Rabu, 29 Desember 2021

SEPENGGAL KISAHKU MENJADI GURU


 

JALAN BERLIKU MENJALANI PROFESI GURU

Oleh : Dail Ma’ruf, M. Pd

 

Kalah Perang dan Pulang Kampung.

               Ada sebuah hadits nabi yang mengatakan bahwa “bencilah apa yang kamu benci sewajarnya saja, dan cintailah apa yang kamu cintai sewajarnya saja”.  Itulah yang mungkin pepatah yang tepat dengan perjalanan berliku profesiku sebelum menjadi guru. Memang dari sejak aku sekolah di MAN 2 Serang aku tak bercita-cita menjadi guru. Alasanku waktu itu tak pilih PGSD karena abah dan ibuku keduanya guru namun kekurangan dalam hidupnya dan aku merasa banyak keinginan yang tak bisa kudapatkan karena orang tua yang tak punya uang. Saking sederhananya aku tak pernah beli baju baru jika lebaran. Baju baruku dibelikan seragam sekolah, dan baju harianku sebagaian besar warisan dari kakaku yang sudah tidak muat.

               Tak bermaksud menyalahkan abah dan ibu, namun saat aku ditawarkan masuk PMDK IKIP Jakarta  dengan pilihan PGSD dan Bahasa Arab aku tak pilih PGSD dan pilih Bahasa arab. Dengan bayangan bahwa nanti bisa kerja di kadubes atau Travel haji dan umrah. Namun semua yang kita jalani rupanya ujungnya yang terjadi adalah yang sudah ditetapkan Allah SWT sebagai jalan hidup. manusia merencanakan dan Allah SWT menentukan.

               Pasca kuliah, berbagai profesi kulakoni untuk menemukan jati diri dan mencari penghidupan yang lebih baik. Jadi bagian administrasi di rental komputer dan bimbel rakit komputer, pernah kerja di Lembaga survei LP3ES dalam kegiatan Quick Count Pemilu, jadi peneliti di NDI untuk Pilkada, dan akhirnya menyerah dan memutuskan pulang kampung agar bisa hidup dekat dengan kedua orang tua.

Mengabdi di Yayasan Tempat Aku Mondok.

               Sepulangnya dari perantauan dan kembali ke kampung halaman aku tinggal di rumah pinjaman Ibuku di Kota Serang. Aku mencoba melamar pekerjaan ke beberapa perusahaan mobil/ motor, dan ke beberapa sekolah  sejak Januari hingga April 2006, namun tak ada panggilan. Karena bekal tabungan makin berkurang, akhirnya aku terima tawaran dari Abahku untuk mengajar di SMP dan MTs tempat aku mondok semasa aku remaja.

               Menjadi guru pelajaran IPS, PKN dan Bahasa Arab di 4 kelas dan mengajar 6 hari, libur hari Jumat, dengan jarak 20 KM dari rumahku ke tempat aku mengajar, kujalani hingga 1 tahun. Karena terdesak kebutuhan, sedangkan pihak yayasan hanya bisa menggajiku Rp.600.000/bulan, aku pamit dan melamar ke  sekolah lain yang lebih dekat dan gajinya lebih bagus, Alhamdulillah diterima di sekolah SDIT Al Izzah di Unyur Kota Serang.

Mengajar di SDIT Al Izzah Kota Serang

               Aku awalnya mengira bahwa mengajar di sekolah di kota Serang apalagi dengan Gedung bagus 3 lantai dan muridnya yang ribuan, serta uang pangkalnya di atas 10 juta dan SPP bulanan di atas 500 ribu, gaji gurunya di atas 2 juta. Aku masuk Juli 2007 di SDIT Al Izzah Kota Serang, kaget saat wawancara disampaikan oleh pihak Yayasan bahwa gajiku nanti Rp.700.000, hanya beda 100 ribu dibandingkan dengan mengajar di Yayasan Nur El Fakah Kubang Petir di Serang di pelosok kabupaten Serang.

               Kujalani profesi  menjadi guru di SDIT Al Izzah selama 1,5 tahun saja. Karena ada desakan dari abahku untuk ikut tes CPNS di usiku ke-35 tahun yang merupakan batas akhir ikut akupun taat perintah orang tua. Dan aku mengundurkan diri dari lembaga tempat aku bekerja. Tes CPNS bagiku bagaikan sebuah kerja memasukan benang ke lubang jarum di tengah malam gelap gulita. Mungkin bagi yang lain tidak, namun itulah kesanku. Setiap orang punya pengalaman dan kesimpulannya. Setelah hari pengumuman aku tak lolos dan pekerjaanku mengajar di SDIT Al Izzah telah hilang.

               Ada kabar dari teman guru bernama Pak Salim, bahwa di SD Islam Al Azhar 10 Serang ada lowongan guru wali kelas. Tanpa pikir panjang dengan modal “bismillah” akupun langsung antarkan lamaran ke panitia dan ikut seleksi. Rupanya di sekolah Al Azhar pun sama, ada pemecatan guru sebanyak 7 orang karena diam-diam ikut CPNS. Dan lowongan ini untuk mengisi kekosongan tersebut. Dalam hatiku aku berkata “ ini  seperti jeruk makan jeruk” .

