Senin, 28 Juni 2021

                                   





                         


Higar bingar pasar, tempat wisata, Mall, dan tempat hiburan malam pasca lebaran Idul fitri hingga petengahan Juni ini seakan menyiratkan bahwa harapan masyarakat bahwa pada tahun pelajaran baru 2021 akan dilakukan tatap muka secara bertahap pada semua jenjang sekolah dan perguruan tinggi, tampaknya akan kandas dan sulit direalisasikan. 

Hal ini karena angka positif covid 19 di berbagai daerah di Indonesia mengalami keanaikansangat signifikan bahkan lonjakan yang sangat tinggi di atas 60 prosen. Data ini dibuktikan dengan hampir semua RS daerah, RS rujukan Covid sudah terisi penuh, bahkan hingga ke lapangan parkir yang dipasang tenda darurat untuk menampung sementara pasen yang terpapar covid 19 varian baru delta.

    Pertanyaannya : apakah lonjakan angka positif Covid 19 jelang juli atau masuk sekolah tatap muka ini terjadi secara alamiah ataukah lagi lagi ada unsur politik alias rekayasa global ?

Ada beberapa opini yang berkembang tentang masalah lonjakan ini, pertama kalangan yang menyatakan hal ini akibat kelalaian kita, baik pemerintah maupun masyarakat yang tidak lagi berdisiplin dalam menjakankan prokes, misalnya tidak maskeran, berkerumun dan tidak sering cucu tangan. Pendapat kedua karena adanya mutasi dari corona virus itu sendiri yang menyebabkan si Virus tersebut menjadi lebih ganas dan sulit diatasi meskipun kita sudah melkukn prokes 3M alias masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Dan pendapat ketiga menyatakan bahwa lonjakan ini sengaja diviralkan untuk kepentingan politik misalnya supaya bangsa ini bodoh maka janganlah sekolah tatap muka ini jadi dilaksanakan, dan dibuatlah kondisi dan opini seakan akan nusantara ini sudah zona merah semuanya.

Bagaimana kita menyikapi keadaan ini, dan sikap apa yang tepat dalam berinteraksi dengan masyarakat yang terbagi dalam tiga pendapat tersebut. Menurut ilmu agama Islam maka tuntunannya jelas tentang wabah ini yaitu bila masih pada fase awal terjadi  maka lakukan lockdown. namun bagaimana jika wabahnya sudah menyebar hampir ke semua pelosok negeri bahkan berbagai negara jagat raya?

Bila kita cermati beberapa negara dalam menyikapi masalah pandemi covid 19 ini, termasuk sumbernya China, maka kita bisa saksikan bahwa mereka lebih mengedepankan imunitas ketimbang mengobati. Bahkan mereka menjadi tuan rumah olimpiade. Dan faktanya kita tidak mendengar lonjakan yang wafat disana dengan adanya event ini. Di Asia misalnya negara Brunai Darussalam  dan Singapura menyatakan bahwa negaranya akan menormalisasi semua aspek publik dan membuka semua akses dengan negara lain, serta menyatakan bahwa penyakit covid 19 adalah flu biasa. 

Sehingga dalam hal pendapat tentang bagaimana  menyikapi pandemi Covid 19 yang kembali menggila?, maka sikap penulis lebih memilih tetap lakukan prokes namun jangan berlebihan atau lebay. Misalnya memandang masyarakat yang tidak lakukan prokes sebagai kaum dungu dan tidak taat aturan.  Sehingga pergaulan di masyakat pun tidak berjalan dengan harmonis. Maka sebagai penutup dari tulisan ini, mari kita jaga imunitas kita masing masing dengan makan enak dan bergizi, rutin olahraga, berjemur, serta tetap bahagia. Tak lupa dimanapun dan kapanpun prokes itu tetap lakukan. Sehingga dengan kedisiplinan jalankan prokes dan pola pikir yang positif dan bahagia, maka imunitas kita akan naik dan virus yang akan menghinggapi pun, akan mampir sesaat saja dan segera pergi karena kita kuat, virus tak bisa menggerogoti.  Salam sehat dan bahagia selalu.

5 komentar:

  1. Mohon komentar dari pembaca.mksh ya

    BalasHapus
  2. Sudah rindu pembelajaran tatap muka

    BalasHapus
  3. Sebagai orang awam, sy sangat geram jika mendengar bahwa covid 19 ini merupakan rekayasa politik, betapa kejinya hal ini terjadi, hanya untuk memenuhi ambisi segolongan manusia dengan mengesampingkan agama, dan kesatuan negara.
    Efek lain yg lebih dahsyat adalah bidang pendidikan, masa iya deminpemuasan segolongan tertentu mereka rela membodohkan bangsa.
    Banyak rasanya yg ingin diungkapkan, namun sekali lagi sebagai orang awam, kekuatan terbesar saya adalah berdoa, semoga Allah membimbing orang orang yg punya kepentingan politik dengan memanfaatkan moment *covid19*

    Tetaplah berdoa, hindari berita hoax tentang covid, bersabar dan tawakal kepada Allah

    BalasHapus
  4. teriring doa semoga pandemi ini cepat berlalu.

    BalasHapus
  5. korona adalah fakta bukan hoax. namun nyata dan realita. Insya Allahb jika kita bangsa Indonesia ini kompak, mau divaksin korona. Nanti setelah yang sudah divaksin lebih dari 60 prosen penduduk kita, maka kita punya heard imunity. Di beberpa negara eropa kita lihat nonton bola tidak bermasker karena mereka semua sudah punya heard imunity. mohon koreksi jika salah

    BalasHapus

DI STASIUN PONDOK CHINA JODOHKU BERSATU

Popular posts