Jika Hati Telah Jatuh Cinta
Oleh Widya Setianingsih,S.Ag
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal
sholeh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan hati mereka dengan penuh
kasih sayang,” (QS Maryam:96)
Suara
tawa riang mengikuti langkah langkah kecil yang berlarian ke sana ke mari.
Di teras kelas terdengar suara terikan ciat
ciat, seolah-olah
mengeluarkan jurus Naruto. Sesekali
ditimpali teriakan kesal
karena tingkah usil teman yang
dengan sengaja meletakkan seekor serangga mainan di meja kelas. Itulah gambaran kecil suasana di kelas satu.
Mungkin sebagian orang beranggapan susah ya menjadi guru kelas satu, harus
sabar, harus telaten, harus ini dan itu. Aku pun hanya tersenyum. Itu lah yang kurasakan dulu 15 tahun yang lalu saat aku
mengawali menjadi guru kelas satu.
Masih kuingat
dengan jelas di saat aku pertama kali mendapatkan tugas menjadi wali kelas 1.
Kupikir semudah aku mengajar di kelas-kelas jenjang lebih tinggi yang pernah
aku ampu. Ternyata berbeda sekali. Kenyataannya mengajar di kelas 1 tidaklah
semudah yang aku bayangkan. Minggu-minggu pertama, anak-anak di kelas 1 sukses
membuat kepalaku vertigo. Ketika aku tengah menyampaikan materi, beberapa anak
anjang sana. Mereka berjalan-jalan ke meja temannya. Sementara yang lain asyik
bermain peralatan alat tulis mereka. Saat aku hampiri dan bertanya, “Nak coba
perhatikan Bu guru” kataku.
Seorang anak
menjawab, ”ada zombie ayoo tembak” Kata salah seorang anak sambil mengarahkan
kotak pensilnya ke arahku dengan menyuarakan suara senapan. Dor..dor..dorr.
Rupanya mereka menganggap aku adalah zombie yang akan memakan mereka. Duh gusti
ucapku menahan geli. Fokus pada kumpulan
anak yang mengaku sebagai pemburu zombie, di deretan bangku yang lainnya
kudengar suara anak menangis dengan kencang. Praktis kepalaku menoleh ke sumber
suara. Kuhampiri segera, “Mengapa menangis nak,” ucapku setengah panik.
Siswa yang berbadan agak besar menjawab
dengan jumawa, ”Aku yang pukul dia bu guru,” katanya sambil menudingkan jarinya
kearah teman yang sedang menangis.
“Mengapa temannya dipukul sayang,”
ucapku dengan gemas.
Dengan santainya
dia menjawab, “Dia tidak mau meminjamkan penggarisnya kepada saya bu, ya sudah
aku pukul saja biar kapok. Habis pelit sih,” jawabnya seolah tanpa dosa.
Ya Allah ucapku sambil mengelus dada.
Dengan menangis
aku sering sharing dengan guru yang kuanggap senior. Dari temanku aku
memperoleh informasi yang cukup menenangkan hati. Satu testimoni yang aku garis
bawahi. Menjadi guru itu tidak hanya sekedar transfer ilmu saja, tapi kita
harus bisa menjadi seorang pendidik, orangtua, dan teman bagi mereka. Libatkan
hati saat mengajar. Kalimat terakhir tersebut seolah menohok ulu hatiku. Ya
memang benar aku tidak melibatkan hatiku saat mengajar mereka. Aku mengajar
hanya dengan separuh hati. sekedar mendidik, mentransfer ilmu, dan mengajar
hanya untuk menggugurkan kewajibanku saja.
Berbekal
pengalaman yang nano-nano seperti itu, akupun segera beradaptasi dengan cepat.
Demi memantaskan diriku untuk menjadi guru kelas satu aku harus berubah. Ku iikuti berbagai pelatihan
guru, kelompok kerja guru,
menimba ilmu sana sini dari guru guru yang lebih senior. Mulai
banyak
membaca buku tentang trik untuk menjadi
guru kelas satu.
Dan kini tak terasa kulalui waktuku bersama siswa-siswiku
kelas 1 selama 15 tahun. Suatu pencapaian yang membutuhkan perjuangan dan
pembelajaran yang panjang. Kini ku bisa tersenyum dan balik bertanya “Mengajar
kelas satu apa susahnya?”. Sabar, memang modal utama untuk
menjadi guru, hanya untuk guru kelas 1 perlu ditambah lagi porsi sabarnya. Telaten, Itupun modal yang sama yang
harus kita miliki saat bekerja dimanapun.
