Kepergian Guru Seni Terbaik Kami.
Pandemi Covid-19 sejak awal Maret 2019 hingga hari ini dan entah sampai kapan lagi, menoreh beragam kisah bagi tiap manusia di seantero jagat raya tanpa terkecuali termasuk diriku. Mulai dari rakyat jelata hingga selebriti bahkan para kepala negara dan para raja, bisa terkena. Kehebatan pengawalan istana dan kecanggihan ilmu kedokteran belum bisa menghalau kedatangannya, ia bisa datang dan menyerang kapan saja pada siapa saja. Siapapun bisa terkena, dan kemungkinan yang terjadi setelah terkena atau hasil tesnya dinyatakan positif hanya 2 pertama sembuh dan sehat lagi atau malah tak tertolong alias meninggal dunia.
Satu semester sejak pandemi korona mengguncang dunia, tanpa gejala sakit apa apa, dan tanpa adanya keluhan yang diderita, sahabat kami pergi untuk selamanya. Kepergiannya tepat pada hari Senin 14 September 2020. Pak Bambang Suprapto atau ia sering menyebut dirinya “Boga Lakon” meninggal dunia. Kami hingga kini bahkan masih merasa bahwa Pak beliau masih ada, dan membersamai kegiatan kami di pembelajaran di SD Islam Al Azhar 10 Serang.
Kepergiannya yang mendadak dan tidak dikabarkan sakit sebelumnya sungguh membuat siapapun tak percaya dengan kematiannya. Ada yang komentar : “ah jangan becanda Pak”, kemarin Jumatan sama saya, ada pula yang bilang tadi pagi (maksudnya Senin 14 September 2020) saya lihat beliau ada dan mengajar zoom di kelas anak saya. Dan puluhan ungkapan tak percaya lainnya yang dilontarkan para murid dan wali murid dengan kepergiannya.
Berperawakan tegap gagah melebihi Polisi Militer sekalipun, sosok Pak Bambang tidak membuat orang yang mengenalnya takut bahkan sebaliknya semua merasa akrab karena tuturkatanya ramah, lembut, sopan, dan selalu tersenyum kepada siapa saja yang ditemuinya. Mengampu pelajaran SBK kelas 4, 5, dan 6 tentu menyita banyak waktunya.
Murid tiap paralel di sekolah kami melebihi 100 orang, artinya beliau menangani 300 murid. Sepanjang saya mengenalnya, beliau tak pernah mengeluhkan capek, lelah, dan sejenisnya. Selalu tampak cerah ceria, dan penuh semangat. Kita yang kadang tampak loyo bila bertemu dengannya, biasanya menjadi bersemangat terbawa auranya yang selalu bersemangat tak kenal lelah apalagi loyo.
Hal menarik yang membuat saya kagum dan selalu terkenang dengan alm. Pak bambang ada 4 hal : pertama, ia merupakan sosok Ayah yang penuh tanggung jawab terhadap keluarganya. Kedua, ia tidak mau untuk melayani kebutuhan anak-anaknya diwakilkan pada orang lain, ketiga, ia selalu siap ditugaskan mendampingi anak murid lomba, dan keempat, ia tak pernah mengeluh tentang pekerjaan dan rumah tangganya.
Sesibuk apapapun dalam mengerjakan tugas Sekolah, ia tetap punya waktu untuk keluarga, malah ia luangkan 1 hari yaitu Ahad untuk merapihkan rumah termasuk menyetrika baju seragam semua anaknya, istri dan dirinya. Dalam kesibukannya, ia tetap sempatkan waktu untuk antar jemput anaknya, bahkan membelikan makan siang untuk anaknya pun dilakukan sendiri. Ditugaskan sekolah selalu siap laksanakan, dan jika cerita keluarga selalu bikin saya ngiri mendengarkan ceritanya.
