah kekecewaan. Namun, itulah perjuangan dalam sebuah perlombaan. Seberapa pun banyaknya penghargaan dan apresiasi yang didapat saat ini tidak akan pernah saya rasakan bila tidak menjadi seorang mahasiswa yang tinggal di ASG. Seorang mahasiswa tidak hanya tentang melajutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi, ada banyak makna dan arti yang bisa didapatkan dari seorang mahasiswa.

Meskipun, dengan menjadi mahasiswa bukanlah jaminan kesuksesan seserorang. Prestasi terbesar dalam hidup saya adalah menjadi seorang mahasiswa. “Saya ingin kuliah di universitas negeri” cerita saya kepada orang-orang yang saya kenal. Teman, guru dan orang tua. Selalu saya sampaikan angan itu kepada mereka. Pro dan kontra selalu datang kepada saya bila mengatakan hal itu. Sulit bagi beberapa orang menerima angan saya. Alasannya sudah pasti karena saya adalah siswa SMK dan tidak adanya biaya kuliah. Lantas hal tersebut tidak serta merta menciutkan niat saya untuk kuliah. Hal itu justru menjadi cambuk penyemangat bagi saya untuk lebih giat berusaha.

Setiap hari menjelang ujian nasional, saya selalu menyediakan waktu untuk mempelajari materi pelajaran SMA. Semua itu tentu sangat membebani. Meskipun, banyak materi yang saya tidak pahami tetapi itu bukan penghalang saya untuk kuliah. Satu alasan kuat saya ingin kuliah adalah belum ada satu pun keluarga saya di Tasikmalaya yang berkuliah. Saya sangat berharap sekali bisa menjadi orang pertama di keluarga yang bisa kuliah. Tiga hari sebelum penutupan pendaftaran online SBMPTN, saya harus pergi ke kota untuk mentrasfer biaya pendaftaran.

Mesin ATM terdekat hanya berada di kota yang bila di tempuh dengan sepeda motor memerlukan waktu 40 menit perjalanan. Adanya kesalahan sistem membuat saya harus tiga kali pergi ke kota untuk melakukan pembayaran. Hingga di hari terakhir, barulah bisa diproses pembayaran saya. Saat itu, saya merasa apakah ini yang disebut ujian atau memang ini pertanda bahwa kuliah bukanlah jalan hidup saya. Saya ingin benar-benar menyerah di titik itu. Tidak ada dukungan dan merasa sendiri membuat saya ingin mengurungkan niat untuk kuliah.

Kesempatan tidak datang dua kali, ambilah kesempatan selagi masih mampu” tiba-tiba kalimat itu muncul. Sehingga, saya ambil kesempatan untuk ikut SBMPTN dan akhirnya diterima di UNJ. Bisa merasakan kesempatan luar biasa menjadi seorang mahasiswa. Bila saya tidak jadi mendaftar SBMPTN dan tidak kuliah maka tidak akan merasakan kesempatan-kesempatan luar biasa tersebut termasuk menjadi bagian dari warga Asrama YAPI.

 

Tentang Penulis


 

Penulis memiliki nama lengkap Purwo Besari, lahir di Jakarta 12 Mei 1997. Penulis merupakan anak pertama dari Suwarjo dan Ninih Nurhayati. Penulis akrab disapa dengan sebutan Purwo. Purwo memilki satu orang adik bernama Egi Putri Besari. Sekarang tengah menempuh pendidikan di Universitas Negeri Jakarta, prodi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan, angkatan 2015.

Purwo aktif di organisasi kampus, hal ini ditunjukkan penulis dengan menjadi Kepala Departemen Media Center HIMA Manajemen Pendidikan tahun 2016-2017.  Selain itu, penulis juga mengikuti organisasi tingkat universitas yaitu menjadi staf humas di Lembaga Kajian Mahasiswa UNJ. Penulis memiliki ketertarikan di dunia debat. Menurut penulis dengan debat bisa melihat suatu hal dari berbagai perspektif dan meningkatkan daya berpikir kritis.

Beberapa prestasi yang pernah di raih penulis dalam dunia debat diantaranya ialah Juara I Debat Pendidikan Mahasiswa ME FAIR UIN Syarif Hidayatullah Tingkat Nasional tahun 2017, Juara II Debat Keislaman MTQ PAI UNJ Tingkat Nasional tahun 2017, Juara I Debat Sosial Politik UNJ Tingkat Nasional tahun 2017, Juara II Debat Badan Bahasa Kemendikbud Tingkat Mahasiswa se-Jabodetabek tahun 2017 dan menjadi Pembicara Terbaik III Debat Badan Bahasa Kemendikbud Tingkat Mahasiswa se-Jabodetabek. Prestasi internasional penulis ialah menjadi Delegate of Belgium in Asia Youth International Model United Nations 2017, Kuala Lumpur, Malaysia dan peserta Summer Program di Asia University Taiwan 2019.

 

 

 

 

Asrama dan Ingatanku Abadi Tentangnya

Oleh : Rifki Eko Wahyudi

 

Pandemi datang bagai tamu tak diundang, keberadaannya seakan-akan mengejutkan siapa saja yang hidup di muka bumi ini, sebuah hal yang tak sempat terpikirkan sebelumnya, awal 2020 menjadi malapetaka bagi jamak orang. Siapa sangka, dua minggu yang dieluh-eluhkan mampu menormalkembalikan kondisi negara dari terpaan pagebluk nyatanya berlangsung hingga sekarang. Pada akhirnya kita dituntut untuk hidup damai bersanding dengan virus yang tak ramah ini. Namun, dari pandemi aku banyak belajar dan menemukan hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah aku temui, atau bahkan jika pandemi tidak hadir aku pun tak akan menjumpai hal tersebut. Satu diantaranya adalah menjadi bagian dari YAPI.

Entah harus dari mana aku memulai cerita ini, kiranya aku telah membukanya dengan adanya pandemi yang mengantarkanku pada asrama ini. Dua tahun sebagai mahasiswa aku menghuni asrama kampus yang lokasinya tepat berada di wilayah lingkungan kampus, hari-hari kuhabiskan layaknya mahasiswa pada umumnya, kuliah, nongkrong, belajar, dan organisasi. Pada semester empat awal, perkuliahan kusambut dengan gegap gempita, berharap ada banyak kejutan yang akan kutemui di semester baru, baik nilai yang kian melambung, finansial yang stabil, atau bahkan peruntungan bab asmara. Namun, belum ada satu bulan berjalan, tersiar berita bahwa virus yang tadinya di negeri tirai bambu telah masuk ke Indonesia dan kebetulannya orang pertama terkena virus ini adalah orang yang tinggal di kota yang sama dengan kampusku. Menjadi semacam paranoid tersendiri bagi mahasiswa kala itu, dari yang awalnya biasa saja, makin ke sini dengan melihat lonjakan kasus tiap harinya membuat rasa takut juga dan memaksa diri untuk menerapkan protokol kesehatan.
         Perkuliahan pun dihentikan dan secara serampangan mengubah sistem yang tadinya tatap muka menjadi full daring. Asrama kampus memberikan tenggat waktu kepada seluruh warga asrama agar berkemas meninggalkan asrama dan pulang ke kampung halaman masing-masing. Segera aku memikirkan alternatif tempat tinggal setelah aku keluar asrama, jika memungkinkan kondisi normal kembali dalam waktu dekat pun aku harus segera hengkang dari asrama kampus, karena masa tinggal warga maksimal hanya dua tahun.