Dari Al Izzah aku keluar karena mencoba ikut CPNS dan masuk Al Azhar menggantikan mereka yang dikeluarkan. Yayasan di Serang mayoritas aturannya menurutku memang kejam. Bagi guru tetap tak boleh ikut CPNS. Bila ingin ikut maka harus mengundurkan diri, jika diketahui ikut diam-diam maka dikeluarkan tidak hormat. Karena itulah maka aku sewaktu mau ikut CPNS meskipun tidak lolos, aku menguindurkan diri.

              

Mengabdi di Al Azhar 10 Serang.

               Aku keluar dari SDIT Al Izzah pada Oktober 2009 dan dan mulai mengajar di SD Islam Al Azhar 10 Serang Januari 2010. Seleksi atau tes masuk menjadi guru SD Al Azhar di jamanku luar biasa saingan dan  pesertanya. Untuk lowongan 7 orang guru kelas dan guru Bahasa Inggris, posisi tersebut diperebutkan lebih dari 160 orang. Syukur alhamdulillah aku termasuk yang diterima. Rupanya doa orang tua itu penting. Aku niatnya hanya untuk taat pada abah yang ingin aku tes CPNS. Rupanya inilah jalan Allah supaya aku mengajar di tempat yang sesuai dengan passionku.

               Kembali ke gaji menjadi guru, ekspektasi orang pasti kalau jadi guru di Al Azhar gajinya tinggi, faktanya 3 tahun pertama gaji pokokku hanya 700 ribu tambah kehadiran 300 ribu/ perbulan. Setelah 2,5 tahun aku bersabar alhamdulillah diangkat menjadi Guru Tetap Yayasan atau GTY dan meningkat  dua kali lipat. Saat ini setelah 11 tahun mengabdi, alhamdulillah ada peningkatan jadi tiga kali lipat dari tahun pertama. Sempat aku hampir tidak kuat karena tuntutan mengajar di sekolah anak orang kaya sangat tinggi, sementara kompensasinya tiada sebanding. Namun ada teman yang nasehati untuk tetap sabar dan ikhlas, insya allah jika istikomah maka akan ada berkahnya. Aku ikuti nasehatnya dan bertahan hingga hari ini.

               Selama mengabdi di SD Islam Al Azhar aku mengampu pelajaran IPA kelas 5  selama 4 tahun, kelas 5 selama 4 tahun dan kelas 6 selama 2 tahun. Di luar tugas pokok sebagai wali kelas aku diberi amanah tambahan menjadi koordinator lomba bidang studi. Semua perlombaan di sekolahku dibawah kordinasiku. Menjabat koordinator lomba selama 8 tahun, aku merasa bahagia karena tak terhitung berapa ratus muridku yang berhasil meraih prestasi di semua mata lomba.

               Lebih dari 4 lemari pajangan kini penuh oleh piala dan medali, baik piala dari lomba open house SMP di kota Serang dan Banten, lomba OSN, O2SN, FLSN, KSM bahkan lomba robotik internasional di Singapura tahun 2016. Muridku juara 1 dan juara 2 atas nama Ahdan dan Elzar. Lomba IPA ada Nadia Sahla juara 2 Sains internasional di Bali, ada Galih juara 2 pada lomba Matematika internasional di India pada ajang IMSO.  Tahun 2021 ini ada Aryo juara 1 KSM dan juara 2 KSN bidang matematika.  Luar biasa memang cerita tentang serunya membina prestasi murid di SD Islam Al Azhar, mungkin baru akan habis jika dituangkan dalam 1 buku solo setebal 200 halaman. Semoga bisa kurealisasikan di awal tahun 2022.

Hikmah yang aku rasakan dan syukuri mengabdi di Al Azhar Serang

               Jika kamu bersyukur, niscaya akan aku tambah nikmatku, namun jika kamu kufur sesungguhnya nikmatku teramat pedih.  Demikian firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Ibrahim ayat 7 mengingatkan pada kita semua. Dengan menjalani profesi sebagai guru di SD Islam Al Azhar 10 Serang ada beberapa hal yang aku syukuri antara lain :

1.     Telah berkunjung ke Tanah Suci.

Meski baru umroh dan belum haji, namun aku sangat bersyukur telah Allah beri kemudahan dan kesempatan melakukan ziarah “Baitullah” pada tahun 2013. Apa yang selama ini hanya sebatas pengetahuan tentang Masjidil haram, Ka’bah, Bukit Shafa dan Marwa, Jabal Rahmah tempat pertemuan nabi Adam dan bunda Hawa dalam umroh semua tempat tersebut dapat aku kunjungi bahkan hingga laut merah tempat tenggelamnya Fir’aun.

2.     Telah menyelesaikan sekolah S2

Meski tak punya tabungan dan hanya bermodalkan “Bismillah”, aku berhasil menyelesaikan S2 Jurusan MIPA konsentrasi IPA di Universitas Indra Prasta PGRI Jakarta lulus tahun 2016 di wisuda di TMII Jakarta Timur. Sesuatu yang aneh memang aku S1 Bahasa arab, namun karena mengajar di Al Azhar Serang pelajaran IPA, aku mengambil magister IPA. Semua kulakukan untuk peningkatan profesionalime dan pelayanan pada muridku.  Semoga ilmu yang kuberikan pada mereka bermanfaat dalam kehidupannya.