Lantas
dimana susahnya menjadi guru kelas satu? . Menurutku satu modal dasar yang
harus kita miliki untuk menjadi guru, lebih lebih guru kelas satu adalah
mengajar dengan hati, dengan kasih sayang, with love. Kita ambil sebuah
ilustrasi, bagaimana seandainya kita hanya mengajar dengan tujuan transfer ilmu
saja, tanpa melibatkan hati.
Jika kita mengajar
di kelas 1, lalu ada anak yang
menangis karena bukunya tertinggal di rumah. Tentu perhatian kita akan teralihkan pada anak yang menangis tersebut.
Biasanya jika gurunya fokus pada satu anak yang menangis, di ujung kelas anak
yang dominan mengganggu teman yang lebih kecil, mereka berkelahi. Ditambah lagi
sebagian anak anak yang berjalan-jalan
atau berlarian dikelas. Kondisi seperti
itu cukup membuat tensi darah kita naik.
Ditambah lagi saat berbaris, pemandangan yang selalu terjadi adalah anak
anak berselisih hanya untuk berebut posisi berbaris yang paling depan. Karena mereka ingin digandeng gurunya. Lantas
apakah kita harus jengkel menghadapi hal tersebut? Padahal mereka hanya ingin dekat dengan gurunya.
Ataukah saat
menghadapi hal-hal kecil lainnya yang
memicu mereka untuk berselisih. Seperti
tidak diajak bermain bersama, tidak bisa mengerjakan tugas dari guru, di
ejek temannya, pensilnya hilang. Di kelas 1 hal-hal kecil semacam itu, bisa menjadi dramatisasi yang besar. Nah,
bagaimana menyikapinya?. Hal pertama yang perlu kita sadari adalah anak anak
bukanlah orang dewasa dalam fisik yang kecil. Tetapi mereka memang benar anak
anak, yang sangat berbeda dengan dunia orang dewasa. Dunia mereka adalah dunia
bermain, kaya akan warna, imaginasi, petualangan dan gerak.
Saya akan membagikan beberapa
tips yang dapat kita terapkan saat mengajar dikelas 1.
1. Kenali Siapa Anak-Anak Kita.
Langkah awal saat kita akan
mengajar kelas satu adalah kenali dunia mereka. Kita harus masuk dalam dunia
mereka, misalnya anak anak sangat suka bermain. Maka kita masuki dunia bermain
anak anak. Mereka akan mengapresiasi gurunya dan merasa gurunya menarik karena
bisa diajak bermain bersama.
Gunakan imaginasi, suasana kompetisi, dan petualangan saat berinteraksi dengan
mereka. Setelah kita berbaur dengan dunia mereka, maka dengan mudah kita akan
menggiring mereka memasuki dunia kita, dunia belajar. Mereka pasti antusias saat kita mengajak
mereka untuk belajar, apalagi dengan mengunakan metode yang tepat yang bisa
mewadahi dunia mereka.
2. Jangan Tergesa - gesa untuk Mencapai Target Tujuan Pembelajaran.
Jika mengajar di kelas jenjang lebih tinggi, kita bisa lebih mudah fokus menyampaikan
materi dan tujuan pembelajaran. Sehingga materi
akan bisa dituntaskan sesuai schedule. Akan tetapi di kelas 1
hal seperti itu tidak dapat dipaksakan.
Hal awal yang harus diperhatikan guru kelas satu adalah menciptakan suasana
yang nyaman untuk belajar. Baru langkah selanjutnya menyampaikan materi sesuai
target. Ingat Anak-anak kelas
1 adalah peralihan dari sekolah TK, jadi
pahami masa transisi mereka.
3. Stop Pelabelan Negatif.
Saat anak anak berbuat salah,
kita jangan langsung men-justice
kesalahan mereka. “Anak nakal, anak bodoh, anak malas”. NO! Mereka bukan anak
malas, mereka hanya belum terbiasa untuk belajar dengan pola yang lebih
teratur. Mereka bukan anak yang nakal, tapi mereka sedang belajar
bersosialisasi dengan teman dan peraturan di sekolah. Guru harus menjadi
mediator bagi mereka untuk mengenal dan memahami pola belajar di tingkat sekolah dasar,
lingkungan yang lebih besar.
4. Target Utama di Kelas 1 Adalah Pembentukan Karakter.
Menurut saya ada hal yang lebih penting
daripada angka ketuntasan minimal dalam kompetensi dasar, yakni karakter.
Pembentukan karakter lebih mudah di terapkan sejak dini, yakni di kelas satu.
Ibarat mencetak adonan clay, membentuk karakter anak kelas satu lebih mudah.
Mengapa? karena anak anak bersifat imitasi. Cenderung meniru. Pastikan anda menjadi
sosok yang diidolakan anak anak, maka dengan mudah mereka akan meniru kita.