Aku pun menghubungi salah satu kawan dari daerah yang pernah mengajakku untuk tinggal bersamanya di salah satu asrama. Langsung saja tanpa berpikir panjang aku mengrimkan pesan kepadanya dan dia pun dengan cepat membalas sapaan aku, aku pun mengutarakan maksudku untuk menanyakan suaka. Dia menyanggupi untuk bertemu denganku lusa dan aku mengiyakan hal tersebut.

         Pertemuan itu dilangsungkan di asrama kampus, dia berjalan kaki dari Asrama Wali Songo -pada saat itu aku belum mengetahui namanya- menuju asrama kampus, kurang lebih jaraknya 2 kilo meter dan harus memanjat pagar untuk sampai, karena ini lewat jalur belakang guna memangkas jarak dan waktu tempuh. Kalau mengingat hal ini aku selalu merasa berhutang budi pada kawanku ini. Sesampainya di asrama, beliau menceritakan seluk beluk asrama wali songo, dari sejarah, latar belakang berdirinya, hingga program apa saja di dalamnya, semua beliau jelaskan dengan gamblang pada waktu itu dan ditutup dengan kalimat, “Kalau masih ada yang belum jelas nanti chat saja atau kita bisa ketemu lagi. 

Akhir Maret 2020 aku meninggalkan Jakarta dan kembalai ke kampung halaman di Tuban Jawa Timur. Kurang lebih enam bulan aku menghabiskan waktuku di kampung halaman dan menjalani perkuliahan secara daring di sana. Hingga pada akhirnya aku ditelfon kawanku ini, aku ingat betul kalimat yang diucapkan dalam telefon ini, “Segera balik Jakarta dan ke asrama”. Sebelumnya memang aku telah menjalani serangkaian persyaratan untuk menjadi warga asrama, dari pengumpulan berkas sampai tes wawancara. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar. Bulan September  sebelum berlangsungnya perkuliahan di semester baru, aku memutuskan untuk menginjakkan kaki kembali ke ibu kota. Sesampainya di Jakarta aku langsung menuju Asrama Wali Songo. Tempat yang asri dengan pendopo di dalamnya, menjadikan nuansa pesantren dengan balutan unsur modernasi di dalamnya, sebuah hal yang menarik dibayanganku untuk belajar ilmu agama dan dunia.

Hari-hari pertama aku jalani dengan semangat dan antusias, mengikuti program-program pengurus dan layaknya warga baru di setiap asrama yang mungkin sudah menjadi kultur bahwa warga percobaan atau warga baru ini akan menerima tugas sedikit lebih banyak dari para senior yang telah lama menghuni asrama.Tak apalah, toh di asrama ini tidak ada perpeloncoan yang erat kaitannya dengan penyebutan senior-junior. Semua dijalankan dengan kekeluargaan dan saling bantu satu dengan yang lainnya. Aku begitu nyaman menjalani aktivitas di asrama ini, mulai berdiskusi bertukar pikiran, melatih berbicara di muka umum, dan mendalami ilmu-ilmu agama tentunya. Sampai pada akhirnya aku telah menjalani masa menjadi warga percobaan kurang lebih selama enam bulan dan aku diangkat menjadi warga tetap atas pertimbangan-pertimbangan dari pengurus dan direktur. Dan kini aku menjabat menjadi bendahara asrama, mengurusi keluar masuknya uang asrama.

Sampai kapanpun Asrama Wali Songo akan memiliki tempat di dalam ingatanku. Menjadi bagian dari cerita suksesku kelak di kemudian hari. Bukan sekadar memberikan tempat tinggal, namun juga ilmu untuk bekal meraih sukses dunia dan akhirat. Doa tak henti-hentinya untuk para pendiri Yayasan Asrama Pelajar Islam (YAPI) semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diperbuat dengan surga-Nya. Tak lupa, untuk seluruh teman-teman yang pernah berjuang bersama dalam satu atap naungan Asrama Wali Songo, cerita-cerita denganmu adalah bagianmenarik dalam hidupku. Kelak jika kita bertemu kembali, aku berjanji akan membahas hal lucu yang pernah kau perbuat selama kau menjadi waga asrama. Sukses selalu untuk kita, semoga segala hal yang kita peroleh di asrama dapat kita implementasikan dalam segala langkah menuju jalan keberhasilan.

Menorehkan kisah di secarik kertas kiranya sudah saya lakukan sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Menulis bagi saya adalah media pelepasan menuju sebuah ketenangan. Tidak semua yang ada dalam perjalanan hidup dapat ditampung oleh kepala, ada kalanya menumpahkan sebagian isi kepala melalui tindakan menulis adalah sarana pengurangan beban hidup. Itulah yang pada akhirnya kerap saya lakukan untuk melepas sebuah ketegangan atau yang Sigmund Freud sebut sebagai Katarsis. Menjadi satu hal yang menggembirakan bagi saya ketika YAPI meminta untuk membuat tulisan yang berkenaan dengan asrama, perlu kiranya untuk diketahui bahwa ingatan akan menguap namun tulisan akan abadi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tentang Penulis


 

Penulis bernama RIFKI EKO WAHYUDI  adalah seorang yang gemar berpetualang mengarungi kesendirian di tengah keramaian. Menjadi hal yang menarik bagi saya ketika berjumpa dengan orang baru dan berbincang membahas bab riwayat hidup. 25 Oktober 1999 adalah awal sejarah penulis dimulai, lahir dan tumbuh menjadi dewasa di kota kecil pesisir pantai utara Tuban Jawa Timur, keras dan panas adalah dua hal yang identik dengan wilayah pesisir, hal ini kerap disandingkan dengan karakteristik orang-orangnya, namun hal inipun tak bisa dipukul rata, lingkungan yang membentukku menjadi sosok yang tidak pada umumnya, saya tumbuh menjadi pribadi yang pendiam dan tak peduli dengan hal yang tak seharusnya saya pikirkan, menjalani hidup seturut dengan kata hati nurani.

Memulai mengenyam bangku pendidikan sekolah dasar di SDN Glodog, yang mana merupakan satu-satunya SD negeri di desa saya. Kemudian melanjutkan sekolah menengah di SMPN 1 Palang yang merupakan sebuah sekolah kebanggaan warga desa di kecamatan saya. Dilanjut dengan mencoba peruntungan untuk mendaftar di salah satu SMA unggulan di kota Tuban, yakni SMA Negeri 1 Tuban dan pada akhirnya Tuhan mengizinkan saya untuk menimba ilmu di tempat ini, dari sekolah inilah pola pikir saya mulai terbuka dan hidup semakin punya arah akan kemana setelahnya.