“Alhamdulillah ya Pak, anak saya mah soleh, tidak macam macam, bahkan meski saya tidak target harus juara kelas, mereka pada peringkat 1 dan 2, demikian pula ceritanya tentang sang Istri : “istri saya luar biasa, di Sekolah SMPN Cipocok Jaya 1 kota Serang, sebenarnya istri saya sudah ditawarkan untuk jadi Kepsek, tapi ia tolak karena kudu setor sekian kepada …, dan sederet cerita lain yang menunjukan betapa ia senang dan bersyukur atas apa yang diterimanya berupa sebuah keluarga. Seakan ia ingin menunjukan bahwa harta yang paling berharga baginya adalah keluarga.
Selama 7 tahun menjadi koordinator lomba, dalam pengamatannku : “beliau (alm. Pak bambang) selalu menjadi pelatih solo vokal dan paduan suara bersama Pak Endang Suryana guru serba bisa, tanpa mengenal lelah, Pak Bambang menyeleksi murid-murid berbakat dalam vokal sepulang sekolah untuk menemukan bibit unggul.
Padus 2020 putra : Falen, Biyan, Refanza, Kevan, elzar, dan AmarSetelah bibit terbaik ditemukan lalu dilatihnya hingga menjadi seorang penyanyi handal dan menjadi juara dalam lomba solo vokal. Baik juara di tingkat kecamatan, kota, hingga provinsi. Jagoan solo vokal binaan Pak Bambang tiap tahun masuk juara tiga besar mengalahkan jagoan peserta solo vokal dari sekolah lain, baik dari SD Negeri maupun SD Swasta.
Paduan suara binaan Pak Bambang bersama Pak Endang selalu tampil memukau, kebulatan suara, kekompakan tim/kreografi, dan costumnya menjadi point utama kemenanganyad. Beberapa event pemerintah kota, Bawaslu Kota, dan Bawaslu Provinsi tim paduan suara sekolah kami diminta mengisi acara tersebut.
Dalam perlombaan solo vokal, mewarnai/melukis dan paduan suara sejak tahun 1996 hingga tahun 2000, puluhan piala dan piagam pengharhaan telah kami terima atas kepiawaiannya dalam membina murid di sekolah kami dalam bidang seni, baik seni olah vokal, seni musik, dan seni rupa. Ia bilang kepada saya, bahwa dirinya bekerja kepada Allah SWT.
Tercatat ada nama Astrid yang jadi juara hingga provinsi, namun pindah ke Jawa Timur, dan ternyata dalam seleksi sekolah disana ia terpilih, lalu meraih juara 1 di kecamatan, kabupaten, dan provinsi serta nasional. Ada nama Galih Nur Rizki Juara1 nasional mewarnai SD Islam Al Azhar se-Indonesia, ada Ratu Utami Dewi, ada Fatma Nisauzahra, Nindy dan puluhan nama lainnya yang sudah menyumbangkan banyak piala dan piagam penghargaan pada sekolah atas kemahiran almarhum Pak Bambang.
Saking senangnya menjadi juara, Astrid mendupkikat karya lukisannya dan mengirimkannya ke Pak Bambang, dan saking baiknya beliau lukisan itu malah disimpan di sekolah sebagai kenang kenangan katanya. Begitupun karya Ratu Utami Dewi yang menjadi juara dalam lomba tingkat kota, propinsi dan nasional, diduplikat dan diberikan ke sekolah dan dipasang di dinding lobi ruang tamu, menambah keindahan dan kemegahan sekolah.
Senin tanggal 14 September 2020 adalah hari terakhir pengabdian Pak Bambang dalam menjalankan tugas suci menempa murid-muridnya di bidang seni. Agar kelak mereka punya skill hidup hingga bisa menjalani kehidupannya dengan penuh percaya diri. Bisa menghargai keindahan dan mau merawat agar keindahan itu tetap lestari menghiasi alam raya hingga kiamat terjadi nanti.
