ASRAMA
YAPI MENJADIKANKU AKTIVIS ISLAM DAN GURU INSPIRATIF
Oleh :
Dail Ma’ruf, M.Pd
Sekilas kisahku di Asrama Sunan Gunung Jati
Perkenalkan namaku Dail
Ma’ruf, lahir di Serang Banten 13 Mei 1977, aku anak keenam dari tujuh
bersaudara, dari pasangan H. Muhamad Nur dan Hj. Juhariyah. Dari ketujuh anak
abah dan ibuku yang masih hidup 5 orang, dua orang telah wafat mendahului kami.
Aa Dudi dan Aa Encep, semoga keduanya husnul khatimah. Pendidikanku MI hingga MTs
di Petir, kabupaten Serang, melanjutkan di MAN 2 Serang setelah lulus
tahun 1996 meneruskan S1 di IKIP Jakarta
jurusan Pendidikan Bahasa Arab melalui jalur PMDK atau undangan Rektor.
Jalan berliku aku lalui selama
menjalani perkuliahan di IKIP Jakarta dari tahun 1996 hingga lulus tahun 2002. Saking
betahnya kuliah di IKIP Jakarta bahkan hingga kampusku berubah menjadi
Universitas Negeri Jakarta (UNJ) barulah aku wisuda. Aku merasa senang punya
kesempatan belajar di kampus negeri yang terkenal kedisiplinannya dalam nilai,
dan merupakan kampus pencetak para guru hebat. Tahun pertama kuliah, aku tinggal menumpang di salah satu kerabat
dari abahku, namanya Pak Fuad juragan daging orang Batu Bantar Pandeglang, aku
tinggal di rumahnya di Jalan Kamojang,
Kelurahan Pulogadung Jakarta Timur.
Tahun kedua, aku berkesempatan tinggal
di Panti Asuhan Putra Mulia Kayu Putih, Pulogadung, punya Pak Haji Agus
pensiunan Pertamina, aku tingal di Panti asuhan ini bersama sahabatku Wahid
orang Lampung dan Mustopa orang Ciamis. Kami tinggal selama 1 tahun. Hal paling
berkesan selama di panti asuhan ini adalah saat membersamai anak-anak yatim
mandi, ganti baju, sisirin rambut, makan bersama, dan menemani belajar malam yang
di tutup dengan dongeng sebelum tidur. Selain aku, Wahid dan Mustopa, ada guru
lain yang kuliah di LIPIA Pak Ali Rido dan Pak Ahmad serta mahasiswa FT-UNJ kang Yadi namanya, kami bersama-sama mengasuh
sekitar 70 anak yatim yang sebagian besar berasal dari Pulau Mentawai.
Mendapat kabar dari Syamsi dan Wawan
Setiawan bahwa ada lowongan untuk tinggal di Asrama Sunan Gunung Jati ( ASGJ )
di Jalan Bunga No. 21 Matraman Jakarta Timur, aku segera melamar bersama
kawanku Wahid dan kami berdua diterima. ASGJ adalah asrama pertama yang
dimiliki Yayasan Asrama Pelajar Islam ( YAPI ). Saat itu ketua asramanya adalah
Ahmad Muzakir orang Ciamis, yang juga ketum Korkom IKIP Jakarta tahun 1998. Masa menjadi Warga Percobaan baca Warcob
kujalani dengan segala suka dukanya. Setelah 1 tahun akupun ditetapkan jadi
warga tetap dan langsung jadi sekertaris asrama, selanjutnya ketua ASGJ.
Dari Kader HMI Menjadi Pengader HMI
Efek pergaulan atau lingkungan sangat
menentukan karakter seseorang, dan ini relevan dengan ajaran Islam bahwa setiap
anak itu lahir dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya yang membentuknya
menjadi seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Demikian pula yang terjadi
denganku selama di ASGJ. Rupaya tugas –
tugas yang diberikan pengurus kepadaku, itu menjadikan aku mengalami
peningkatan rasa percaya diri, punya skill organisasi dan punya karakter
pemimpin.