Lulus SMA adalah satu tantangan sendiri dan akhirnya saya mencoba peruntungan untuk kedua kalinya dengan mendaftar di salah satu universitas terbaik di negara ini, kampus yang diidam-idamkan oleh para siswa dan orang tua, berkat rahmat Allah SWT pada tahun 2018 saya diterima di Universitas Indonesia, dari sanalah saya mulai membuka pandangan terhadap dunia dan ini adalah gerbang awal saya menjadi bagian dari asrama Yayasan Asrama Pelajar Islam (YAPI)  .

 

 

Harapan Yang HampirPpadam

Oleh : Sonia Syuhada

 

        Pada tanggal 28 september 2018 saya memberanikan diri berangkat ke Jakarta dengan perlengkapan dan bekal seadanya, dengan bertujuan untuk melanjutkan pendidikan saya di STEBank islam Mr. sjafruddin prawiranegara besar harapan orang tua saya agar saya bisa melanjutkan pendidikan, sebelum saya pergi meninggalkan rumah ibu saya berpesan “kamu harus lebih baik dari kami, inggat kemiskinan bukan faktor keturunan, Kamu harus bisa mengangkat derajat kami” tak terasa air mata menetes tak terbendung saya berusaha untuk menahan tangis agar terlihat kuat di depan orang tua saya berat rasanya meninggalkan mereka, tetapi menuntu ilmu juga adalah suatu kewajiban saya sebagi anak untuk berbakti kapada kedua orang tua yang sangat menaruh harapan besar kepada saya.

        Setelah saya sampai di jakarta saya harus bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru, karena saya awal-awal datang agak sulit untuk beradaptasi karena saya tipe orang sulit akrab dengan orang baru tapi kalau sudah kenal malah suka malu maluin hehehe. kegiatan di kampus dan di asrama putrafatahillah yang hampir semua kegiatannya padat dengan al qur’an kadang saya agak kewalahan karena saya bukan berlatarbelakang pesantren jadi agak sulit untuk menyesuaikan dan harus banyak balajar. Apalagi harus dibarengi dengan menghafal al-qur’an, kuliah dan mengikuti agenda kegiatan asrama awalnya memang berat untuk menjalaninya dan saya hampir putus asa, karena saya merasa tertinggal oleh teman teman saya yang notabene dari pesantren saya tidak menyerah begitu saja sanya mencoba mengejar kertertinggalan itu dan akhirnya saya bisa mengejar ketertingalan itu walaupun itu tidak mudah dan butuh tenaga lebih untuk mengejar ketertingalan dalam menghafal al-qur’an.

Setiap saya merasakan lelah dan ingin menyerah entah kenapa selalu terbersit dalam pikiran saya tentang perkataan ibu saya dan itu selalu menjadi acuan saya untuk terus melanjutkan perjuangan untuk bisa melanjutkan semuanya karena banyak harapan yang harus diwujudkan. Akhirnya setelah hapir satu tahun saya menjalani semuanya saya mulai terbiasa dan bisa membagi waktu antara menghafal al-quran dan kuliah dan Banyak sekali pembelajaran, pengalaman, ilmu dan saya juga banyak bertemu dengan orang orang baru selama saya satu tahun tinggal di asrama darul qur’an fatahillah dan kuliah di STEBank islam Mr. sjafruddin prawiranegara.

        Dengan berjalannya waktu tak terasa qodarullah pada suatu hari ditengah kesibukan suasana kegiatan asrama tiba-tiba ada suatu konflik yang terjadi pada asrama tempat tinggal kami dikarenakan ada masalah internal antara pihak yayasan putra Fatahillah dan anak atau keluarga dari almarhum bapak Am fatwa pendiri asrama darul quran fatahillah dan STEBank Islam Mr. Syafruddin prawiranegara. Semenjak itulah kondisi asrama dan kampus tidak terkendali dan terombang ambing dan Bukan hanya itu saja masalahnya pada 5 Agustus 2019 mengalami suatu peristiwa kebakaran yang menghabiskan semua gedung asrama yang kami yang tinggali dan itu membuat kami trauma dan susah untuk melupakan kejadian tersebut. Selelah semua kejadian itu Saya sendiri bingung tidak tahu akan melanjutkan ke mana Karena saya resah hampir kehilangan harapan saya untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi karena semua peristiwa itu, setelah hampir satu tahun kami terobang ambing oleh keadan yang yang rumit dan sulit.

Tetapi setelah melalui proses yang perjalana panjang dan dibarengi dengan doa doa yang kami langitkan demi keberlangsungan kampus STEBank. alhamdulillah semua keresahan itu hilang setelah mendengar ada kabar baik dengan izin Allah kami bisa bergabung dengan YAPI. Yayasan yang awalnya menaungi tiga asrama khusus putra yaitu ASGJ (asrama sunan gunungjati), ASG (asrama sunan giri), AWS (asrama wali songo) dan setelah kami masuk dan bergabung menjadi bagian dari YAPI, dan didirikan lah asrama khusus putri pada 13 september 2020

        Saya sangat bersyukur bisa masuk dan menjadi salah satu bagian dari YAPI karena YAPI sangan berperan banyak atas kelangsungan perjalanan hidup dan harapan saya. Saya selalu berfikir mungkin dengan adanya semua musibah yang terjadi ini adalah salah satu takdir Allah mempertemukan saya dengan orang-orang hebat seperti para pembina dan para pengurus YAPI banyak sekali pengalaman yang bisa diambil semenjak saya tinggal dan bergabung di asrama YAPI mulai dari bagaimana cara berorganisasi dengan baik, bagaimana melakukan pengkaderan yang baik

YAPI sangat memfasilitasi semua kegiatan dari mulai keilmuan, fasilitas asrama, beasiswa dan masih banyak lagi fasilitas fasilitas yang YAPI sediakan. saya sangat bersyukur bisa bergabung di asrama YAPI saya merasa ini jalan terbaik ya Allah berikan kepada saya dan teman-teman agar bisa menjadi lebih baik. Harapan setelah saya lulus dari Asrama Putri YAPI semoga saya bisa mencontoh para tokoh tokoh pendiri YAPI dan bisa menerapkan dan berbagi ilmu yang sudah saya dapat selama tinggal di asrama YAPI. Semoga YAPI semakin sukses, semakin berkembang , dan semakin maju.

 

 

 

 

 

 

 

 

Tentang Penulis


        Nama saya Sonia Syuhada teman teman asrama biasa memangil saya dengan sapaan sonson, con, son, nia dan saya paling tidak suka kalau ada yang memanggil saya dengan sapaan soni karena itu nama ayah saya wkwkw. saya ahir di karawang, tanggal 02 Oktober 2000. anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Soni Nana Mulyana dan Ibu Cucu Syuhada. Saya menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Payungsari 2 Pedes.

Menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Tarbiatul Banin Cirebon, menyelesaikan Pendidikan Menengah Atas di SMAN 1 Pedes, dan saat ini saya sedang menempuh pendidikan di STEBank Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara fakultas Ekonomi dan Bisnis, program studi Perbankan Syariah angkatan 2018

        Selain berkuliah saya juga amengajar di salah satu TK di jakarta pusat yaitu di TK Darull Adzkiyya ditahun 2022, saya juga menjabat sebagai Sektetasis asrama putri YAPI selama dua periode darimulai awal tahun 2021 sampai 2022 dan saya juga mengikuti beberapa organisai internal dan eksternal yaitu anggaota HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) komisariat STEBank 2020 - 2021, BEM (Badan Eksekutip Mahasiswa) STEBank 2022 -2023, dan menjadi anggota KMD angkatan 17 (Kader Mujahid Da’wah).

 

 

 

AKU DAN RUMAH PENGKADERAN YAPI

Oleh : Abdul Jamil Maihimmi

 

    Yayasan Asrama Plajar Islam (YAPI) merupakan yayasan yang memfasilitasi Mahasiswa khusus luar Jakarta yang merantau ke Jakarta, yayasan beralamat di Jl. Sunan Giri, Rawamangun, Jakarta Timur. Yayasan Asrama Pelajar Islam sewaktu aku pertama kali datang memiliki tiga asrama yaitu Asrama Sunan Gunung Jati (ASGJ), Asrama Sunan Giri(ASG), dan Asrama Wali Sanga(AWS), semua asrama ini di khususkan untuk mahasiswa luar jakarta, dan untuk saat ini telah memiliki 4 (empat) Asrama yakni menambah satu asrama yang dikhusukan untuk mahasiswi yaitu Asrama Putri(ASPURI). Itu sedikit tentang Yayasan Asrama Islam.

    Awal perjalanan aku mengenal Yayasan Asrama Pelajar Islam dan masuk di asrama YAPI, yaitu tepat pada akhir tahun 2019 di desa Mlagen, Kec.Pamotan, Kab.Rembang. Setelah selesai menamatkan pendidikan Madrasah Aliyah Darul Huda di desa Mlagen, aku ikut kakak ke Jakarta untuk menempuh pendidikan selanjutnya di Sekolah Tinggi Ekonomi dan Perbankan (STEBANK) Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara Jakarta, saya berangkat ke Jakarta bersama 1 teman lagi yang berasal dari Demak yang bernama Rifki.

    Sesampainya di kota yang begitu besar dan penuh bangunan-bangunan tinggi, aku dan rifki tidak langsung masuk ke asrama kampus melainkan di antar ke tempat sementara para mahasiswa Kampus yang berada di Rawasari, yaitu di lantai dua bangunan sekolah. Setelah diantar ke tempat tinggal sementara para mahasiswa oleh kakakku disitulah aku baru merasakan atmosfir yang berbeda dari biasanya, yang awalnya tinggal bersama keluarga, Kini aku tinggal dengan orang asing yang belum pernah kutemui, setelah beberapa hari aku mulai akrab dengan para senior di sana dan diberitahu sedikit mengenai kampus dan perjalanan mereka sampai di tempat ini.

    Senior yang pertama kali aku dan rifki kenal adalah bang Ande dan bang Mahlil yang berasal dari tanah Aceh, sesuai apa yang saya dengar Kampus yang aku tuju berada di daerah Sentiong dan di sana juga ada asrama khusus untuk mahasiwa-mahasiswinya, namun sebab ada musibah yang membuat mahasiswanya harus di ungsinkan dan bahkan kampus mau dipindahkan  pengelolaan yayasannya. Setelah hampir satu bulan lebih di tempat tinggal sementara, aku dan temanku Rifki diberitahu seniorku bahwa seleksi dan pendaftaran masuk kampus telah dibuka, dan pendaftaran masuk kampusnya dilaksanakan di gedung YAPI, awalnya aku belum tahu YAPI itu apa dan dimana ?.  Namun disinilah awal mula aku mulai mengenal dan pertama kali masuk ke gedung YAPI dan pertama kali juga aku dan Rifki kenal apa itu yang namanya GRAB, kemudian kita berdua naik grab dan di antar ke gedung YAPI.

    Sesampainya di gedung YAPI aku dan Rifki langsung masuk dan diarahkan untuk naik kelantai dua gedung dan masuk ke sebuah ruangan untuk ikut seleksi dan daftar masuk kampus, pada waktu itu ada tiga orang yang ikut seleksi sambil menunggu penyeleksi hadir, aku dan Rifki dan satu orang lagi kami berbincang dan saling berkenalan, setelah beberapa saat penyeleksinya datang dan langsung duduk di depan kita, disini aku kaget kerena yang menjadi penyeleksi di kampus ini merupakan orang yang aku kenal beliau tinggal satu kampung denganku, yang kutahu saat itu beliau menempuh pendidikan di Semarang unuk S1 dan ke Jakarta untuk melanjutkan S2 nya beliau adalah Pak Najib, kemudin setelah selesai seleksinya aku dan pak Najib berbincang sedikit lalu pulang.

    Kemudian beberapa minggu setelah seleksi masuk kampus dan alhamdulilah bisa lolos dan masuk sebagai mahasiswa STEBANK, namun ada kabar bahwa kampus kita dipindahkan ke Yayasan Asrama Pelajar Islam dan mahasiswanya diharuskan untuk masuk dan tinggal di asrama yang dimiliki oleh Yayasan baru yang menaungi kampus kita, tak berselang lama aku, Rifki, bang Andre, Mahlil, Ardian dan Fajar kemudian memutuskan untuk pindah ke Asrama Sunan Giri yang lokasinya tidak jauh dari gedung YAPI. Di sinilah awal mula aku kenal dengan asrama YAPI, dimana aku, Rifki dan 4 seniorku langsung masuk pada waktu itu diketuai bang Restu Saputra.

    Awal masuk ke asrama Sunan Giri, sebelum aku diterima menjadi warga, kita diwawancarai dahulu oleh para pengurus dan direktur asrama. Kemudian jika memenuhi persyaratan kita diterima untuk tinggal di asrama .  Setelah kita diterima sebagai warga dan tinggal di asrama kita mendapatkan banyak sekali fasilitas, mulai dari tempat tidur, lemari /tempat baju, Wifi, kamar mandi, dan masih banyak lagi, namun untuk warga baru yang datang di asrama sunan giri dikenakan biaya pangkal atau yang bisa disebut sebagai uang untuk membeli kasur dan juga bantal, mereka menyebutnya uang pangkal.

    Setelah tinggal di asrama sunan giri beberapa minggu kita mendapatkan informasi bahwa akan dilaksanakan tes sebagai awarga baru YAPI atau yang disebut dengan Organ, dimana dilaksanakan di gedung utama YAPI atau YAPI Center di sana kita harus masuk di beberapa pos yang telah disediakan oleh panitia atau pengurus asrama yang ada di sana, di dalam pos-pos ini kita disuruh memperkenalkan diri. Kemudian menceritakan singkat riwayat pendididkan kita, ada beberapa pertanyaan dan perintah dari pengurus asrama disetiap posnya, di dalam kegiatan organ inilah aku tahu bahwa ada asrama lain selain asrama sunan giri, yaitu asrama sunan gunung jati, dan asrama wali sonoa sebab di dalam kegiatan organ ini kita juga dijelaskan mengenai YAPI dan asrama-asramanya.