Selalu datang pagi, lalu membeli sarapan bubur ayam di Bibi kantin langganannya, dilanjut duha lalu bersiap mengajar virtual dengan media zoom meeting. Pagi itu ia mengajar kelas 4 Arrozaq/ kelas tahfidz, dan tak seperti biasanya ia tidak banyak melatih anak-anak dengan materi baru atau praktek menyanyikan sebuah lagu.
Malah almarhum bercerita tentang bekal terbaik yang akan menolong kita di alam akhirat. Saling tanya jawab dan menyampaikan beberapa joke atau candaan supaya murid murid bisa tertawa terbahak bahak. Dengan cara inilah maka kehadiran Pak Bambang selalu dirindukan muridnya, kalau mereka mencari pak Bambang ke ruang guru dan ketemu saya. Biasa saya tanyakan ke mereka : “kenapa sih cari-cari Pak Bambang?”, mereka menjawab : “karena Pak Bambang seru katanya.
Senin pagi, ketika itu tanggal 14 September 2020, kami berkantor di ruang guru Lt.2. Seperti biasanya saya lihat kebiasaan Pak Bambang setelah memarkir motornya, ia membeli bubur ayam depan Masjid Syubban langganannya, dan kebiasaan baiknya bila kebetulan ada OB yang juga sedang makan ia senang mentraktir mereka. Beli makanan selalu beli 2 paket, untuk ke rumah dan untuk para OB, kasihan katanya. Maka wajar pas meninggalnya semua OB datang ke tempat ia disholatkan dan dikuburkan.
Hingga pukul 11. 50 kami masih ketemu di ruang guru, kalau kami zoom di satu ruangan ada 2 atau lebih biasanya suara kami saling beradu, ketika itu beliau mengalah pindah ke ruang kelas Pak Dasep yang bersebelahan dengan ruang guru.
Bahkan saat kami makan siang di ruang guru beliau masuk untuk ambil sandal mau ambil air wudlu. Kami sempat minta difotokan ke beliau, namun tidak jadi karena mules hayang rekaman katanya. Maksudnya rekanan bagi beliau adalah buang air besar, beliau memang kami kenal suka mengeluarkan istilah yang beda.
Selepas duhur kami tidak melihat beliau, dan rupanya setelah beliau cari makan siang ke warung makan padang dekat sekolah dan ternyata tutup, maka ia membeli gado gado Bi Naim sebrang pintu gerbang sekolah kami. Selanjutnya ia melatih 2 murid kami di Aula SDI AlAzhar Serang yang besoknya atau Selasa 15 September 2020 akan mengikuti lomba solo vokal virtual di Al Izzah. Latihan dilakukan selama setengah hari dari puluk 13.00 hingga mentok pukul 17.00 WIB.
Biasanya Aku pulang pukul 15.30 bakda sholat ashar dan langsung ke parkiran, entah siapa yang menuntun kakiku menuju ruang Aula dan tiba tiba saja pikirannku mengatakan “ah mampir dulu sebentar, kasih semagat pada anak murid yang besok akan lomba. Ada Hikari dan ada Neng adiknya Rakha sedang asyik berlatih bersama guru seni idolanya : Pak Bambang.
Aku duduk sejenak di Aula sambil menyemangati yang sedang latihan. Aku lihat pak Bambang asyik mengiringi kedua murid dengan memainkan Keyboardnya, sesekali aku lihat tangannya di gerak-gerakan seperti meninju ke depan ke samping, ke atas ke bawah, dan ke belakang. Kupikir pak Bambang pegel kali, dan aku pulang setelah pamit ke beliau dan wali murid yang masih hadir di sana.
Kiri : Om Soni dan Saya (penulis)Setibanya di rumah, aku langsung mandi dan tak lama berselang adzan maghrib pun tiba. Sedang asik makan dengan kuah sop kesukaanku di ruag TV, tiba tiba Hpku berdering, saat dilihat nama yang muncul SONI, beliau adalah OB paling rajin yang pulangnya kadang bakda maghrib. Aku terima dan kudengarkan apa yang dibicarakan di ujung sana, setelah salam om Soni bilang begini : ”pak Dail ke RS Kencana ya, ini pak Bambang di sini di UGD”.