3.     Telah menempuh S1 kembali jurusan PGSD

Bukan karena iri hati pada temanku yag sudah pada cair sertifikasi guru sejak tahun 2010 dan seterusnya namun aku merasa bahwa aku pun layak mendapatkannya. Hanya karena tak punya ijazah PGSD maka aku tak linier dan tak kepanggil ikut PLPG dan PPG. Terpaksa ikut kuliah S1 PGSD dari jalur konversi S,  ditempuh 3 tahun dan wisuda tahun 2019, alhamdulillah tahun 2020 ikut tes calon peserta PPG dan lulus,  mengikuti PPG dalam jabatan tahun 2021 angkatan 1 di UNTIRTA dan alhamdulillah lulus UP satu kali ujian.

4.     Anak-anaku bisa sekolah di sekolah bagus

Bukan bermaksud apapun, sekedar ungkapan rasa syukur pada nikmat Allah SWT dimana anakku bisa sekolah di sekolah bagus untuk ukuran daerah tersebut. Anakku Rida yang ikut Mbah Ti di Klaten TK dan SD di SDIM El Yaomi Ceper, SMP di Fajrul Karim Serang, dan lanjut di MAN 2 Kota Serang. Dan anak keduaku Farhan sekolah TK di Al Kautsar, dan SD di Al Azhar Serang. Ada saja jalan Allah supaya aku dan istri bisa membiayai kedua anak kami. Mungkin inilah keberkahan saat kita banyak memberikan maka kita pun mendapatkan dalam bentuk yang tidak pernah kita duga.

5.     Kebutuhanku Allah cukupkan.

Meski secara hitungan matematika antara income dan outcame tidak seimbang karena lebih besar kebutuhan dari pendapatan, alhamdulillah segala kebutuhan sehari hari ada saja solusinya. Dan ini tentu patut disyukuri karena bagaimanapun aku sadar bahwa tiap manusia sudah ada qadar rizkinya. Sehingga aku hanya berkewajiban untuk bekerja dan berdoa setelah itu bersyukur atas semua pemberianNya.

Demikian kisahku yang isinya hanya uraian perjalananku selama menjalani profesi mulia sebagai guru. Tentu tidak ada hal  yang istimewa dari paparanku, namun kuberharap semoga ada manfaat bagi pembaca buku antologi ini. Aamiin.

        Serang, 12 November 2021.

   

                                                        PROFIL PENULIS

Nama lengkap Dail Ma’ruf, M.Pd, lahir di Serang 13 Mei1 977 dari pasangan Muhamad Nur dan Juhariyah. MI dan MTs di Kabupaten Serang, melanjutkan  di MAN 2 di Kota Serang lulus tahun 1996. Kuliah S1 di IKIP Jakarta atau UNJ lulus tahun 2003, Selesaikan S2 di UNINDRA Jakarta tahun 2014 dan menempuh S1 PGSD di STKIP Pelita Pratama Serang lulus 2019. Ikut PPG tahun 2021 angkatan 1 di UNTIRTA dan lulus UP sekali ujian.

Bergabung di kelas Belajar Menulis Bersama Om Jay mulai Juli hingga September dan Lulus dari gelombang 20.  Buku Solo terbit judulnya ; Jurus Jitu Menjadi Penulis Bermutu. Semasa ikut BM 20 diberi Amanah jadi ketua kelas, Wakil Mis Phia dan Sekjen Bu Helwiah.

Buku Antologi sudah ada 15 dengan judul :

1.     Writing is My Passion,

2.     Literasi Solusi di Tengah Pandemi,

3.     Belajar Daring OK Bersama Guru Millenial,

4.     Hikmah di Balik Pandemi,

5.     Jejak Pena Pengembala Aksara,

6.     Bangga Menjadi Bangsa Indonesia,

7.     Surat Cinta Untuk Guruku,

8.     Sinergi Dampingi Murid Raih Prestasi,

9.     Maulid Nabi Muhammad SAW di Nusantara,

10.  Perjalanan Haji dan Umrah ke Baitullah,

11.  Aku Bangga Menjadi Guru Indonesia,

12.  Inspirasi Menulis dan Menerbitkan Buku,

13.  Untaian Kasih Bunda Sepanjang Masa,

14.  Ibuku Wanita Terhebat,

15.  Surat Cinta Guru Untuk Pak Jokowi.


4 komentar:

  1. TERIMA KASIH SUDAH BERKENAN MAMPIR DAN KOMENTAR

    BalasHapus
  2. Sehat n bahagia slalu utk kita semua

    BalasHapus
  3. Luar biasa. Gimana rasanya memasukkan benang kelubang jarum dimalam yang gelap...

    BalasHapus
  4. tak mungkin bisa kecuali abahnya dayan

    BalasHapus

DI STASIUN PONDOK CHINA JODOHKU BERSATU

Popular posts