Abahku
Inspirasiku Dalam Berkarya
Oleh
: Damar Yasalam
Tiap
manusia tentu punya tokoh yang diidolakan, tokoh itu bisa orang terkenal
semacam pahlawan, presiden, ulama, pengusaha, ilmuwan, professional atau malah
kadang orang biasa. Demikian pula denganku yang mengidolakan Abahku sendiri.
Memang di masa kecil aku sangat mengidolakan Pak Habibie, sosok jenius yang
membuat pesawat dan dibanggakan bangsa Indonesia bahkan bangsa lain. Kekaguman
pada sosok pak Habibie selain karena kejeniusannya, juga pada akhlak baiknya
dan kesalehannya serta amalan sunnah yang rutin dilakukan seperti puasa senin –
kamis dan tahajudnya. Dalam beberapa literasi tentang pak Habibie beliau sangat
gemar membaca sehingga konsumsi otaknya sangat baik. Tiada hari tanpa membaca
dan berkarya serta melakukan inovasi.
Di
masa remaja, aku kagum dengan beberapa founding father NKRI seperti Bung
Karno, Bung Hata, Bung Sahrir, Muhamad Nasir, Jendral Besar Soedirman, Buya
Hamka dan sederet pahlawan lain yang banyak berjasa bagi bangsa dan negara.
Pada masa kuliah aku mengenal HMI dan membaca Filsafat sehingga aku mengagumi
beberapa tokoh pembaharuan pemikiran Islam seperti Muhamad Abduh, Sayid Husen
Nasr, Al Maududi, Iqbal, Ali Syariati dan lainnya. Jika dari tokoh pembaharuan
pemikiran Islam kagum dengan Harun Nasution, Nurcholis Majid, Gur Dur, Amien
Rais, Dawam Raharjo, Deliar Noer, Aa Gym, Ustad Adi Hidayat dan lainnya.
Bukan
tanpa alasan bagiku menjadkan abahku sebagai tokoh idola atau orang yang
menginspirasi hidupku. Siapa pun bisa
menjadikan Ibu atau Bapaknya sebagai tokoh inspitarif baginya, dengan catatan
ada alasan atau fakta keteladanan dari tokoh tersebut yang dapat dijadikan
contoh bagi orang lain. Abahku bernama
Muhamad Nur yang lair tanggal 1 Februari
1945 lahir dari pasangan Pak. H. Samlawi dan Ibu Nurwah Almarhum. Lahir
sebagai anak ke-6 dari 13 bersaudara. Kini dari semua saudara kandung abah Nur
(sapaan kami dan warga), tinggal beliau yang masih ada. Dua bulan yang lalu
adiknya bernama Sadiah yang tinggal dekat rumah abah meninggal dunia, semoga
husnul khotimah.
Abah
tanpa diminta jika sedang berkumpul dengan anak-anaknya suka bercerita tentang
masa kecilnya yang kurang bahagia, kalau tak bisa membahasakan penuh derita. Punya
kakak 6 dan adik 6, sebagai anak ketujuh merasa kecewa dengan Kakek yang tak
mendukungnya masuk STM Negeri bahkan memarahinya. Lihat tuh, yang lain juga
lulus SMP mereka pada kuli (kerja) ke Tanjung Priuk. Buat apa sekolah tak
menghasilkan, mending kuli dapat duit dan bantu biaya sekolah adik-adikmu.
Dengan
tekad tetap ingin sekolah ia menghadap ke Pak. Kiyai ditemani Nenek dan
menyampaikan maksudnya untuk mondok sabil sekolah di Mualimin Nur El Falah
Kubang pimpinan KH. Abdul kabier. Ponpes tempat abah tinggal ke Sekolah jaraknya
sekitar 3 Km dan setiap hari abah jalan
kaki, kadang tak sempat sarapan karena beres mengaji pagi sudah pukul 06.00
sedangkan sekolah masuk pukul 07.00 WIB. Tak sarapan, tak bawa bekal makanan,
apalagi uang jajan.
Untunglah
karena di kelasnya paling pintar beberapa temannya ada saja yang memberikan
sebagian bekalnya ke abah sambil berbisik:
“
jangan lupa kalau ada soal ulangan yang aku gak bisa, nanti bantuin ya Nur?.
Abahku hanya tersenyum dan menjawab :
“tenang
saja”.
