Minggu, 20 Februari 2022

TAKDIRKU MENJADI PENULIS




  

 

TAKDIRKU MENJADI PENULIS 

 

Awal Mula Belajar Menulis

                Pertama kali aku ikut latihan kelas menulis saat masih kuliah semester dua di IKIP Jakarta yang sekarang nama kampusku berubah menjadi Universitas Negeri Jakarta. Masih teringat dalam benakku yang mengisi materi saat itu ada Pak Nusa Putra almarhum, Pak Ivan Iskandar, dan Pak Supriyanto. Peserta yang mengikuti bimbingan menulis ada 20 mahasiswa termasuk aku. Ketertatrikannku berikutnmya pada menulis saat bergabung di perkaderan LK-2 HMI . Selama 5 hari ikut LK-2 maka semua peserta diwajibkan membuat resume materi yang disampaikan narasumber. Dari 2 pengalaman inilah bakat awal menulisku mulai tumbuh, diaktualisasikan dalam jurnalistik mahasiswa di organisasi mahasiswa Lembaga Peneliitian Mahasiswa (LPM UNJ) aku menjadi salah satu redaktur di koran kampusku tersebut.

               Selain aktif di LPM UNJ aku juga aktif di Badan Perwakilan Mahasiswa baca BPM semacam DPR-nya kampus yang mengawasi dan memberikan masukan kepada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), alhamdulillah hasil pelatihan di awal semester 2 serta di LK-2 HMI sangat membantuku dalam menyelesaikan tugas sebagai Sekretaris BPM UNJ. Setelah lulus kuliah aku bergabung dengan Lembaga Penelitian Pengembangan Pendidikan, Ekonomi dan Sosial baca LP3ES  di Slipi Jakarta Barat. Kembali skill menulisku menunjang pekerjaanku di Lembaga ini. Apalagi saat ada program Quick Count Pilpres secara langsung, aku merasakan betapa  bermanfaatnya kemampuan menulis yang kudapatkan dari pelatihan semasa kuliah.

Terputus Lama Tak Menulis

               Setelah menikah dengan istri tercintaku Ari Murwanti,S.KM rupanya kesibukan mengurus keluarga sambil mencari nafkah, begitu menyita waktuku hingga tak pernah menulis hinga sekian lama.        Saat aku nikah di usia 27 tahun pada tahun 2005 hingga tahun 2019 terjadi pandemi covid-19 , aku nyaris tak penah menulis kecuali membuat RPP, Silabus, Program Tahunan, Program Semester, dan laporan perkembangan murid secara berkala, itupun kulakukan karena kewajiban. Hikmah dari adanya pandemi Covid-19 ini, khusus bagiku adalah dapat tergabung dalam kelas Belajar Menulis (BM) Angkatan ke-20 asuhan Om Jay.  Jika dihitung, ternyata cukup lama juga aku tak menulis,  dari lulus kuliah tahun 2003 hingga  tahun 2021. Sekitar 18 tahun aku vakum dari menulis.

 

Terdampar di Kelas Menulis Asuhan Om Jay

               Tergabung di kelas Belajar Menulis (BM) gelombang 20 asuhan Om Jay, menjadi hal istimewa dalam hidupku. Karena berawal dari kesadaran betapa pentingnya menulis, mulai aku sadari dan aku pun mulai melaksanakan aktivitas menulis. Di latih oleh para narasumber dan moderator hebat selama 30 kali pertemuan dengan materi yang sangat menunjang untuk menjadi seorang penulis, kami ditempa 3 kali dalam sepekan pada  hari Senin, Rabu dan Jum’at malam pukul 19.00 hingga pukul 21.00 WIB.

               Materi disampaikan via WA grup dengan dibuat satu arah, dan peserta berkewajiban membuat resume materi yang diposting di blog, lalu tautannya dikumpulkan ke panitia dan ke WA grup kelas Belajar Menulis. Menjadi ketua kelas di kelas Belajar Menulis gelombang 20 asuhan Om Jay, menjadikanku lebih semangat karena bagaimana pun ketua  kelas mesti menunjukan semangat lebih dari anggota lainnya. Maka sesibuk dan selelah apapun, aku tetap berusaha untuk ikut kelas dam membuat resume lengkap 30 pertemuan. Untuk bisa lulus kelas , setiap peserta diwajibkannya membuat minimal 20 resume. Dan harus menerbitkan buku solo. Alhamdulillah di hari dan tanggal bersejarah tepatnya tanggal 29 September 2021, buku solo pertamaku terbit dengan judul : Jurus  Jitu Menjadi Penulis Bermutu. Sebelum buku solo ini terbit, aku sudah menerbitkan buku antologi dengan Kurator Bu Aam Nurhasanal dengan judul : Writing is My Passion, dan Literasi Solusi Saat Pandemi dengan kurator Bu Dwi guru Bahasa Inggrisnya Mis Phia  di SMAN Sukabumi.