Sebelum aku masuk ASGJ, alhamdulillah
aku telah menjadi anggota HMI bersama Wahid, Syamsi, dan Mahfan, ketiganya
alumni MAPK Lampung yang super cerdas. Sehingga ketika aku masuk ASGJ tak
terlalu diplonco karena sebagian senior asrama sudah mengenalku. Hanya orang
Madura bernama Ahmad Wakil Kamal saja yang lumayan super kren dalam memplonco para
warcob. Namun demikian kami merasakan manfaatnya dalam membentuk mental seorang
aktivis Islam di Ibukota Jakarta yang katanya lebih kejam dari ibu tiri.
Bang Yusuf Hidayat, bang Ubedillah
Badrun, Bang Erfi, Bang Taufik Syah, bang Tohir, dan bang Jakfar serta ketua
Asrama Ahmad Muzakir berjasa menasehati serta memotivasiku untuk melanjutkan ke
perkaderan HMI selanjutnya yaitu Intermediate Training (LK-2), aku ikuti
anjuran mereka dan alhamdulillah, makin terbuka dan makin sadarlah aku
bahwa aku masih bodoh dan banyak yang belum kuketahui daripada yang sudah
kuketahui. Inilah mungkin hikmah dari pelatihan HMI menjadikan kadernya makin
rendah hati.
Terlibat dalam beberapa kepanitiaan
Idul Fitri, Idul Qurban dan kegiatan diskusi serta seminar di Markas HMI Cabang
Jakarta di Asramaku, membuatku memiliki daya tahan dari guncangan persoalan. “Alah
bisa karena biasa”, karena sering alami kesulitan dalam masalah mengelola
kegiatan baik di Asrama YAPI maupun HMI , maka sesulit apapun masalah yang
terjadi padaku, aku menghadapinya dengan biasa saja. Jarang aku panik jika
mendapat masalah, karena selalu berprinsip bahwa setiap masalah pasti ada
solusinya.
Setelah lulus dari LK 2 , tiga bulan
berikutnya aku melanjutkan ke kursus calon pengader ( Senoir Course ) dan lulus
dengan predikat baik. Setelah magang 2 kali jadi pemandu, berikutnya langsung menjadi
Master of Training ( MoT) di perkaderan awal Basic Training HMI di Villa Faisal
Motik Bogor. Dari 21 peserta yang ikut LK-1, alhamdulillah sekitar 17
orang aktif di HMI, bahkan ada yang menjadi ketua kornas KOHATI bernama
Maftuhah Umami dari Universitas Islam Jakarta.
Beberapa Pelajaran Hidup Dari Asrama YAPI
Banyak pelajaran hidup
yang aku dapatkan selama tinggal di Asrama Sunan Gunung Jati yang beralamat di
Jalan Bunga No. 21 Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur diantaranya :
a. Jadi pelopor
bukan pengekor
Prinsip
ini yang aku dapatkan selama di asrama YAPI, para senior ketika mengajak
kegiatan, mereka memberikan contoh terlebih dahulu, ketua asrama pun demikian.
Saat aku menjadi ketua asrama sunan gunung jati tahun 2000, aku terbiasa mencontohkan
dahulu berbuat, berikutnya warga ASGJ mengikuti.
b. Jangan
takut mengeluarkan ide dan bertanya
Sebagaian
orang merasa bahwa malu berpendapat atau mengeluarkan ide, khawatir ditertawan,
atau bahkan tak berani bertanya khawatir pertanyaannya tidak berbobot. Pikiran
ini keliru, karena belum tentu orang lain punya ide yang kita pikirkan, dan
punya pertanyaan seperti yang kita tanyakan. Maka sampaikan saja ide dan ajukan
pertanyaanmu, insya allah bermanfaat.
c. Siap
dengan tugas/ pekerjaan apasaja
Setiap
manusia tidak ada yang langsung berjalan atau berlari, namun melalui tahapan
atau proses tengkurap, duduk, berdiri, berjalan ditatih, berjalan dan barulah
berlari. Demikian pula dalam kehidupan ini, tidak ada yang langsung bisa
mengerjakan sesautu yang belum pernah dikerjakannya. Maka anak asrma YAPI harus
siap dengan apa yang ditugaskan kepadanya atau menerima pekerjaan apasaja.