Aku heran dengan omongan om Soni tersebut karena setahuku pak Bambang saat aku pulang masih melatih 2 murid yang besok akan lomba, apa om Soni mau ngeprank aku?. Eh malah om Soni bilang, nih ngomong ama pak Bambang ya!, saya jawab : “iya mana?:. Di ujung telepon sana saya mendengar suara pak Bambang : “Pak Dacil tolong saya, kesini dulu ya ke Kencana”. Langsung saya jawab iya pak, saya berangkat nih. Beliau punya panggilan khusus pak Dacil kepadaku, dan aku senang saja karena memang beliau jago bikin istilah khusus.
Sebelum masuk ruang UGD RS. Kencana aku ketemu Pak Heri sopir Ambulan sekolah di parkiran. Pak Heri bersama dengan om Soni, dan om Sani jaga malam menggotong pak Bambang yang ditemkan oleh om Soni jatuh tertelungkup di depan kelas Bunda Eulis setelah dari kamar Mandi.
Pak Heri cerita di parkiran tadi pak Bambang sudah diinfus dan diambil darah untuk chek Laboratorium apakah ada korona atau tidak?, dan pak Heri pamitan untuk pergi sejenak mengisi Bensin Ambulance sebentar ke pom bensin terdekat di depan Polres Serang kota.
Aku masuk ke UGD dan aku lihat Pak Bambang rebahan sambil nafasnya seperti berat, namun masih sadar. Aku datang pun ia langsung menyapa :”makasih pa Dacil kesini, maaf ya merepotkan !”.
Ah tidak pak, biasa saja kebetulan saya sempat dan dekat kesini, jadi saya sampai duluan. Saya sapa : “ Pak Bambang kering bibirnya kering, mimun ya?”. Menjawab boleh, mana air minumnya, aku berikan air hangat padanya, tadi sebelum berangkat aku sempat tuangkan ke botol Tupperware. Beliau hanya meminum sedikit saja dan mengembalikan botol itu padaku.
Selang 1 jam dari kedatanganku ke UGD RS. Kencana, sekitar pukul 20.35 istri pak Bambang tiba, dan setelah mengucap salam langsung ke dekat suaminya. Bertanya apa Pak yang dirasa?, pak Bambang menjawab : “ini hanyak sesak saja, nafas berat rasanya”. Istrinya bilang sabar ya Pak, insya allah kuat. Ini ada istrimu, sebentar lagi anak-anak kita Yasmin dan Arya nyusul, tadi tanggung belum beres kerjakan PR. Pak Bambang menyahut : “iya gak apa-apa”.
Sekitar pukul 20.45 dokter jaga memanggil istri pak Bambang, menyampaikan bahwa kalau di RS tersebut tidak ada dokter spesialis Jantung, maka saya rujuk saja ke RS.Sari Asih atau RSUD Drajat Prawiranegara, mau pilih mana?. Kompak kami jawab : ke Sari Asih saja.
Segera aku telepon pak Heri dan ternyata sudah stanby di parkiran, saya sampaikan pak tolong bawa lagi pak bambang ke Sari Asih, disini gak ada dokter Jantung dan alatnya, siap pak kata pak Heri. Hanya 5 menit mobil Ambulan sudah ada di depan pintu kamar UGD dan dibantu Scurity yang jaga malam pak Bambang kami gotong dan rebahkan di Bad Ambulance.
Istri pak Bambang ikut serta di dalam mobil, sedangkan aku dan Om soni mengikuti dari belakang karena saya dan om Soni tadi ke Kencana bawa motor. Alhamdulillah pas saya tiba, pak Bambang sudah ada di dalam IGD RS. Sari Asih dan sudah dipasangin infusan baru.