Cita- cita dan Harapanku

               Menjadi orang tua bagiku sudah impian sejak usia 25 tahun. Alhamdulillah jodohku dengan istri tercinta Ari Murwanti, S.KM bersatu pada 29 September 2004. Kami menikah dengan sederhana namun begitu berkesan. Setidaknya kedua orang tuaku dan bapak-ibu mertua tak punya hutang yang bikin pusing setelah pesta pernikahan kami. Kini kami sudah menjadi orang tua dari kedua buah hati kami, putriku Rida Naila saat ini kelas XI IPA1 di MAN-2 Kota Serang,  sedangkan putraku Farhan Ali saat ini murid kelas VI Tahfidz di SD Islam Al Azhar 10  Serang.

               Sebagai  orang tua tentu cita-citaku adalah menjadi ayah yang baik bagi kedua anakku, jadi suami yang baik bagi istriku dan bisa membahagiakan mereka sesuai kemampuanku.  Tak banyak yang kumimpikan dan kucita-citakan selain menyempurnakan rukun Islam untuk berhaji ke Baitullah, punya kontrakan dan mobil serta tetap punya kebermanfaat bagi sesama itulah impianku sepanjang hidupku.  Semoga Allah mengabulkan doa dan harapanku ini.

Buku – Buku Karyaku

Buku soloku hingga Januari 2022 ini baru satu : “ Jurus jitu menjadi penulis bermutu”. Sedangkan buku antologi lumayan banyak diantaranya : Writing is My Passion, Literasi Solusi di Tengah Pandemi, Belajar Daring OK Bersama Guru Millenial, Hikmah di Balik Pandemi, Jejak Pena Pengembala Aksara, Bangga Menjadi Bangsa Indonesia, Surat Cinta Untuk Guruku, Sinergi Dampingi Murid Raih Prestasi, Maulid Nabi Muhammad SAW di Nusantara, Perjalanan Haji dan Umrah ke Baitullah, Aku Bangga Menjadi Guru Indonesia, Inspirasi Menulis dan Menerbitkan Buku, Untaian Kasih Bunda Sepanjang Masa, Ibuku Wanita Terhebat, Gerakan Motivator Literasi Digital, Surat Cinta Guru Untuk Presiden Jokowi dan Guru Hebat Bermartabat jilid 1, 2 dan 3 serta beberapa buku lain yang masih dalam proses penerbitan. 

Selasa, 15 Februari 2022

ASRAMA YAPI MENJADIKANKU AKTIVIS ISLAM DAN GURU INSPIRATIF

 



ASRAMA YAPI MENJADIKANKU AKTIVIS ISLAM DAN GURU INSPIRATIF

Oleh : Dail Ma’ruf, M.Pd

 

Sekilas kisahku di Asrama Sunan Gunung Jati

          Perkenalkan namaku Dail Ma’ruf, lahir di Serang Banten 13 Mei 1977, aku anak keenam dari tujuh bersaudara, dari pasangan H. Muhamad Nur dan Hj. Juhariyah. Dari ketujuh anak abah dan ibuku yang masih hidup 5 orang, dua orang telah wafat mendahului kami. Aa Dudi dan Aa Encep, semoga keduanya husnul khatimah. Pendidikanku MI  hingga MTs  di Petir, kabupaten Serang, melanjutkan di MAN 2 Serang setelah lulus tahun 1996 meneruskan  S1 di IKIP Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa Arab melalui jalur  PMDK atau undangan Rektor.

          Jalan berliku aku lalui selama menjalani perkuliahan di IKIP Jakarta dari tahun 1996 hingga lulus tahun 2002. Saking betahnya kuliah di IKIP Jakarta bahkan hingga kampusku berubah menjadi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) barulah aku wisuda. Aku merasa senang punya kesempatan belajar di kampus negeri yang terkenal kedisiplinannya dalam nilai, dan merupakan kampus pencetak para guru hebat. Tahun pertama kuliah,  aku tinggal menumpang di salah satu kerabat dari abahku, namanya Pak Fuad juragan daging orang Batu Bantar Pandeglang, aku tinggal di rumahnya  di Jalan Kamojang, Kelurahan Pulogadung Jakarta Timur.

          Tahun kedua, aku berkesempatan tinggal di Panti Asuhan Putra Mulia Kayu Putih, Pulogadung, punya Pak Haji Agus pensiunan Pertamina, aku tingal di Panti asuhan ini bersama sahabatku Wahid orang Lampung dan Mustopa orang Ciamis. Kami tinggal selama 1 tahun. Hal paling berkesan selama di panti asuhan ini adalah saat membersamai anak-anak yatim mandi, ganti baju, sisirin rambut, makan bersama, dan menemani belajar malam yang di tutup dengan dongeng sebelum tidur. Selain aku, Wahid dan Mustopa, ada guru lain yang kuliah di LIPIA Pak Ali Rido dan Pak Ahmad serta mahasiswa  FT-UNJ kang Yadi namanya, kami bersama-sama mengasuh sekitar 70 anak yatim yang sebagian besar berasal dari Pulau Mentawai.