Setelah kenaikan kelas abahku mendapatkan peringkat
pertama, dan dikenal para guru serta kepala sekolahnya termasuk pimpinan
Mualimin Nur El Falah Kubang bernama KH. Abdul Kabier. Saat pak Kiyai mengajar
di kelas II, beliau menyampaikan tawarannya supaya abah pindah mondoknya di
Kubang saja. Abah menolak karena tak punya biaya, karena do Popes tempat semula
ia tak membayar bahkan ikut makan di dapur pak Kiyai dengan cara bekerja
mengisi bak mandi, mencuci piring dan menyediakan kayu bakar untu memasak
setiap harinya.
Mendengar paparan dari abahku, tak
terasa air mata Pak Kiyai membasahi pipinya, ia berjalan menghampiri abahku
lalu berkata :
“
Nur di sini pun kamu bisa melakukan hal yang sama” , silahkan makan di dapur, nanti Bu Yai
menyiapkannya.
Abahku
menjawab : “insya Allah pak Yai”.
Bulan depannya abah pindah ke ponpes
Nur El Falah Kubang, pamit dari Ponpes sebelumnya. Sebagai rasa terima kasih
abahku mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan oleh office boy tanpa
rasa malu atau gengsi. Baginya bisa sekolah dan tinggal serta dapat makan saja
itu sudah karunia tak terhingga.
Meski sibuk dengan kerja kebersihan ponpes
dan mengisi bak mandi Pak Kiyai serta mencari kayu bakar untuk memasak, prestasi
abah tak menurun tetap meraih juara 1 saat kenaikan kelas hingga lulus dari
Mualimin ( setara SMA). Bahkan saat diumumkan oleh Kepala Sekolah tentang
lulusan terbaik 1,2, dan 3 nama Muhamad Nur atau abahku pada urutan kesatu.
Sebagai bentuk penghargaan dari sekolah maka abah langsung dimintakan kesediaan
untuk mengajar di Mualimin dan diberikan SK PNS Guru agama merangkap bendahara Yayasan.
Tahun 1970 gaji PNS hanya 50 rupiah
saja sedangkan gaji kuli /buruh di Pelabuhan Tanjung Priuk sudah 2.500 rupiah. Tak
heran jika banyak guru PNS yang menjual SK miliknya kepada temannya yang mau.
Mereka memilih menjadi kuli di Pelabuhan. Abahku beruntung di sayang pak Kiyai bahkan
dianggap anak angkatnya. Saking dipercaya langsung diangkat bendahara. Pesannya
Pak Kiyai dari semua ang masuk, setelah dihitung tolong catat tiap akhir bulan dan
sisihkan untukgaji semua guru dan karyawan serta belanja rutin. Sisanya ambil
gaji bendahara 250 rupiah dan sisanya simpan. Jaman itu menyimpan uang ya di
Kotak amal terbuat dari kayu paling dialasin kertas atau lipatan kain putih
saja dan di kunci.
Dinikahkan pun, jodohnya abah dipilihkan
oleh Pak Kiyai, dan sebagai bentuk taatnya abah kepada Sang Kiyai makai ia tak
berani menampik. Menikah untuk membentuk keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah
tak menjadi nyata, yang ada malah prahara meski ikatan suci mahligai rumah
tangga telah dikarunia 2 anak purta dan putri.
Mau bercerai malu kepada pak Kiyai,
abah pun minta cuti 2 tahun dari mengajar untuk mendalami kitab tafsir qur’an,
hadits dan ilmu-ilmu agama di Ponpes khusus calon para Kiyai di Lebak, tepatnya
di Cilisung, Desa Girilaya, Kecamatan Cipanas. Alasn yang disampaikan abah
ditereima Pak Kiyai untuk mendalami kitab kuning supaya kapan saja Allah memanggil
pak Kiyai, maka dirinya sudah siap melanjutkan estafet perjuangan.
Padahal ia ingin titirah atau
healing, untuk menenanngkan diri mencari kedamaian hati. Meninggalkan
istri yang menurut pengakuan abah tak tahu diri dan tak bisa mengurus anak
serta tak bisa memasak. Anak sering dititipkan di kakek dan nenek, padahal
pulang mengajar duhur. Anak dijemput jelang magrib, istrinya abah malah asyik
ngerumpi. Saat suami pulang tak siap lauk untuk makan dan meminta lauk dari nenek.
