Takdir merupakan
hukum sebab akibat yang berlaku secara pasti sesuai dengan ketentuan Allah SWT,
yang baik maupun yang buruk. Sedangkan ikhtiar merupakan kebebasan atau
kemerdekaan manusia dalam memilih serta menentukan perbuatannya.
Dalam bahasa Arab, takdir disebut qadara atau yuqaddiru atau
taqdir. Arti harfiahnya adalah ukuran, ketentuan, kemampuan, dan
kepastian.
Sedangkan ikhtiar dalam bahasa Arab adalah ikhtara atau yakhtaru atau
ikhtiyar yang berarti memilih. Kata ini seakar dengan kata khayr yang berarti
baik. Ikhtiar dapat pula diartikan memilih yang lebih baik diantara yang ada.
Berikut definisi takdir dalam Islam.
1. Definisi Alquran
Takdir dalam
Alquran terdapat dalam Alquran Surah Al Anam ayat 96, Surah Al Furqan ayat 2,
Surah Yasin ayat 38, dan Surah Fussilat ayat 12. Keseluruhan ayat tersebut
terdapat tiga kesimpulan.
Pertama, takdir berlaku untuk fenomena alam, artinya hukum dan ketentuan
dari Tuhan mengikat perilaku alam sehingga hukum sebab akibat yang terjadi di
alam ini dapat dipahami manusia.
Kedua, takdir Tuhan terkait hukum sosial (sunnatullah). Hukum ini
melibatkan manusia di dalamnya. Ketiga, akibat dari takdir dalam arti hukum
kepastian Allah yang baru diketahui setalah berada di akhirat.
Takdir yang seperti ini yang harus diyakini dengan keimanan. Selama
manusia masih di dunia,
dampaknya belum bisa dibuktikan hanya melalui Alquran, manusia membayangkannya
saja. Inilah yang disebut qadarullah, nasib manusia yang ditentukan oleh perbuatannya
selama di dunia.
2, Definisi Teologi Islam
Dalam teologi Islam, Tuhan berkehendak mutlak. Allah yang menciptakan
alam, termasuk manusia. Karena itu, kebebasan manusia sangat kecil di hadapan
Tuhan.
Kehidupan manusia, menurut teologi Asy'ariah, merupakan realisasi dari apa yang
digariskan Tuhan pada saat azali, baik kehidupan yang baik ataupun yang buruk,
beruntung atau merugi, dan senang atau menderita. Manusia akan menjalani semua
ini sejak lahir sampai mati.
3. Takdir Bukan Sekadar Pasrah
Takdir tidak sama dengan menerima nasib secara pasrah, dalam arti tidak
mau berusaha sama sekali. Doktrin tentang takdir dalam Islam tidak mengarahkan
manusia ke sikap fatalistik atau menyerah kalah kepada nasib (fate).
Islam sangat menekankan pentingnya usaha dan amal perbuatan. Dalam
Alquran dinyatakan manusia tidak akan mendapatkan sesuatu selain yang dia
usahakan, dan bahwa hasil usahanya itu akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian
akan dibalas dengan balasan yang setimpal sesuai Surah An Najm ayat
39-41.
Ayat inl sering dijadikan rujukan pandangan bahwa makna takdir harus diletakkan
secara proporsional. Bertopang dagu sambil menerima nasib merupakan salah satu
gejala fatalistik.