          Mendapat kabar dari Syamsi dan Wawan Setiawan bahwa ada lowongan untuk tinggal di Asrama Sunan Gunung Jati ( ASGJ ) di Jalan Bunga No. 21 Matraman Jakarta Timur, aku segera melamar bersama kawanku Wahid dan kami berdua diterima. ASGJ adalah asrama pertama yang dimiliki Yayasan Asrama Pelajar Islam ( YAPI ). Saat itu ketua asramanya adalah Ahmad Muzakir orang Ciamis, yang juga ketum Korkom IKIP Jakarta tahun 1998.  Masa menjadi Warga Percobaan baca Warcob kujalani dengan segala suka dukanya. Setelah 1 tahun akupun ditetapkan jadi warga tetap dan langsung jadi sekertaris asrama, selanjutnya ketua ASGJ.

Dari Kader HMI Menjadi Pengader HMI

          Efek pergaulan atau lingkungan sangat menentukan karakter seseorang, dan ini relevan dengan ajaran Islam bahwa setiap anak itu lahir dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya yang membentuknya menjadi seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Demikian pula yang terjadi denganku selama di ASGJ.  Rupaya tugas – tugas yang diberikan pengurus kepadaku, itu menjadikan aku mengalami peningkatan rasa percaya diri, punya skill organisasi dan punya karakter pemimpin.

          Sebelum aku masuk ASGJ, alhamdulillah aku telah menjadi anggota HMI bersama Wahid, Syamsi, dan Mahfan, ketiganya alumni MAPK Lampung yang super cerdas. Sehingga ketika aku masuk ASGJ tak terlalu diplonco karena sebagian senior asrama sudah mengenalku. Hanya orang Madura bernama Ahmad Wakil Kamal saja yang lumayan super kren dalam memplonco para warcob. Namun demikian kami merasakan manfaatnya dalam membentuk mental seorang aktivis Islam di Ibukota Jakarta yang katanya lebih kejam dari ibu tiri.

          Bang Yusuf Hidayat, bang Ubedillah Badrun, Bang Erfi, Bang Taufik Syah, bang Tohir, dan bang Jakfar serta ketua Asrama Ahmad Muzakir berjasa menasehati serta memotivasiku untuk melanjutkan ke perkaderan HMI selanjutnya yaitu Intermediate Training (LK-2), aku ikuti anjuran mereka dan alhamdulillah, makin terbuka dan makin sadarlah aku bahwa aku masih bodoh dan banyak yang belum kuketahui daripada yang sudah kuketahui. Inilah mungkin hikmah dari pelatihan HMI menjadikan kadernya makin rendah hati.

          Terlibat dalam beberapa kepanitiaan Idul Fitri, Idul Qurban dan kegiatan diskusi serta seminar di Markas HMI Cabang Jakarta di Asramaku, membuatku memiliki daya tahan dari guncangan persoalan. “Alah bisa karena biasa”, karena sering alami kesulitan dalam masalah mengelola kegiatan baik di Asrama YAPI maupun HMI , maka sesulit apapun masalah yang terjadi padaku, aku menghadapinya dengan biasa saja. Jarang aku panik jika mendapat masalah, karena selalu berprinsip bahwa setiap masalah pasti ada solusinya.

          Setelah lulus dari LK 2 , tiga bulan berikutnya aku melanjutkan ke kursus calon pengader ( Senoir Course ) dan lulus dengan predikat baik. Setelah magang 2 kali jadi pemandu, berikutnya langsung menjadi Master of Training ( MoT) di perkaderan awal Basic Training HMI di Villa Faisal Motik Bogor. Dari 21 peserta yang ikut LK-1, alhamdulillah sekitar 17 orang aktif di HMI, bahkan ada yang menjadi ketua kornas KOHATI bernama Maftuhah Umami dari Universitas Islam Jakarta.