    Selesai kegiatan organ selanjutnya kita melanjutkan kegiatan dan agenda-agenda asrama yang begitu banyaknya, mulai dari piket bersih-bersih, kajian, sholat berjamaah, penyampaian makalah, dan banyak lagi. Di asrama sunan giri , warganya dituntut untuk menjalankan program yang telah disusun oleh pengurus asrama. Setelah beberapa bulan di asrama dengan  kegiatannya yang padat, di dalam atau pun di luar asrama, aku  yang dasarnya orang yang belum bisa menyesuaikan diri dengan alur jalannya asrama dan lebih suka menuruti kesenangan hati. Melakuakan hal-hal  yang kurang baik dengan mulai tidak pernah ikut kegiatan, rapat, sholat jama'ah di asrama, keluar tanpa izin pengurus, dan sampai pernah aku dipanggil pengurus asrama tapi aku tidak datang, karena waktu itu aku masih kurang pengalaman di dunia luar dan kurang bersosialosai menjadikan aku yang lebih memilih hal yang aku sukai dan sering tidak ada di asrama watu itu.

    Kemudian setelah begitu banyak kesalahan yang aku buat di asrama sunan giri, oleh keputusan para pengurus asrama aku dikeluarkan dan dipindahkan ke asrama Sunan   Gunung  Jati sesuai arahan dari para pengurus asrama yang merasa kasihan kepadaku. Kemudian dengan berbagai derama di asrama sunan giri sampai-sampai kakakku sampai menelfon dan marah semarahnya kepadaku dan itu merupakan hari yang sangat apes bagiku. Kemudian aku pindah asrama dari asrama sunan giri ke asrama sunan gunug jati, kira-kira itu di pertengahantahun 2020 aku pindah ke asrama sunan gunung jati.

    Dengan sesuai prosedur yang hampir sama dengan asrama sunan giri, di asrama sunan gunung jati aku juga harus diwawancara terlebih dahulu dengan para pengurus dan direktur asrama, aku ingat betul waktu pertama kali aku datang ke asrama sunan gunung jati ini , yaitu pada malam hari dan aku suruh untuk langsung istirahat di kamar, waktu itu aku di arahkan untuk beristirahat dikamar no 4 dan aku satu kamar dengan bang Gufran, selang bebrapa hari kemudian aku di wawancarai oleh para pengurus dan direktur asrama sunan gunung jati yang  waktu itu di ketuai oleh bang Doni dan Direktur asrama pak Paid Ponandang, di sinalah aku mendapatkan satu kesempatan untuk lebih dalam mengenal YAPI dan asrama-asramanya.

    Kehidupanku setelah masuk ke asrama baru ini di awal-awal masih terus menyendiri dengan sering mengurung diri di kamar, lama sampai beberapa minggu masih terus mengurung diri dan jarang ikut kegiatan samapai suatau saat aku dipanggil pengurus untuk evaluasi warga dan mendapatkan banyak keluahan dan dengan berbagai alasan para pengurus bisa memakluminya, kemudian setelah evaluasi dengan pengurus aku kemudian dipanggil untuk bertemu direktur asrama, dengan diberikan banyak sekali arahan, motivasi dan renungan dari direktur asrama aku kemudian mulai berubah yang awalnya suka tidak ikut kegiatan mulai ikut kegiatan, yang awalnya jarang ikut sholat berjama'ah mulai ikut sholat jama'ah, kegiatan di asrama sunan gunung jati sebenarnya tidak jauh beda dengan sunan giri namun yang istimewa di asrama ini adalah rasa kekeluargaannya yang begitu kental.

    Di asrama sunan gunung jati ini aku mulai bisa bersosialisasi mulai berani menyampaikan gagasanku walau dengan nada yang terbata-bata. Di sinilah aku mulai banyak belajar tentang segala hal yang mungkin jarang orang dapatkan di tempat tinggalnya, menjadi panitia PHBI, kurban, syiar ramadhan dan banyak lagi kegiatan yang sifatnya untuk masyarakat sekitar. Setelah begitu banyak hal yang dilewati tepat pada tahun 2021 dalam acara RTW (Rapat Tahunan Warga) aku di percaya untuk menjadi bendahara asrama sunan gunung jati dan menjalankan tanggung jawab selama satu tahun dengan berbagai macam kegiatan, drama, masalah, susah, senang, dan suka duka. Banyak hal di tahun 2021 kita lewati bersama pengurus dan waarga asrama.

    Kemudian ditahun 2022 aku dipercaya untuk memimpin asrama sunan gunung jati sampai sekarang masih berjalan semoga aku bisa memenuhi apa yang dibutuhkan warga dengan kapasitas diriku yang masih perlu banyak pengalaman, masih perlu banyak belajar, masih perlu banyak arahan, masukan, kritikan, supaya dapat menjadi pengurus yang baik.

    Sampai di sini ceritaku tentang asrama atau rumah pengkaderan YAPI semoga yayasan dan asrama-asramanya menjadi lebih maju lagi dan dapat menumbuhkan bibit-bibit yang unggul, menghasilkan pemimpin-peminpin bangsa yang baik sesuai tuntunan Al-Quran & hadis .  Amiin.

 

 

 

 

 

 

Tentang Penulis


Abdul Jamil Maihimmi lahir di Rembang, Jawa Tengan, pada tanggal 20 Mei 2001, anak ketiga dari tiga bersaudara, pasangan Alm. Bpk Zaenuri dan Ibu Umi Sa’diyah. Menyelesaikan pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiayah Darul Huda Mlagen, Pendidikan menengah di Madrasah Tsanawiyah Darul Huda Mlagen, Menyelesaikan sekolah atas di Madrasah Aliyah Darul Huda Mlagen. Saat ini sedang melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ekonomi dan Perbankan Islam Mr.Sjafruddin Prawiranegara Jakarta, Jurusan Perbankan Sayariah.

Pengalaman Organisasi Ketua Osis MTs Darul Huda Mlagen tahun 2016, Anggota Pramuka Dewan Kerja Gudep(DKG) MTs Darul Huda 2016, Anggota Pramuka Dewan Kerja Ranting(DKR) tahun 2017 Kec.Pamotan, Anggota Osis MA Darul Huda Mlagen tahun 2018-2019, Ketua Oganisasi IPNU Ranting Mlagen tahun 2017, Anggota Dewan Kerja Ambalan(DKA) MA Darul Huda tahun 2018, Anggota HMI Dipo cabang Jakarta, Anggota HMI Komisariat STEBANK Jakarta, Anggota BEM STEBANK JAKARTA, Bendahara Asrama Sunan Gunung Jati 2021, Ketua Asrama Sunan Gunung Jati 2022.