Inilah yang membuat abah jengkel. Padahal uang gaji full diberikan dan
sudah pulang dari duhur, suami pulang pukul 16.00 WIB, bahkan nasi pun nasi
dingin yang dimasak tadi pagi tak dihangatkan.
Setahun tak pulang meski uang gaji
diberikan Full, namun tak diberi nafkah batin serta menjenguk ke Ponpes abah
pun abah tak berkenan menemui istrinya. Membuat istrinya tak dipedulikan dan
dibuang, sehingga ia mengajukan cerai ke pengadilan. Aha .., rupaya tujuan abah
berhasil, ia dapat berpisah dari istri tanpa menceraikannya namun inisiatif dari
istrinya dengan menggugat cerai. Kini abah pun menduda dan menikmatinya dengan
menimba ilmu agama.
Skenario atau jalan Allah SWT memang
tak dapat diprediksi dan dipahami manusia, karena memang relasi kita dan diriNya
adalah mahluk dan Khaliq artinya yang diciptakan dan pencipta. Baru cerai
beberapa bulan saja, abah yang memang tampan rupawan bagaikan artis Reza Rahadian,
dan dinobatkan sebagai Arjuna di Ponpes khusus calon para Kiyai, rupanya terpaut
hatinya pada putrinya pak Kiyai. Namun cinta keduanya merupakan cinta terlarang,
karena ia sudah bersuami bahkan punya 2 orang anak laki-laki. Kelak putri sang
kiyai ini menjadi Ibuku .
Rupanya putri sang Kiyai bernasib
sama dengan abahku, dijodohkan sejak usia 9 tahun atau disebut dengan nikah
gantung. Menikah tapi tak serumah dan menunggu sang gadis dewasa serta mau
diajak berumah tangga. Suami dari putri Pak Kiyai ini sudah tua, saat menikah
sudah 30 tahun, sehingga saat usia putri Pak Kiyai 20 tahun dan sudah dewasa, makai
ia baru sadar bahwa ia jatuh cinta pada abahku. Tdak mencintai suaminya. Aneh
ya, jaman dulu tak cinta saja punya anak
dua?. Bagaimana kalau saling mencinta?.
Karena tak nyaman menyaksikan cinta
terlarang ini, pak Kiyai memanggil menantunya dan menyampaikan permasalah
putrinya yang mangkir dan tak berkenan melanjutkan rumah tangga. Mantunya
dinasihati bahwa dilanjutkan pun tak akan bahagia, karena itu dipaksakan, pasti
akan ada korban. Bisa saja istri kamu atau anak saya bunuh diri. Disampaikan gambaran demikian suami dari putri
pak Kiyai menangis, dan dengan terisak ia menyampaikan. Demi kebaikan dan
kebahagiaan istrinya maka ia ceraikan purti pak Kiyai hari ini juga talak tiga.
Alhamdulillah kata Pak Kiyai,
dan ia memeluk mantunya sambil minta maaf. Kamu orang soleh dan hebat , insya
allah dapat ganti yang lebih baik. Sejak kejadian itu, besoknya pak Kiyai
memanggil putrinya dan menanyakan :
“
Apalagi keinginanmu putriku, selain ingin pisah dengan suamimu?”
Dengan
tertunduk malu, sambil tersipu putri kiyai menjawab :
“
semoga abahku kali ini tak menjodohkan dengan pria yang bukan pilihanku, dan
aku sudah punya pilihan yaitu santri abah yang paling ganteng dan pintar”
Sampai di sana, Pak Kiyai bertanya :
“maksud kamu siapa?”
Putri
Pak kiyau menjawab : “ ustad M. Nur” yang katanya juga duda abah !
Pak Kiya tersenyum melihat tingkah
dan keberanian putrinya. Dengan cintanya ia kini berani menyampaikan isi
hatinya. Bagaimanakah kisah selanjutnya??. Tunggu di bagian kedua. Sabar ya !!
TOBE
CONTINUE ….
Cieee kisah Abah sama ummi nya pak damar kaya film aja
BalasHapusWah keren abahnya bpk.sangat agamais mampu belajar kitab dll. Patut dicontoh. Mksh kisahnya yg inspiratif.
BalasHapusSaya terhipnotis membacanya, sampai akhirnya timbul rasa penasaran akan kelanjutannya.
BalasHapusSalam LIterasi Pak
Sehat selalu yaa
Dari banyak kisah, orang "dahulu" rasa syukurnya terhadap apa yang diterimanya sangat tinggi.
BalasHapus