Beberapa Pelajaran Hidup Dari Asrama YAPI

          Banyak pelajaran hidup yang aku dapatkan selama tinggal di Asrama Sunan Gunung Jati yang beralamat di Jalan Bunga No. 21 Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur diantaranya :

a.     Jadi pelopor bukan pengekor

Prinsip ini yang aku dapatkan selama di asrama YAPI, para senior ketika mengajak kegiatan, mereka memberikan contoh terlebih dahulu, ketua asrama pun demikian. Saat aku menjadi ketua asrama sunan gunung jati tahun 2000, aku terbiasa mencontohkan dahulu berbuat, berikutnya warga ASGJ mengikuti.

b.     Jangan takut mengeluarkan ide dan bertanya

Sebagaian orang merasa bahwa malu berpendapat atau mengeluarkan ide, khawatir ditertawan, atau bahkan tak berani bertanya khawatir pertanyaannya tidak berbobot. Pikiran ini keliru, karena belum tentu orang lain punya ide yang kita pikirkan, dan punya pertanyaan seperti yang kita tanyakan. Maka sampaikan saja ide dan ajukan pertanyaanmu, insya allah bermanfaat.

c.     Siap dengan tugas/ pekerjaan apasaja

Setiap manusia tidak ada yang langsung berjalan atau berlari, namun melalui tahapan atau proses tengkurap, duduk, berdiri, berjalan ditatih, berjalan dan barulah berlari. Demikian pula dalam kehidupan ini, tidak ada yang langsung bisa mengerjakan sesautu yang belum pernah dikerjakannya. Maka anak asrma YAPI harus siap dengan apa yang ditugaskan kepadanya atau menerima pekerjaan apasaja. Prinsipnya belajarlah dari orang yang sudah berpengalaman, kita pun akan bisa melakukannya.

d.     Berperan di Kampus dan di Masyarakat

“Khairunnas anfauhun linnas” atau  sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Inilah perinsip kader HMI dan warga asrama YAPI, selalu melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi komunitasnya. Saat mahasiswa maka aktiflah di organisasi kampus bahkan menjadi ketuanya, dan saat berkeluarga berperan aktiflah di masyarakatnya bahkan menjadi  ketua RT atau ketua DKM di lingkungan sekalipun.

e.     Rajin silaturahmi.

Anjuran silaturahmi begitu kuat dalam ajaran Islam, demikian pula yang aku rasaka di asrama YAPI selama tinggal disana beberapa alumni seangkatannya menjalin silaturahmi saling menghubungi via telepon, wa, bahkan saling mengunjungi/mampir saat ada salah satu alumni yang berpergian ke daerah yang disana ada kawannya tinggal.

Menggagas Pola Kaderisasi Kepemimpinan Asrama YAPI

          YAPI saat ini telah memiliki 4 asrama terdiri dari Asrama Sunan Gunung  Jati, Asrama Sunan Giri,  Asrama Wali Songo, dan Asrama Putri. Keempat asrama tersebut totalnya dapat menampung 80 mahasiswa. Ada beberapa bentuk pembinaan yang telah dilakukan pengurus YAPI terhadap warga asrama  guna menempa mereka agar kelak tumbuh menjadi calon pemimpin masa depan yang mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara. Selama ini yang telah dilakukan untuk membina warga asrama YAPI dengan mewajibkan semua warganya masuk organisasi mahasiswa Islam, aktif di intra kampus, sholat berjamaah, ikut pengajian dan kajian rutin di asrama, kegiatan PHBI, dan kepanitaan lainnya. Semua aktifitas tersebut bertujuan agar kelak mereka terbiasa dengan kegiatan positif di masyarakatnya dan lingkungan tempat bekerjanya.

          Melihat dan mengevaluasi tentang keberehasilam pola pembinaan kader pemimpin ummat dan bangsa yang dilakukan pengurus YAPI terhadap warga binaannya, sebagai pribadi atau mantan warga ASGJ, saya berpendapat bahwa perlu adanya perubahan pola perkaderan dan pembinaan bagi adek warga asrama. Pembinaan kepada warga asrama YAPI bukan hanya mengandalkan program pembinaan yang telah ada sejak lama, namun perlu terus berinovasi membuat pola pembinaan yang akan mampu menjawab tantangan dan tuntutan jamannya. Dimana semuanya sudah terintegrasi dalam teknologi informasi dan komunikasi atau dikenal dengan era digital 5.0.  Pertahankan pola pembinaan  yang lama, namun teruslah berupaya mencipatakan terobosan baru agar lulusan asrama YAPI bukan hanya mampu menjadi aktivis gerakan saat mahasiswa atau pasca HMI.

Namun lebih  kepada pembinaan live skill yang dibutuhkan dalam kehidupan keseharian seperti kemampuan baca tulis alquran, kemampuan bahasa Inggis dan Bahasa Arab, keretampilan program komputer dan keterampilan menulis opini koran/ majalah dan keterambilan membuat buku bahkan kemampuan untuk menjadi khatib sholat jumat, khatib idul fitri-idul adha serta mengisi pengajian di masjlis taklim sekitar rumhanya kelak jika telah berkeluarga, dimanapun mereka berkarya dan bekerja. Pelatihan dengan 13 kali pertemuan yang diadakan pengurus YAPI menjadi bukti bahwa pembinaan kepada adek asrama telah dilaksanakan secara serius, konsisten serta berdaya guna. Semoga keberadaan asrama YAPI di Jakarta dan Depok dapat  dirasakan manfaatnya oleh ummat terutama oleh warga asrama YAPI. Aamiin.