Kulihat pak Bambang tersengal sengal nafasnya, padahal sebelum kami pindah dari Kencana hasil Lab sudah keluar dan menunjukan bahwa pak Bambang negatif, menurut hasil observasi selama 15 menit pas pasien tiba, beliau kena serangan jantung kata dokter jaga.
kiri ujung : Alm Pak Bambang, Tengah Pak OjosBerita pak Bambang masuk IGD Sari Asih sudah menyebar ke WAG guru SDI Al Azhar Serang juga ke WAG yayasan yang di dalamnya ada guru TK, SD, dan SMP Al Azhar Serang. Ramai ucapan mendoakan, serta menyampaikan maaf sudah larut malam tidak bisa besuk, saya jawab iya jangan, gak boleh, lagi korona. Pukul 21.45 pak Ojos alias Pak Rifai datang bersama istrinya, dan pak Bambang masih respon dan ngobrol dengan santainya. Sekitar pukul 22.30 pak Ojos dan istri pun pulang pamit ke semuanya, ke Pak bambang dan istri, ke aku dan om Soni.
Tobe Continue…
Sebelum pak Ojos datang, Aku sempat berkabar kepada salah satu muridku Karell dia adalah teman dekat Arya anak bungsu Pak Bambang, minta bantu doakan dan maafkan jika punya kesalahan. Ternyata ia datang ke IGD dan menanyakan pada saya: “Pak Dail, apakah semua keluarga Pak bambang sudah ada?”. Saya jawab : “baru istrinya”.
Karell langsung minta kepada istri pak Bambang supaya
semua anaknya dipanggil cepat datang ke IGD Sari Asih, kasihan bila anak-anaknya
tidak bertemu dengan Ayahnya di saat terakhir kehidupannya. Deg saja, detak
jantungku, bergegup keras. Apa Rel, apa kamu bilang tadi?, dengan perlahan
Karell menjelaskan bahwa kondisi pak Bambang sudah sangat lemah, kita doakan
yang terbaik untuknya.
Selang
30 menit sejak anak-anaknya ditelepon istri pak Bambang, 2 anak
beliau sudah tiba di IGD Sari Asih. Yasmin dan Arya langsung mendekati
ayah mereka sambil berisak air mata, sedangkan si Sulung Panji karena jauh di
Semarang, baru akan tiba sekitar jam 10an besok pagi, demikian penjelasan Arya
kepada Karell.
Di WAG sekolah yang isinya semua guru dan karyawan SD
Islam Al Azhar, terus bertanya: “bagaimana kondisi pak Bambang saat ini?”. Saya
jawab apa adanya: “mohon doakan yang
terbaik baginya, kondisinya makin melemah. Sontak pada komentar, pak jangan
bercanda!. Insya Allah pak Bambang sehat kembali, saya jawab : “aamiin”.
Aku lihat ke arah bed pak Bambang, di samping kanannya
ada istrinya, dan sebelah kiri ada dua anaknya, pak Bambang tidak tersengal
sengal lagi, kupikir mungkin sudah membaik lebih tenang, namun firasatku
mengatakan : “waduh jangan jangan…?”.
Segera kuhampiri dokter jaga yang sedang merekap data pasien IGD dan
kusampaikan : “maaf dok itu pasien Pak Bambang mohon di chek tadi saya lihat
tidak bergerak seperti sebelumnya!”.
Segera dokter bersama 2 orang perawat jaga
mendorong alat picu jantung dan pengukur oksigen, dengan sigap mereka
memasangkan semuanya ke tubuh pak Bambang. Berkali kali dokter dibantu perawat
merangsang jantung pak Bambang dengan elektrokardiograf, hidung dan mulut pak
Bambang pun dipasang saturnasi pemantau kadar oksigen.
