Higar bingar pasar, tempat wisata, Mall, dan tempat
hiburan malam pasca lebaran Idul fitri hingga petengahan Juni ini seakan
menyiratkan bahwa harapan masyarakat bahwa pada tahun pelajaran baru 2021 akan
dilakukan tatap muka secara bertahap pada semua jenjang sekolah dan perguruan
tinggi, tampaknya akan kandas dan sulit direalisasikan.
Hal ini karena angka positif covid 19 di berbagai
daerah di Indonesia mengalami keanaikansangat signifikan bahkan lonjakan yang
sangat tinggi di atas 60 prosen. Data ini dibuktikan dengan hampir semua RS
daerah, RS rujukan Covid sudah terisi penuh, bahkan hingga ke lapangan parkir
yang dipasang tenda darurat untuk menampung sementara pasen yang terpapar covid
19 varian baru delta.
Pertanyaannya : apakah lonjakan angka positif Covid 19 jelang juli atau masuk sekolah tatap muka ini terjadi secara alamiah ataukah lagi lagi ada unsur politik alias rekayasa global ?
Ada beberapa opini yang berkembang tentang masalah
lonjakan ini, pertama kalangan yang menyatakan hal ini akibat kelalaian kita,
baik pemerintah maupun masyarakat yang tidak lagi berdisiplin dalam menjakankan
prokes, misalnya tidak maskeran, berkerumun dan tidak sering cucu tangan. Pendapat
kedua karena adanya mutasi dari corona virus itu sendiri yang menyebabkan si
Virus tersebut menjadi lebih ganas dan sulit diatasi meskipun kita sudah
melkukn prokes 3M alias masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Dan pendapat
ketiga menyatakan bahwa lonjakan ini sengaja diviralkan untuk kepentingan
politik misalnya supaya bangsa ini bodoh maka janganlah sekolah tatap muka ini
jadi dilaksanakan, dan dibuatlah kondisi dan opini seakan akan nusantara ini
sudah zona merah semuanya.
Bagaimana kita menyikapi keadaan ini, dan sikap apa
yang tepat dalam berinteraksi dengan masyarakat yang terbagi dalam tiga
pendapat tersebut. Menurut ilmu agama Islam maka tuntunannya jelas tentang
wabah ini yaitu bila masih pada fase awal terjadi maka lakukan lockdown.
namun bagaimana jika wabahnya sudah menyebar hampir ke semua pelosok negeri
bahkan berbagai negara jagat raya?
Bila kita cermati beberapa negara dalam menyikapi
masalah pandemi covid 19 ini, termasuk sumbernya China, maka kita bisa saksikan
bahwa mereka lebih mengedepankan imunitas ketimbang mengobati. Bahkan mereka
menjadi tuan rumah olimpiade. Dan faktanya kita tidak mendengar lonjakan yang
wafat disana dengan adanya event ini. Di Asia misalnya negara Brunai
Darussalam dan Singapura menyatakan bahwa negaranya akan menormalisasi
semua aspek publik dan membuka semua akses dengan negara lain, serta menyatakan
bahwa penyakit covid 19 adalah flu biasa.
Sehingga dalam hal pendapat tentang bagaimana
menyikapi pandemi Covid 19 yang kembali menggila?, maka sikap penulis lebih
memilih tetap lakukan prokes namun jangan berlebihan atau lebay. Misalnya
memandang masyarakat yang tidak lakukan prokes sebagai kaum dungu dan tidak
taat aturan. Sehingga pergaulan di masyakat pun tidak berjalan dengan
harmonis. Maka sebagai penutup dari tulisan ini, mari kita jaga imunitas kita
masing masing dengan makan enak dan bergizi, rutin olahraga, berjemur, serta
tetap bahagia. Tak lupa dimanapun dan kapanpun prokes itu tetap lakukan.
Sehingga dengan kedisiplinan jalankan prokes dan pola pikir yang positif dan
bahagia, maka imunitas kita akan naik dan virus yang akan menghinggapi pun,
akan mampir sesaat saja dan segera pergi karena kita kuat, virus tak bisa
menggerogoti. Salam sehat dan bahagia selalu.