Beberapa Momen Tak Terlupakan Saat tinggal di ASGJ .

          Sebagai Warcob tentu akan mengalah saja saat senior menyuruh ini dan itu, dan rasanya tidak adil juga jika tugas membersihkan kamar mandi dan WC diberikan kepada Warcob sedangkan warga tetap tidak berani menjadwalkannya. Jaman saya ketua ASGJ, semu warga dari dapat gilirannnya piket bersihkkan kamar mandi dan kloset. Saat Idul qurban, karena kebagian posisi PJ qurban , maka saat ada pequrban tak sempat belikan kambing, atau sapi namun menitipkan uang, maka satu hari jelang takbiran, aku berkewajiban belanjakan uang titipan untuk beli kambing itu ke Pasar Pramuka, dan membawa pulang Si kambing dengan bajaj dari India. Malu sebenarnya naik bajaj campur kambing, namun bisa menghibur diri bahwa ini hanya 1 atau 2 kali saja  selama tinggal di asrama YAPI.

Momen idul Fitri dan Idul adha itu pun jadi pengalaman indah bagiku. Menyiapkan lapangan Urip Sumoharjo berikut jalan menuju Jatinegara bukanlah hal mudah, karena kita perlu berkirim surat ke kantor Kodam Jaya. Dan aku pernah diusir tidak boleh masuk karena tidak pakai sepatu. Terpaksa besoknya kembali lagi  dengan costum yang sesuai lengkap sepatunya. Peristiwa lain yang menjadi kenangan yaitu saat dipilih menjadi ketua PHBI, karena aku bisa memberi sambutan atas nama PHBI Jakarta Timur, dan dibarisan utama jamaah ada walikota Jakarta Timur, ada Kapolres  Jakarta Timur, para kiyai dan habaib dan tokoh ummat lainnya. Waktu itu ada pula dosenku hadir di barisan utama, Ust.Safruddin Tajudin, M.A. yang rumahnya memang di Jatinegara. Momen reformasi 1998 itulah pengalaman yang paling tak bisa aku lupakan selama  NKRI masih ada, banyak terjadi penjarahan di ibukota dan pembakaran.

Hal lain yang cukup berkesan adalah saat menjadi sekretaris BPM UNJ, saat jadi calon presiden UNJ, saat di utus ke LKMM nasional dan lulus terbaik, saat wisuda S1 aku dipilih menjadi pembaca ikrar wisudawan, dikuti sekitar 5.000 peserta gabungan dari D3, S1 dan S2 bahkan S3 UNJ. Terima kasih untuk semua teman sejatiku baik seangkatan maupun beda Angkatan.

 

 

 

 

 

Bionarasi Penulis

 


 

Nama lengkap Dail Ma’ruf, M.Pd, lahir di Serang 13 Mei1 977 dari pasangan Muhamad Nur dan Juhariyah. MI dan MTs di Kabupaten Serang, melanjutkan  di MAN 2 di Kota Serang lulus tahun 1996. Kuliah S1 di IKIP Jakarta atau UNJ lulus tahun 2003, S2 di UNINDRA Jakarta tahun 2014 dan menempuh S1 PGSD di STKIP Pelita Pratama Serang lulus 2019. Ikut PPG tahun 2021 angkatan 1 di UNTIRTA dan lulus UP sekali ujian.

Bergabung di kelas Belajar Menulis Bersama Om Jay mulai Juli hingga September dan Lulus dari gelombang 20.  Buku Solo terbit judulnya ; Jurus Jitu Menjadi Penulis Bermutu. Semasa ikut BM 20 diberi Amanah jadi ketua kelas, Wakil Mis Phia dan Sekjen Bu Helwiah.

Buku Antologi sudah ada  16 dengan judul : Writing is My Passion, Literasi Solusi di Tengah Pandemi, Belajar Daring OK Bersama Guru Millenial, Hikmah di Balik Pandemi, Jejak Pena Pengembala Aksara, Bangga Menjadi Bangsa Indonesia, Surat Cinta Untuk Guruku, Sinergi Dampingi Murid Raih Prestasi, Maulid Nabi Muhammad SAW di Nusantara, Perjalanan Haji dan Umrah ke Baitullah, Aku Bangga Menjadi Guru Indonesia, Inspirasi Menulis dan Menerbitkan Buku, Untaian Kasih Bunda Sepanjang Masa, Ibuku Wanita Terhebat, Surat Cinta Guru Untuk Pak Jokowi, Guru Hebat Bermartabat Jilid 1 dan Jilid 2.     