 

 

Aplikasi SIMONAS untuk Warga Asrama YAPI

Oleh : Adi Sumardi

 

Di saat yang lain membahas niat dan keyakinan ketika pertama kali menginjakan kaki di Jakarta untuk mencari ilmu, mungkin saya tidak akan membahas terlalu dalam, karena memang semua hal yang tidak didasari oleh niat dan keyakinan pasti tidak akan sampai seperti sekarang. Semua orang pasti memiliki langkah yang berbeda dan cerita yang berbeda. Disini saya mencoba menyampaikan pengalaman saya membuat sebuah sistem aplikasi monitoring untuk warga asrama.

Asal mula pembuatan aplikasi ini adalah berawal dari Direktorat Keasramaan YAPI yang dipimpin oleh Bapak Drs.H. Ade Kusnandar, M.Pd., dimana awal mula munculnya pemikiran untuk membuat sistem aplikasi monitoring warga asrama ini adalah dokumentasi kegiatan masing-masing asrama yang kurang rapih, untuk database warga asrama, dan yang paling utama adalah untuk memonitoring semua aktifitas warga asrama YAPI. Sebenarnya ide untuk pembuatan aplikasi ini sudah ada sejak saya masih baru tinggal di Asrama Sunan Giri. Namun, ide hanyalah sebuah ide dan tanpa sebuah gerakan selamanya tidak akan terwujud. Di sini saya mencoba sebuah tantangan yang menurut saya menarik sekaligus mengasah kemampuan saya dalam hal programming serta membuat sebuah aplikasi dari nol. Pembuatan aplikasi ini memang sedikit sulit, karena belum adanya konsep yang matang dan penentuan fitur apa saja yang dicantumkan masih belum terpikirkan dengan baik. Sehingga dalam pengerjaannya aplikasi ini berjalan secara bertahap dan memiliki perubahan yang sangat banyak pada proses pembuatannya.

Bukan seorang programmer namanya jika dalam pembuatan aplikasi tidak memiliki kendala error dan masalah pada aplikasi. Hal ini yang saya alami ketika membuat aplikasi SIMONAS ini. Tidak seperti halnya pembuatan aplikasi yang lainnya yang membutuhkan tiga atau empat orang, khusus aplikasi SIMONAS ini dalam pembuatannya dilakukan oleh saya sendiri, mulai dari merancang database, membuat flow atau alur aplikasi, bisnis proses aplikasi, dan mendesain tampilan aplikasi.

Bulan September 2020 adalah proses awal saya memulai proyek pembuatan aplikasi SIMONAS ini dan selesai pada Bulan Maret 2021. Saya membutuhkan waktu sekitar tujuh bulan dalam pembuatan aplikasi ini, sehingga benar-benar bisa dikatakan layak digunakan dan tidak terjadi adanya sebuah error. Sebuah tantangan yang cukup rumit dan tekanan untuk cepat menyelesaikan aplikasi ini pun juga sangat tinggi. Dimana dengan waktu sekitar tujuh bulan dan seharusnya dikerjakan minimal oleh tiga orang, disini saya mengerjakan hanya seorang diri dalam pembuatan aplikasi SIMONAS ini.

Pada akhirnya setelah proses pembuatan aplikasi yang tidak mudah serta berbagai rintangan yang ada, aplikasi Sistem Monitoring Warga Asrama (SIMONAS) ini sekarang telah digunakan oleh seluruh warga asrama YAPI. Namun demikian, banyak juga yang memberikan tanggapan miring serta tanggapan yang kurang mengenakan terhadap aplikasi ini yang terlontar bahkan dari warga asrama YAPI sendiri, akan tetapi semua tanggapan dan semua kritikan yang masuk tidak akan berguna kalo kita tidak melakukan apa-apa. Dalam pembuatan aplikasi ini saya berusaha menuangkan ide, waktu, pikiran, dan tenaga untuk mendapatkan hasil sebuah karya yang mungkin menjadi kenang-kenangan saya ketika saya sudah keluar dari asrama. Semoga dengan adanya aplikasi ini bisa menjadi sebuah gerakan yang lebih baik dalam dokumentasi kegiatan asrama dan database warga maupun alumni warga asrama YAPI untuk kedepannya.

Aplikasi SIMONAS sendiri bisa di akses melalui link : https://asrama.yapi.or.id dan fitur yang terdapat didalam aplikasi tersebut sangat banyak, mulai bisa registrasi sendiri dengan role sebagai warga asrama maupun alumni asrama. Fitur masing-masing role pun didalamnya berbeda sesuai dengan hak akses yang diberikan. Untuk kedepannya mungkin aplikasi ini akan menjadi sebuah aplikasi yang sangat komplek dan menjadi aplikasi yang berpotensi untuk ajang silaturahmi antara warga asrama dengan alumni.

 


 

                                                                                                 Tentang Penulis

                                                                       

 

Adi adalah nama panggilan saya sehari hari, nama lengkap saya Adi Sumardi yang lahir pada tanggal 15 Agustus 1996 di Karawang. Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara dan anak pertama dari keluarga besar saya yang bisa mengenyam jenjang pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Universitas Negeri Jakarta adalah tempat dimana saya kuliah pada jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer dan pada tahun 2022 sudah menyelesaikan studinya. Asrama Mahasiswa Islam Sunan Giri adalah tempat tinggal selama berkuliah dan tempat belajar ilmu yang tidak didapatkan didalam kampus.

Menulis adalah hal yang berat bagi saya, karena memang saya lebih suka dalam bidang desain grafis dan programming. Namun dengan adanya gerakan dari direktorat keasramaan YAPI untuk gerakan menulis warga asrama, hal ini menjadi hal yang menarik untuk saya bisa menuangkan tulisan saya yang setidaknya saya menceritakan pengalaman saya masuk ke asrama sampai sekarang, bahkan mungkin ini menjadi sedikit coretan kenangan sebelum saya keluar dari asrama.

 

 

 


 

 


Langkah Faizah Masuk Asrama YAPI

Oleh Nur Faizah

 

 

  Menempuh jenjang pendikan yang tinggi tentunya menjadi harapan untuk anak dan orang tua. Akan tetapi tidak semua dari mereka bisa mewujudkan keinginan itu. Oleh karena itu, sebagai manusia kita diwajibkan untuk berikhtiar dalam hal apapun termasuk pendidikan. Salah satu cara saya untuk mewujudkan cita-cita yaitu dengan mencari beasiswa. Saya terlahir dari keluarga yang sederhana di bidang ekonomi, bapak saya seorang nelayan dan ibu saya hanya ibu rumah tangga. Penghasilan bapak saya sebagai nelayan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi jika untuk membiayai saya kuliah, penghasilan tersebut tidak mencukupi. Meskipun dalam keadaan ekonomi keluarga yang tidak mendukung, tetapi hal itu tidak menjadi alasan saya untuk tidak melanjutkan pendidikan.