Prinsipnya belajarlah dari orang yang sudah berpengalaman, kita pun akan bisa
melakukannya.
d. Berperan
di Kampus dan di Masyarakat
“Khairunnas
anfauhun linnas” atau
sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Inilah
perinsip kader HMI dan warga asrama YAPI, selalu melakukan aktivitas yang
bermanfaat bagi komunitasnya. Saat mahasiswa maka aktiflah di organisasi kampus
bahkan menjadi ketuanya, dan saat berkeluarga berperan aktiflah di
masyarakatnya bahkan menjadi ketua RT atau
ketua DKM di lingkungan sekalipun.
e. Rajin
silaturahmi.
Anjuran
silaturahmi begitu kuat dalam ajaran Islam, demikian pula yang aku rasaka di
asrama YAPI selama tinggal disana beberapa alumni seangkatannya menjalin
silaturahmi saling menghubungi via telepon, wa, bahkan saling
mengunjungi/mampir saat ada salah satu alumni yang berpergian ke daerah yang
disana ada kawannya tinggal.
Menggagas Pola Kaderisasi Kepemimpinan Asrama
YAPI
YAPI saat ini telah memiliki 4 asrama
terdiri dari Asrama Sunan Gunung Jati,
Asrama Sunan Giri, Asrama Wali Songo,
dan Asrama Putri. Keempat asrama tersebut totalnya dapat menampung 80
mahasiswa. Ada beberapa bentuk pembinaan yang telah dilakukan pengurus YAPI
terhadap warga asrama guna menempa
mereka agar kelak tumbuh menjadi calon pemimpin masa depan yang mewarnai
kehidupan berbangsa dan bernegara. Selama
ini yang telah dilakukan untuk membina warga asrama YAPI dengan mewajibkan
semua warganya masuk organisasi mahasiswa Islam, aktif di intra kampus, sholat
berjamaah, ikut pengajian dan kajian rutin di asrama, kegiatan PHBI, dan
kepanitaan lainnya. Semua aktifitas tersebut bertujuan agar kelak mereka
terbiasa dengan kegiatan positif di masyarakatnya dan lingkungan tempat
bekerjanya.
Melihat dan mengevaluasi tentang
keberehasilam pola pembinaan kader pemimpin ummat dan bangsa yang dilakukan
pengurus YAPI terhadap warga binaannya, sebagai pribadi atau mantan warga ASGJ,
saya berpendapat bahwa perlu adanya perubahan pola perkaderan dan pembinaan
bagi adek warga asrama. Pembinaan kepada warga asrama YAPI bukan hanya
mengandalkan program pembinaan yang telah ada sejak lama, namun perlu terus
berinovasi membuat pola pembinaan yang akan mampu menjawab tantangan dan
tuntutan jamannya. Dimana semuanya sudah terintegrasi dalam teknologi informasi
dan komunikasi atau dikenal dengan era digital 5.0. Pertahankan pola pembinaan yang lama, namun teruslah berupaya
mencipatakan terobosan baru agar lulusan asrama YAPI bukan hanya mampu menjadi
aktivis gerakan saat mahasiswa atau pasca HMI.
Namun
lebih kepada pembinaan live skill
yang dibutuhkan dalam kehidupan keseharian seperti kemampuan baca tulis
alquran, kemampuan bahasa Inggis dan Bahasa Arab, keretampilan program komputer
dan keterampilan menulis opini koran/ majalah dan keterambilan membuat buku
bahkan kemampuan untuk menjadi khatib sholat jumat, khatib idul fitri-idul adha
serta mengisi pengajian di masjlis taklim sekitar rumhanya kelak jika telah
berkeluarga, dimanapun mereka berkarya dan bekerja. Pelatihan dengan 13 kali
pertemuan yang diadakan pengurus YAPI menjadi bukti bahwa pembinaan kepada adek
asrama telah dilaksanakan secara serius, konsisten serta berdaya guna. Semoga
keberadaan asrama YAPI di Jakarta dan Depok dapat dirasakan manfaatnya oleh ummat terutama oleh
warga asrama YAPI. Aamiin.
Beberapa
Momen Tak Terlupakan Saat tinggal di ASGJ .