Penulis dapat dihubungi di :  Hp/WA : 087871926678, 

Email : dailmaruf@gmail.com  

Blog : dailmaruf@blogspot.com

 

Jumat, 11 Februari 2022

KISAHKU DI BUKU GURU HEBAT JILID 1


    Alhamdulillah, segala puji untuk Allah SWT yang memudahkan proses terbitnya buku Jilid 1 Guru Hebat bermartabat dan bersahabat. Ditulis oleh 41 penulis Nusantara dengan latar belakang keluarga, pendidikan, sosial ekonomi serta karakter yang berbeda. Banyak sebab mengapa mereka  menjadi guru, dan beragam kisah suka duka mewarnai jejak hidupnya. 
    
Dalam link tautan di bawah ini biografi dari 41 penulis Guru Hebat Bermartabat & Bersahabat jilid 1 dapat pembaca simak ulasannya.

https://dailalser.blogspot.com/2022/01/biografi-para-penulis-buku-guru-hebat.html


    Buku tersebut sudah tiba di pangkuan penulisnya dan mereka mendapatkan banyak apresiasi dari pembaca buku tersebut. Kisahnya benar - benar LUAR BIASA, bikin meneteskan air mata dan senyum bahagia, bearcampur dalam hati pembaca. 

    Dan Jilid 2 Jejak Guru Hebat Millenial sedang proses penyelesaian edit , lay out dan ISBN , semoga akhir Februari ini sudah tiba di pangkuan 43 penulisnya. 

Sedangkan bagaimana kisahku dalam buku tersebut dapat dibaca di uraian di bawah ini : 


JALAN BERLIKU MENJALANI PROFESI GURU

Oleh : Dail Ma’ruf, M. Pd

 

Kalah Perang dan Pulang Kampung.

               Ada sebuah hadits nabi yang mengatakan bahwa “bencilah apa yang kamu benci sewajarnya saja, dan cintailah apa yang kamu cintai sewajarnya saja”.  Itulah yang mungkin pepatah yang tepat dengan perjalanan berliku profesiku sebelum menjadi guru. Memang dari sejak aku sekolah di MAN 2 Serang aku tak bercita-cita menjadi guru. Alasanku waktu itu tak pilih PGSD karena abah dan ibuku keduanya guru namun kekurangan dalam hidupnya dan aku merasa banyak keinginan yang tak bisa kudapatkan karena orang tua yang tak punya uang. Saking sederhananya aku tak pernah beli baju baru jika lebaran. Baju baruku dibelikan seragam sekolah, dan baju harianku sebagaian besar warisan dari kakaku yang sudah tidak muat.

               Tak bermaksud menyalahkan abah dan ibu, namun saat aku ditawarkan masuk PMDK IKIP Jakarta  dengan pilihan PGSD dan Bahasa Arab aku tak pilih PGSD dan pilih Bahasa arab. Dengan bayangan bahwa nanti bisa kerja di kadubes atau Travel haji dan umrah. Namun semua yang kita jalani rupanya ujungnya yang terjadi adalah yang sudah ditetapkan Allah SWT sebagai jalan hidup. manusia merencanakan dan Allah SWT menentukan.

               Pasca kuliah, berbagai profesi kulakoni untuk menemukan jati diri dan mencari penghidupan yang lebih baik. Jadi bagian administrasi di rental komputer dan bimbel rakit komputer, pernah kerja di Lembaga survei LP3ES dalam kegiatan Quick Count Pemilu, jadi peneliti di NDI untuk Pilkada, dan akhirnya menyerah dan memutuskan pulang kampung agar bisa hidup dekat dengan kedua orang tua.

Mengabdi di Yayasan Tempat Aku Mondok.

               Sepulangnya dari perantauan dan kembali ke kampung halaman aku tinggal di rumah pinjaman Ibuku di Kota Serang. Aku mencoba melamar pekerjaan ke beberapa perusahaan mobil/ motor, dan ke beberapa sekolah  sejak Januari hingga April 2006, namun tak ada panggilan. Karena bekal tabungan makin berkurang, akhirnya aku terima tawaran dari Abahku untuk mengajar di SMP dan MTs tempat aku mondok semasa aku remaja.

               Menjadi guru pelajaran IPS, PKN dan Bahasa Arab di 4 kelas dan mengajar 6 hari, libur hari Jumat, dengan jarak 20 KM dari rumahku ke tempat aku mengajar, kujalani hingga 1 tahun. Karena terdesak kebutuhan, sedangkan pihak yayasan hanya bisa menggajiku Rp.600.000/bulan, aku pamit dan melamar ke  sekolah lain yang lebih dekat dan gajinya lebih bagus, Alhamdulillah diterima di sekolah SDIT Al Izzah di Unyur Kota Serang.

Mengajar di SDIT Al Izzah Kota Serang

               Aku awalnya mengira bahwa mengajar di sekolah di kota Serang apalagi dengan Gedung bagus 3 lantai dan muridnya yang ribuan, serta uang pangkalnya di atas 10 juta dan SPP bulanan di atas 500 ribu, gaji gurunya di atas 2 juta. Aku masuk Juli 2007 di SDIT Al Izzah Kota Serang, kaget saat wawancara disampaikan oleh pihak Yayasan bahwa gajiku nanti Rp.700.000, hanya beda 100 ribu dibandingkan dengan mengajar di Yayasan Nur El Fakah Kubang Petir di Serang di pelosok kabupaten Serang.