Awal masuk asama

  Kata orang, hidup di asrama itu ada enaknya, tapi ada juga tidak enaknya. Enaknya kita bisa belajar mandiri alias belajar hidup jauh dari orang-orang terdekat, terutama orang tua. Dan kita juga bisa melatih diri untuk bisa lebih baik lagi. Dan gak enaknya kita jauh dari orang tua. Awal menginjakkan kaki di Jakarta saya tahu asrama Yapi dari senior.

Di asrama Yapi saya bertemu dengan banyak orang, yang datang dari berbagai daerah dan tentunya berbagai karakter. Hal itu membuat saya harus bisa mengontrol emosi. Karena, bukan hanya sekedar persamaan yang membuat kita semakin menjadi erat, tetapi bagaimana menerima perbedaan dan berdamai dengannya.

Hari demi hari telah saya lalui hidup di asrama, banyak kegiatan yang kami lakukan bersama. Mulai dari menghafal qur’an, shalat berjama’ah, masak bareng, belajar bareng dan banyak hal lain yang telah kami lakukan. Hal  itu membuat kami menjadi manusia yang lebih baik, dan menjadi manusia yang lebih disiplin.

Melalui lembaga Yapi saya bisa tinggal gratis di Jakarta, Yapi memberikan beasiswa (asrama) kepada saya. Tujuannya untuk membantu para pelajar atau mahasiswa supaya dapat mencari ilmu yang sesuai dengan bidang yang hendak dikuasai, yang paling utama bagi yang memiliki masalah dalam pembiayaan. Dengan adanya beasiswa Yapi ini telah mengantarkan saya untuk meraih mimpi.

Banyak rencana yang akan saya lakukan setelah keluar dari asrama Yapi, diantaranya: saya ingin melanjutkan kuliah S2, dan saya ingin menciptakan lapangan kerja agar bisa membantu masyarakat dan mengurasi tingkat kemiskinan di Indonesia.

 

 

 

HAFALAN KU.......

Aku tau kau hafalanku

Meninggalkanmu sekejab maka akan menghilangkanmu seluruhnya

Berpaling darimu sesaat maka akan membuatmu sulit kembali

Aku memahami mu yang ingin selalu ku jaga

Aku mengertimu yang selalu ingin bersama.

 

                                                           

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIODATA PENULIS

              


Nama : Nur Faizah

Tempat, tanggal lahir : Sumenep, 9 November 1998

Alamat : Dusun Somor Agung, RT/RW 002/003 Desa Banbaru, Kecamatan Giligenting

No HP : 087876012352

Email : izahnur245@gmail.com

Status : Mahasiswa

Moto hidup : Jaga Qur’anmu maka kamu akan dijaga

Riwayat Pendidikan SD dan MTS di Pulau Giliraja, Madrasah Aliyah di Pulau Giliraja Kabupaten Sumenep lulus tahun 2016. Sekarang menempuh pendidikan S1 di kampus STEBANK Mr. Sjafruddin Prawiranegara Jakarta.

April 08, 2022

 

 

 

 

 

DERAP LANGKAH PERJUANGAN

Oleh Sifa Nasamatul Mufidah

 

Tanggal 22 Juli 2017, memulai dengan lembaran dan kisah baru. Ketika orang-orang sibuk dengan pilihan masing-masing untuk mengejar cita-cita, berbeda denganku yang harus mengikuti kemauan dari orang lain. Hal ini bukan tanpa alasan, singkat cerita Ramadhan 2017 terjadi pelecehan yang melibatkanku dan membuat ramai desa pada malam itu. Kejadian itu cukup membuat trauma untuk diriku sendiri maupun keluargaku. Sehingga sebisa mungkin pada saat itu mereka berusahan mencari tempat yang bisa membuatku jauh dan dengan harapan aku bisa lupa dengan sekejap.

Akhirnya dengan kenalan Kakak ku yang merupakan dosen serta mentor di asrama putri lama yang bertempatan di Jakarta Pusat, disitulah aku dititipkan. Aku memulai dengan kebiasaan dan lingkungan baru yang sebelumnya belum pernah aku tau. Disaat aku harus bisa menghafal, mengikuti kelas di asrama dan berkuliah secara bersamaan. Cukup susah bagi aku yang masih awam dan masih memiliki trauma dengan lingkungan baru. Hampir 3 tahun aku hidup dengan bayang-banyang yang cukup menyeramkan, karena aku merasa diikuti dimana aku ada. Mimpi yang setiap malam membuat menangis dan ketakutan, tapi ngga tau harus cerita dan bilang kesiapa. Karena kakak aku pernah memberi suatu kalimat “itu adalah aib”. Tapi aku tidak setuju dengan pernyataan itu, karena bagi ku, aku adalah korban bukan pelaku yamg dengan sengaja melalukan itu.

Dari situ aku mulai bangkit untuk diri aku sendiri dan tidak memikirkan lagi tanggapan yang membuatku down. Aku mulai menjalankan kuliah dan kegiatan seperti yang dilakukan orang-orang. Mulai bangkit dengan menyibukkan dengan segala hal dan mulai menerima diri sendiri dengan segala kisah yang sudah berlalu. Waktu berlalu, hingga terjadi konflik internal yang melibatkan pihak kampus dengan keluarga pendiri Yayasan Putra Fatahillah. Dari konflik tersebut kami mulai terpecah dan kegiatan kuliah serta kampus mulai tidak beraturan. Setelah beberapa bulan mulailah pihak kampus dan asrama berdiskusi dan sebagainya dengan pihak Yayasan Asrama Pelajar Islam (Yapi) Rawamangun. Untuk bekerja sama mempertahankan asrama serta kampus di kepemimpinan yayasan tersebut.

Tetap pada tahun 2020, kampus Sekolah Tinggi Ekonomi dan Perbankan Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara dan Asrama resmi diambil alih oleh Yapi. Yapi sendiri merupakan yayasan yang menaungi 3 asrama laki-laki, yaitu Asrama Sunan Giri, Asrama Sunan Gunung Jati dan Asrama Walisongo yang tersebar dibeberapa titik.

 

 

 

 

 

Kami masuk menjadi warga asrama YAPI dengan nama saat ini Asrama Putri yang berada di Rawamangun tepatnya Jl. Balai Pustaka 1. No. 14, Rt 03 Rw. 10 Rawamangun. Di asrama ini aku belajar banyak hal tentang bagaimana mengatur waktu yang cukup padat. Pada tahun 2020 aku diamanahkan tugas sebagai sekretaris dan bendahara cadangan. Semua aku jalani dengan sepenuh hati, karena yakin bahwa setiap hal iyu ada nilai positif yang bisa aku ambil untuk pelajan serta motivasi dimasa yang mendatang. Seperti saat ini ketika aku harus menyelesaikan penelitian skripsi aku tidak terlalu sulit untuk sitematika penulisannya.