Sebagai Warcob tentu
akan mengalah saja saat senior menyuruh ini dan itu, dan rasanya tidak adil
juga jika tugas membersihkan kamar mandi dan WC diberikan kepada Warcob sedangkan
warga tetap tidak berani menjadwalkannya. Jaman saya ketua ASGJ, semu warga
dari dapat gilirannnya piket bersihkkan kamar mandi dan kloset. Saat Idul
qurban, karena kebagian posisi PJ qurban , maka saat ada pequrban tak sempat
belikan kambing, atau sapi namun menitipkan uang, maka satu hari jelang
takbiran, aku berkewajiban belanjakan uang titipan untuk beli kambing itu ke
Pasar Pramuka, dan membawa pulang Si kambing dengan bajaj dari India. Malu
sebenarnya naik bajaj campur kambing, namun bisa menghibur diri bahwa ini hanya
1 atau 2 kali saja selama tinggal di
asrama YAPI.
Momen
idul Fitri dan Idul adha itu pun jadi pengalaman indah bagiku. Menyiapkan
lapangan Urip Sumoharjo berikut jalan menuju Jatinegara bukanlah hal mudah,
karena kita perlu berkirim surat ke kantor Kodam Jaya. Dan aku pernah diusir
tidak boleh masuk karena tidak pakai sepatu. Terpaksa besoknya kembali
lagi dengan costum yang sesuai lengkap
sepatunya. Peristiwa lain yang menjadi kenangan yaitu saat dipilih menjadi ketua
PHBI, karena aku bisa memberi sambutan atas nama PHBI Jakarta Timur, dan
dibarisan utama jamaah ada walikota Jakarta Timur, ada Kapolres Jakarta Timur, para kiyai dan habaib dan
tokoh ummat lainnya. Waktu itu ada pula dosenku hadir di barisan utama,
Ust.Safruddin Tajudin, M.A. yang rumahnya memang di Jatinegara. Momen reformasi
1998 itulah pengalaman yang paling tak bisa aku lupakan selama NKRI masih ada, banyak terjadi penjarahan di
ibukota dan pembakaran.
Hal
lain yang cukup berkesan adalah saat menjadi sekretaris BPM UNJ, saat jadi
calon presiden UNJ, saat di utus ke LKMM nasional dan lulus terbaik, saat
wisuda S1 aku dipilih menjadi pembaca ikrar wisudawan, dikuti sekitar 5.000
peserta gabungan dari D3, S1 dan S2 bahkan S3 UNJ. Terima kasih untuk semua
teman sejatiku baik seangkatan maupun beda Angkatan.
Bionarasi
Penulis
Nama
lengkap Dail Ma’ruf, M.Pd, lahir di Serang 13 Mei1 977 dari pasangan
Muhamad Nur dan Juhariyah. MI dan MTs di Kabupaten Serang, melanjutkan di MAN 2 di Kota Serang lulus tahun 1996.
Kuliah S1 di IKIP Jakarta atau UNJ lulus tahun 2003, S2 di UNINDRA Jakarta tahun
2014 dan menempuh S1 PGSD di STKIP Pelita Pratama Serang lulus 2019. Ikut PPG
tahun 2021 angkatan 1 di UNTIRTA dan lulus UP sekali ujian.
Bergabung
di kelas Belajar Menulis Bersama Om Jay mulai Juli hingga September dan Lulus
dari gelombang 20. Buku Solo terbit
judulnya ; Jurus Jitu Menjadi Penulis Bermutu. Semasa ikut BM 20 diberi Amanah
jadi ketua kelas, Wakil Mis Phia dan Sekjen Bu Helwiah.
Buku
Antologi sudah ada 16 dengan judul : Writing
is My Passion, Literasi Solusi di Tengah Pandemi, Belajar Daring OK Bersama
Guru Millenial, Hikmah di Balik Pandemi, Jejak Pena Pengembala Aksara, Bangga
Menjadi Bangsa Indonesia, Surat Cinta Untuk Guruku, Sinergi Dampingi Murid Raih
Prestasi, Maulid Nabi Muhammad SAW di Nusantara, Perjalanan Haji dan Umrah ke Baitullah,
Aku Bangga Menjadi Guru Indonesia, Inspirasi Menulis dan Menerbitkan Buku,
Untaian Kasih Bunda Sepanjang Masa, Ibuku Wanita Terhebat, Surat Cinta Guru
Untuk Pak Jokowi, Guru Hebat Bermartabat Jilid 1 dan Jilid 2.
Penulis
dapat dihubungi di : Hp/WA :
087871926678,
Email : dailmaruf@gmail.com
Blog : dailmaruf@blogspot.com