               Kujalani profesi  menjadi guru di SDIT Al Izzah selama 1,5 tahun saja. Karena ada desakan dari abahku untuk ikut tes CPNS di usiku ke-35 tahun yang merupakan batas akhir ikut akupun taat perintah orang tua. Dan aku mengundurkan diri dari lembaga tempat aku bekerja. Tes CPNS bagiku bagaikan sebuah kerja memasukan benang ke lubang jarum di tengah malam gelap gulita. Mungkin bagi yang lain tidak, namun itulah kesanku. Setiap orang punya pengalaman dan kesimpulannya. Setelah hari pengumuman aku tak lolos dan pekerjaanku mengajar di SDIT Al Izzah telah hilang.

               Ada kabar dari teman guru bernama Pak Salim, bahwa di SD Islam Al Azhar 10 Serang ada lowongan guru wali kelas. Tanpa pikir panjang dengan modal “bismillah” akupun langsung antarkan lamaran ke panitia dan ikut seleksi. Rupanya di sekolah Al Azhar pun sama, ada pemecatan guru sebanyak 7 orang karena diam-diam ikut CPNS. Dan lowongan ini untuk mengisi kekosongan tersebut. Dalam hatiku aku berkata “ ini  seperti jeruk makan jeruk” .

Dari Al Izzah aku keluar karena mencoba ikut CPNS dan masuk Al Azhar menggantikan mereka yang dikeluarkan. Yayasan di Serang mayoritas aturannya menurutku memang kejam. Bagi guru tetap tak boleh ikut CPNS. Bila ingin ikut maka harus mengundurkan diri, jika diketahui ikut diam-diam maka dikeluarkan tidak hormat. Karena itulah maka aku sewaktu mau ikut CPNS meskipun tidak lolos, aku menguindurkan diri.

Mengabdi di Al Azhar 10 Serang.

               Aku keluar dari SDIT Al Izzah pada Oktober 2009 dan dan mulai mengajar di SD Islam Al Azhar 10 Serang Januari 2010. Seleksi atau tes masuk menjadi guru SD Al Azhar di jamanku luar biasa saingan dan  pesertanya. Untuk lowongan 7 orang guru kelas dan guru Bahasa Inggris, posisi tersebut diperebutkan lebih dari 160 orang. Syukur alhamdulillah aku termasuk yang diterima. Rupanya doa orang tua itu penting. Aku niatnya hanya untuk taat pada abah yang ingin aku tes CPNS. Rupanya inilah jalan Allah supaya aku mengajar di tempat yang sesuai dengan passionku.

               Kembali ke gaji menjadi guru, ekspektasi orang pasti kalau jadi guru di Al Azhar gajinya tinggi, faktanya 3 tahun pertama gaji pokokku hanya 700 ribu tambah kehadiran 300 ribu/ perbulan. Setelah 2,5 tahun aku bersabar alhamdulillah diangkat menjadi Guru Tetap Yayasan atau GTY dan meningkat  dua kali lipat. Saat ini setelah 11 tahun mengabdi, alhamdulillah ada peningkatan jadi tiga kali lipat dari tahun pertama. Sempat aku hampir tidak kuat karena tuntutan mengajar di sekolah anak orang kaya sangat tinggi, sementara kompensasinya tiada sebanding. Namun ada teman yang nasehati untuk tetap sabar dan ikhlas, insya allah jika istikomah maka akan ada berkahnya. Aku ikuti nasehatnya dan bertahan hingga hari ini.

               Selama mengabdi di SD Islam Al Azhar aku mengampu pelajaran IPA kelas 5  selama 4 tahun, kelas 5 selama 4 tahun dan kelas 6 selama 2 tahun. Di luar tugas pokok sebagai wali kelas aku diberi amanah tambahan menjadi koordinator lomba bidang studi. Semua perlombaan di sekolahku dibawah kordinasiku. Menjabat koordinator lomba selama 8 tahun, aku merasa bahagia karena tak terhitung berapa ratus muridku yang berhasil meraih prestasi di semua mata lomba.

               Lebih dari 4 lemari pajangan kini penuh oleh piala dan medali, baik piala dari lomba open house SMP di kota Serang dan Banten, lomba OSN, O2SN, FLSN, KSM bahkan lomba robotik internasional di Singapura tahun 2016. Muridku juara 1 dan juara 2 atas nama Ahdan dan Elzar. Lomba IPA ada Nadia Sahla juara 2 Sains internasional di Bali, ada Galih juara 2 pada lomba Matematika internasional di India pada ajang IMSO.  Tahun 2021 ini ada Aryo juara 1 KSM dan juara 2 KSN bidang matematika.  Luar biasa memang cerita tentang serunya membina prestasi murid di SD Islam Al Azhar, mungkin baru akan habis jika dituangkan dalam 1 buku solo setebal 200 halaman. Semoga bisa kurealisasikan di awal tahun 2022.