Hanya selang 15 menit dokter dan perawat jaga
melakukan tindakan pertolongan, namun saya perhatikan di layar monitor picu
jantung grafiknya turun lalu datar….!. Segera alat-alat yang terpasangpun di
lepas satu demi satu, dokter menghampiri istri Pak Bambang dan dengan lirih ia
berkata : “ inna lillahi wa inna ilaihi roojiuun, Ibu maafkan kami tidak bisa
menolong suami ibu, pak Bambang sudah kembali pada pemiliknya, Ibu yang kuat
dan sabar ya!”.
Sang istri hanya mengangguk, dan menjawab : “iya dok
terima kasih, insya Allah kami kuat dan ikhlas”. Sungguh luar biasa istri pak
Bambang, begitu tegar dan tenang. Sejurus kulihat Yasmin anak putrinya dari
berdiri ambruk terduduk, lalu dengan sigap Aku, Arya dan Karell menuntunnya ke
luar IGD.
Aku buka WAG sekolah dan bunda Ratu Hurratul Mardiyah
belum bisa tidur, kepikiran gimana pak Bambang, katanya. Dia bertanya di wa : “Pak
Dail, gimana keadaan Pak Bambang? ”. Saya jawab apa adanya. Innalillahi wa
Inna ilahi roojiuun, sudah kembali pada pemiliknya bun. Eh malah balas: “astagfirullah
pak, jangan bercanda ah, ini serius saya, saya tidak tenang dari tadi tidak
bisa tidur kepikiran”.
Saya bingung harus jawab apalagi, ya sudah saya foto
saja bad pak Bambang yang sudah jadi almarhum sambil saya rekam Voice Note
isinya ya berita duka tentang wafatnya pak Bambang di Sari Asih pada Senin 24
September 2021, sekira pukul 23.55 WIB dengan berseragam dinas Al Azhar pakaian
hari Senin, seperi ilustrasi Foto awal di atas tulisan ini.
Baru pertama dalam sejarah Yayasan Al Azhar Serang,
ada seorang Guru yang wafat namun rasa dukanya meliputi semua insan Al Azhar
baik guru, karyawan, murid, orang tua murid bahkan alumninya. Semua kaget dan tidak percaya dengan adanya
berita wafatnya pak Bambang yang tidak sakit, tidak dirawat, bahkan dari pagi, siang hingga
sore ada di sekolah dan aktif mengajar SBK di kelas 4 tahfidz, tiba tiba saat mereka
bangun subuh, dan buka HP tiba tiba ada info tentang wafatnya beliau.
Saking berduka dan banyaknya telepon dari orang tua
murid TK, SD dan SMP Al Azhar Serang kepada pengurus Yayasan, kepada pimpinan
SDI Al Azhar, dan kepada para guru, maka Yayasan mengumumkan LIBUR pada hari Selasa
25 September 2020. Murid dimina belajar mandiri di rumah, karena semua guru dan
karyawan akan takzih, mensholatkan almarhum dan mengantar ke kuburannya.
Aku datang kembali ke rumah duka di perumahan Kota
Serang Baru baca KSB, dari pukul 8.00 sudah ramai pelayat. Ada yang seragam
dinas dan banyak pula yang berpakaian non dinas. Pukul 9.00 dimandikan dan
rencananya jenazah akan disholatkan pukul 10.00 setelah anak sulungnya Panji
tiba di rumah. Hingga pukul 11.00 yang
ditungu belum juga tiba, bahkan hingga pukul 11.30 yang ditunggu konfirmasi masih
di Balaraja otw menuju lokasi.
Rupanya Allah berkehendak lain, Panji anak sulung almarhum
tiba di tempat atau rumah duka tepat pukul 12.00. Maka diputuskanlah bahwa
almarhum pak Bambang akan disholatkan di Masjid Jami KSB langsung setelah sholat.
Subhanallah, dan Allahu Akbar, jamaah yang
ikut sholat duhur sama banyaknya dengan jamaah duhur sekitar 500 orang bahkan
hingga ke koridor masjid pun ada, jamaah full hinga ke luar masjid.