Tentunya perlihatkan contoh dan
pembiasaan yang positif bukan hal yang negatif.
5. Sampaikan Pembelajaran dalam Suasana Gembira dan Menyenangkan.
Bukan zamannya lagi belajar disampaikan
dalam suasana yang kaku, anak harus duduk rapi, tidak boleh berbicara, hanya
guru yang dominan. Hal tersebut akan menimbulkan suasana ‘horor’ di dalam kelas. Anak-anak akan
tertekan dan ketakutan. Sebagai guru
kita harus memahami hal apa yang paling disukai anak-anak, apa yang membuat
siswa kita gembira dan antusias. Kenali pola belajar anak. Bagaimana tipe
belajar anak auditory, anak anak yang visual atau anak anak yang memiliki tipe
belajar kinestetik.
Untuk siswa kelas 1 sebagian besar dari mereka adalah
anak-anak yang kinestetik, dominan bergerak. Maka temukan metode yang
tepat untuk mewadahi pola belajar mereka. Guru harus kreatif mengemas
pembelajaran sebagai suatu permainan yang seru dan mengasyikkan. Sehingga keseriusan
pembelajaran dikemas dalam permainan yang menarik. Siswa kelas 1
menyukai aktivitas yang melibatkan
gerak. Untuk itu perlu digunakan metode yang bisa mewadahi keaktifan mereka.
Misalnya dengan metode lacak kata, mencari jejak yang hilang, belajar diluar
kelas ataupun melakukan aktivitas yang melibatkan gerakan. Untuk anak tipikal auditori atau visual, aku gunakan
metode membaca dengan nyaring, belajar dengan benda nyata dan gambar.
6. Selingi Pembelajaran Dengan
Rekreasi.
Rentang
konsentrasi sangat tergantung pada usia.
Dan konsentrasi itu akan berkembang sejalan dengan tingkat usianya. Untuk anak usia sekolah dasar durasi
konsentrasi antara 30 - 40 menit. Sedangkan untuk anak usia Tk – klas 1 SD
rentang konsentrasi mereka sekitar 12 -15 menit.
Saat terlihat siswa kita sudah tidak fokus, usil dengan
temannya, banyak gerak itu tanda-tanda mereka kurang berkonsentrasi. Segera
ajak siswa kita untuk berekreasi. Kita bisa mengajak mereka untuk bergerak,
bernyanyi, menari, tepuk ataupun game-game ice breaker yang kita sesuaikan
dengan kondisi.
7.
Libatkan Hati Dalam Mengajar.
Dari keseluruhan tips diatas
tidak akan berhasil jika mengajar tanpa melibatkan HATI. Apalah artinya jika mengajar tanpa melibatkan HATI. Anak
anak dengan segala kepolosan dan keluguannya adalah manusia yang peka. Jika kita mengajar mereka dengan kasih sayang,
dengan rasa cinta, maka mereka akan merasakannya. Jika kita mengajar dengan hati, maka mereka akan menerimanya dengan
hati pula. Bukan hal yang sukar membentuk mereka, jika hatinya sudah tersentuh.
Selama kita masih punya hati,
tidak ada yang sulit untuk mengajar
siswa kelas 1. Ingatkan hati kita untuk terus menerus mengajar karena Allah.
Dengan begitu hati kita akan lebih lembut menerima mereka dengan rasa kasih sayang.
Jadi tidak sulit bukan menjadi guru kelas 1?
PROFIL PENULIS
Memiliki buku
solo, kumpulan puisi cinta yang berjudul Laras-Laras Makna dalam Puisi.
Buku antologi yang
sudah diterbitkan adalah Buku Ajar Juara
UAMBN, Bukan Guru Biasa, Bahagianya menjadi Guru, Berjuta Cinta dengan Cerita, Sekuntum Puisi, Bumi 14 hari, Kumandang Kisah remaja,
Kado untuk ibu, Jejak Pena Pengembara Aksara, Kisah Laskar Ilmu di Masa
Pandemi, Suara dalam Kata, Sekuntum Puisi, Sinergi Guru dan Siswa Melejitkan
Prestasi, Merindukan Baitulloh, Kidung Cinta Sahabat, Kisah Para Pendaki Mimpi,
Media Pembelajaran Pilihan Guru Hebat, Self Healing dalam Menulis.
Penulis
dapat dihubungi melalui wa (085954558358), Ig. Widyabisma, facebook Widya Althafian atau
email
widyabisma9@gmail.com.
Dan alamat blog https://widyabisma.blogspot.com/
Keren
BalasHapusTerimakasih pak, mohon bimbingannya
BalasHapusInspiratif
BalasHapus