Dengan adanya asrama-asrama Yapi ini aku berharap banyak menjadikan kader-kader yang pastinya bermanfaat untuk semua orang, baik dalam bidang sosial, berintelektual dan siap memajukan generasi muda penerus bangsa. Karena asrama YAPI tidak hanya menyediakan tempat tinggal untuk pelajar yang berasal dari luar daerah tetapi juga memberikan fasilitas yang baik dan memadai.


 

TENTANG PENULIS

 


 

 

Sifa Nasamatul Mufidah, lahir pada 12 Juni 1998 di Kebumen Jawa Tengah, anak ke 7 dari Bapak Ahmad Rojani dan Ibu Sujiyem.

Saat ini masih menjadi mahasiswa di kampus Sekolah Tinggi Ekonomi dan Perbankan Islam Mr. Sjafruddin Prawiranega Jakarta dan insya allah akan lulus tahun ini.

“Don’t be afraid of being diffetent, be afraid of being the same as everyone alse.”






Awal  Azrina Masuk Asrama YAPI

Oleh : Azrina Nurul Hidayati

 

Sebelumnya, saya mohon maaf apabila dalam tulisan ini dan (mungkin) tulisan selanjutnya ada segelintir orang/pihak yang tersinggung atau ada kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca. Saya membuat tulisan ini bertujuan hanya untuk berbagi pengalaman. Perlu diketahui bahwa sebelum saya masuk/pindah ke asrama YAPI ini, saya telah tinggal sekitar kurang lebih selama 3 tahun di asrama Daarul Qur’an Fatahillah Jakarta Pusat. Banyak kenangan? Tentu saja, dimulai dari perdramaan awal masuk asrama, susahnya beradaptasi di lingkungan yang baru, ya tentu saja semua orang pasti akan meglami ha ini mungkin bedanya tergantung bagaimana orang tersebut menanganinya. Saya sendiri sebenernya sudah terbiasa tinggal sendiri, karena sebelumnya juga pernah mondok pas aliyah selama 3 tahun di Ponpes YAFATA Kalijati, Subang. Tapi entah kenapa pas masuk asrama itu benar-benar susah beradaptasi, mungkin saya yang notabenenya dari kampung terus pindah ke kota jadi agak kaget sama lingkungannya, belum lagi ketemu teman-teman dari berbagai daerah dengan beragam budaya dan sifatnya.

Tahun 2017 memasuki semester baru dunia perkuliahan dan segala macam kegiatan dan organisasi. Dipikir-pikir capek juga sebenarnya, tugas kuliah yang setiap dosennya pasti ada aja, tugas asrama, belum lagi memasuki semester 5 yang mulai terjun di organisasi internal kampus berbarengan dengan pemilihan pengurus asrama baru yang kandidat dan calon anggotanya tentu saja angkatan saya. Namun, dibalik semua lelah itu tentunya banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil, baik itu dari organisasi maupun kehidupan asrama dan kampus itu sendiri.  Dan hari-hari pun berlalu begitu cepat, di tahun 2019 ini agak sedikit lebih berat dari tahun-tahun kemarin, bagaimana tidak?.

 Saya dan teman-teman yang lainnya juga bingung atas apa yang sebenarnya tengah terjadi saat itu, semuanya berubah  setelah kepergian Almarhum Bapak A.M Fatwa. Di mulai dari munculnya peraturan baru dan larangan-larangan yang menurut kami warga asrama terlalu memberatkan, belum lagi hak-hak kami yang hilang sebagai warga asrama dan merasa tidak adil, keadaan semakin rumit ketika pihak yayasan memerintahkan warga asrama putra meninggalkan arama ini karena dianggap memperkeruh keadaan. Hari-hari kami menjadi suram dan kegiatan asrama yang kian tidak jelas, beruntungnya kami warga putri masih diizinkan untuk tinggal di asrama walaupun memang tidak seperti dulu lagi.

Belum selesai sampai disitu, pada bulan agustus terjadi kebakaran di asrama kami, asalnya memang bukan dari asrama melainkan dari aliran listrik rumah warga sekitar, akibatnya gedung yayasan asrama kami hangus terbakar. Singkat cerita kami pun dipindahkan ke gedung sebelah bekas asrama putra, karena melihat situasi dan kondisi yang emang sudah tidak karuan dengan berat hati kami masih bertahan di asrama itu, sampai pada akhirnya ada kabar dari rektor kampus kami bahwa kampus akan dipindahkan berikut dengan asrama juga, saya dan teman-teman hanya berharap keadaan bisa lebih baik dari sebelumnya.

Pada bulan maret 2020 lalu, saya mulai masuk/pindah ke asrama YAPI Rawamangun, Jakarta Timur.

 

Setelah masuk asrama YAPI

Setelah proses perpindahan dan saya mulai menempati asrama baru, tempatnya memang tidak seluas asrama kami yang dulu, tapi saya dan teman-teman sangat berterimakasih dan bersyukur setidaknya kami bisa diterima di keluarga baru kami ini.

Asrama YAPI ini memiliki 3 asrama putra yang letaknya berbeda-beda, Asrama Sunan Gunung Jati (ASGJ) di Matraman, Asrama Sunan Giri (ASG) di Rawamangun, Asrama Walisongo (AWS) di Depok dan tambah Asrama Putri di jl. Balai pustaka no. 14 rawamangun. Kami pindah asrama ketiga kalinya, namun ini hanya pindah tempat saja alhamdulillah yayasannya masih sama. Asrama baru kami ini lebih luas dari sebelumnya, jadi kegiatan asramapun semakin lebih baik dan terstruktur dengan fasilitas yang lebih memadai. Bahkan sekarang asrama putri sudah bisa menerima warga asrama baru.

Kegiatan asrama mulai berjalan lancar, begitu juga perkuliahan walaupun belum bisa sepenuhnya offline dikarenakan kebijakan pemerintah dan sistem kampusnya sendiri.

 

Rencana kedepan setelah lulus dari asrama YAPI

Berhubung saya sudah mahasiswi tingkat akhir dan insyaallah sebentar lagi lulus, tentunya cepat atau lambat pasti akan meninggalkan asrama Yapi ini. Saya harap asrama Yapi bisa berkembang lebih pesat guna untuk mengkader dan manghasilkan generasi-generasi bangsa yang berakhlakul karimah dan bercita-cita tinggi untuk memajukan umat. Dan saya pribadi semoga ilmu yang saya dapat bisa bermanfaat bagi saya dan orang-orang disekitar saya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tentang Penulis

 

Nama                              : Azrina Nurul Hidayati

TTL                                 : Subang, 29 Maret 2000

Alamat                            : kp. Bkn. Bece rt/rw. 022/008 ds. Sawangan kec. Cipeundeuy kab. Subang

Status                             : Mahasiswa

Riwayat Pendidikan   : - SDN Pelita Karya 1 2005/2010

-             Mts Hubbul Wathon 2011/2013

-             Ma YAFATA 2014/2016

-             Sekarang sedang menempuh jenjang S1 Perbankan Syariah di Sekolah Tinggi Perbankan Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara

 









  

DI STASIUN PONDOK CHINA JODOHKU BERSATU

Popular posts