Kekaguman tiada
tara, manakala saya saksikan fenomena langka dimana biasanya para pelayat
setelah beres sholat janazah bubar dan kembali ke rumah atau kantor masing masing,
pada selasa 25 September 2020 sungguh berbeda, para sahabat dari Al Azhar, para
tetangga, dan keluarga besarnya sekitar 200an orang berduyun duyun mengantarkan
janazah pak Bambang ke liang lahatnya. Hingga kuburan diurug kembali dengan
tanah galian lalu ditutup dengan tabur bunga dan doa bersama, masih banyak yang
berdiri termangu di kuburan almarhum.
Ada kisah DAHSYAT, saat hampir semua pelayat
meninggalkan kuburan, istri almarhum sambil memegangi tangan ketiga anaknya
lalu ia berkata :
1. “ Ayah, tuntas sudah lakon hidupmu hari ini, dan kami
hanya bisa mengntarmu di sini. Kami akan kembali melanjutkan perjuangan hidup,
agar kami bisa seperti engkau di saat kelak kami harus kembali”.
2. “Ayah, terima kasih atas semua yang telah engkau berikan
pada kami, kami tidak dapat membalasnya, dan biarlah itu jadi pemberat amal shalehmu
di alam baqa”
3. “Ayah, saya bersaksi bahwa engkau adalah orang baik,
sejak kita menikah hingga akhir hayatmu engkau tak pernah bikin kami susah,
bahkan tugasku pun engkau bantu sekedar merapihkan rumah dan menyetrika baju
seragam kita”
4. “Ayah, bahagilah engkau di alam barzakh karena engkau
sudah berhasil mendidik kami , insya Allah kami selalu berusaha menjadi orang
yang soleh dan shaleha. Sampai ketemu lagi ayah, kelak di surga. Aaamiin.
Penuturan empat ucapan dari istri almarhum ini, aku
dapatkan dari Pak Zainal guru Agama Al Quran kelas 6 di sekolah kami. Pak Zainal
terilhami untuk tetap di pemakaman, khawatir bila ada diantara ahli
waris, terutama istri atau anak gadis almarhum (Yasmin), jika tiba tiba lemas
tidak kuat menahan duka karena ditinggalkan suami atau ayah tercinta.
Ternyata hal itu salah, mereka adalah keluarga hebat
luar biasa, tiada tetes air mata dan ratapan terucap dari mereka, yang terdengar dan terpancar adalah rasa
bangga dari wajah mereka menyaksikan kepulangan ayah mereka diiringi ratusan
muslimin yang mendokan untuk kebaikan almarhum di alam kuburnya.
Selamat jalan sahabtku, kakakku yang luar biasa,
darimu aku belajar bagaimana menjadi pribadi yang bermanfaat bagi anak istri
juga bagi sesama. Bahagilah engkau di alam kuburmu, karena pahala kebaikan akan
mengalir padamu dari istri dan anak anakmu yang selalu taat pada perintah Allah
dan Rosulnya. Maafkan aku, yang kadang manggil : ” Pak Beng beng”. Itu kulakukan sebagai panggilan sayang dan
special padamu yang juga memanggilku : “ Pak Dacil” insya Allah kita bertemua
kelak di surganya Allah SWT. Aamiin.
mampir ya, meski belum kelar. besok insya allah beres
BalasHapusCakep dan runut pak dail, kapan bisa seperti pak dail tulisan saya
BalasHapusHebat pak dail.. lanjutkan 😉
BalasHapusIri deh..tulisannya runtut banget kayak om Jay...
BalasHapusTulisan nya harus sudah jadi buku ini. Tersusun rapi
BalasHapusMksh SDH mampir ya ....
BalasHapusTulis saja....tar kl terbiasa runut sendiri
sedih pak mengenang beliau. karena beliau sering mampir ke tk dengan candaannya menyapa guru guru tk
BalasHapusiya bu sri. sama baca lagi ada terusnnya
HapusMantap pa...lanjut
BalasHapusAamiin
BalasHapus