Minggu, 22 Agustus 2021

LAKUKAN TIRAKAT DAN BERSABARLAH : INSYA ALLAH HAJATMU TERKABUL

 



Suatu waktu saya ditanya sepupu, amalan apa yang dibaca bapakmu karena Kyai yang dituakan di Batu Ampar Pamekasan sampai menjemput di depan rumah bersama istrinya saat akan menemui beliau. Padahal di dalam rumah sedang banyak tamu. Pulangnya dibawakan oleh-oleh lagi.

Saya jawab tidak tahu. Hanya yang saya tahu bahwa bapak jarang tidur di kasur. Tidurnya menyandar ke tembok beralaskan sajadah dan menghadap Qiblat. Hingga akhir hayat beliau, saya tak pernah tanya amalan-amalan apa saja yang beliau baca. Tahunya rutin mengaji dan kalau bulan Ramadhan khatam sampai 10 kali.




Tahun 2016, bapak kena tipu undian berhadiah melalui telepon rumah. Saat mau transfer pihak bank sudah mengingatkan tapi bapak memaksa terus. Pihak bank mengingatkan karena bapak sudah lama jadi nasabah sehingga para pegawai bank pada kenal. Di transferlah 10 juta. Saat pulang ke rumah, ibu tahu akan hal ini. Lalu telepon saya. Bapak balik lagi ke bank. Katanya mau transfer lagi 4 juta tapi tidak bisa karena pihak bank sudah saya telepon duluan.




Saat bapak pulang ke rumah, saya telepon bapak, dan menjelaskan bahwa itu penipuan. Apa jawab bapak?, itu berarti bukan rejekinya. Nanti akan diganti dengan yang lebih besar ucapnya. Saya akui soal kesabaran bapak yang luar biasa. Ini bertolak-belakang dengan saya yang mudah marah. Marahnyapun langsung bak bik buk tanpa ada ucapan pendahuluan. Akibat kurang pandai mengendalikan rasa marah ini, banyak rencana-rencana saya yang harus melalui jalang panjang dan berliku bahkan terkadang buntu.





Tahun 2017, bapak membangun rumah masa kecilnya di Sumenep ukuran 12 m x 25 m. Habis hampir 1 M. Itupun batu-batu buat pondasi tinggal ambil saja dari sungai dekat rumah. Saya heran soal uang sebanyak itu. Darimana beliau dapatkan yang hanya Pensiunan Guru golongan IV C. Anak-anaknya juga tak ada yang membantu sepeserpun. Itulah keajaiban rejeki.

Bapak meninggal di rumah itu pada 25 Ramadhan 2020. Bapak mengungsi dari Pamekasan ke rumah masa kecilnya di Sumenep karena ada tetangga yang kena Covid 19. Paginya masih bercanda dengan tetangga, siangnya tidak sadarkan diri selama 3 hari. Perawat dan Dokter didatangkan ke rumah yang di Sumenep. Malam Senin habis shalat Tarawih beliau meninggal yang sebelumnya selalu ditalqin secara bergantian.

Inti dari tulisan yang panjang ini, bertirakat dan bersabarlah. Insyâ Allâh apa yang diinginkan akan tercapai. Penuturan ini seperti tak masuk akal. Namun ini fakta dan nyata. Dan saya yakin ada beberapa orang yang semacam bapak saya ini.

Penuturan Paklung teman saya di WA grup dakwah silaturahmi. 


3 komentar:

DI STASIUN PONDOK CHINA JODOHKU BERSATU

Popular posts