Hikmah yang aku rasakan dan syukuri mengabdi di Al Azhar Serang

               Jika kamu bersyukur, niscaya akan aku tambah nikmatku, namun jika kamu kufur sesungguhnya nikmatku teramat pedih.  Demikian firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surat Ibrahim ayat 7 mengingatkan pada kita semua. Dengan menjalani profesi sebagai guru di SD Islam Al Azhar 10 Serang ada beberapa hal yang aku syukuri antara lain :

1.     Telah berkunjung ke Tanah Suci.

Meski baru umroh dan belum haji, namun aku sangat bersyukur telah Allah beri kemudahan dan kesempatan melakukan ziarah “Baitullah” pada tahun 2013. Apa yang selama ini hanya sebatas pengetahuan tentang Masjidil haram, Ka’bah, Bukit Shafa dan Marwa, Jabal Rahmah tempat pertemuan nabi Adam dan bunda Hawa dalam umroh semua tempat tersebut dapat aku kunjungi bahkan hingga laut merah tempat tenggelamnya Fir’aun.

2.     Telah menyelesaikan sekolah S2

Meski tak punya tabungan dan hanya bermodalkan “Bismillah”, aku berhasil menyelesaikan S2 Jurusan MIPA konsentrasi IPA di Universitas Indra Prasta PGRI Jakarta lulus tahun 2016 di wisuda di TMII Jakarta Timur. Sesuatu yang aneh memang aku S1 Bahasa arab, namun karena mengajar di Al Azhar Serang pelajaran IPA, aku mengambil magister IPA. Semua kulakukan untuk peningkatan profesionalime dan pelayanan pada muridku.  Semoga ilmu yang kuberikan pada mereka bermanfaat dalam kehidupannya.

3.     Telah menempuh S1 kembali jurusan PGSD

Bukan karena iri hati pada temanku yag sudah pada cair sertifikasi guru sejak tahun 2010 dan seterusnya namun aku merasa bahwa aku pun layak mendapatkannya. Hanya karena tak punya ijazah PGSD maka aku tak linier dan tak kepanggil ikut PLPG dan PPG. Terpaksa ikut kuliah S1 PGSD dari jalur konversi S,  ditempuh 3 tahun dan wisuda tahun 2019, alhamdulillah tahun 2020 ikut tes calon peserta PPG dan lulus,  mengikuti PPG dalam jabatan tahun 2021 angkatan 1 di UNTIRTA dan alhamdulillah lulus UP satu kali ujian.

4.     Anak-anaku bisa sekolah di sekolah bagus

Bukan bermaksud apapun, sekedar ungkapan rasa syukur pada nikmat Allah SWT dimana anakku bisa sekolah di sekolah bagus untuk ukuran daerah tersebut. Anakku Rida yang ikut Mbah Ti di Klaten TK dan SD di SDIM El Yaomi Ceper, SMP di Fajrul Karim Serang, dan lanjut di MAN 2 Kota Serang. Dan anak keduaku Farhan sekolah TK di Al Kautsar, dan SD di Al Azhar Serang. Ada saja jalan Allah supaya aku dan istri bisa membiayai kedua anak kami. Mungkin inilah keberkahan saat kita banyak memberikan maka kita pun mendapatkan dalam bentuk yang tidak pernah kita duga.

5.     Kebutuhanku Allah cukupkan.

Meski secara hitungan matematika antara income dan outcame tidak seimbang karena lebih besar kebutuhan dari pendapatan, alhamdulillah segala kebutuhan sehari hari ada saja solusinya. Dan ini tentu patut disyukuri karena bagaimanapun aku sadar bahwa tiap manusia sudah ada qadar rizkinya. Sehingga aku hanya berkewajiban untuk bekerja dan berdoa setelah itu bersyukur atas semua pemberianNya.

Demikian kisahku yang isinya hanya uraian perjalananku selama menjalani profesi mulia sebagai guru. Tentu tidak ada hal  yang istimewa dari paparanku, namun kuberharap semoga ada manfaat bagi pembaca buku antologi ini. Aamiin.

        Serang, 2 Januari 2022.

 

                                                    

         PROFIL PENULIS


Nama lengkap Dail Ma’ruf, M.Pd, lahir di Serang 13 Mei1 977 dari pasangan Muhamad Nur dan Juhariyah. MI dan MTs di Kabupaten Serang, melanjutkan  di MAN 2 di Kota Serang lulus tahun 1996. Kuliah S1 di IKIP Jakarta atau UNJ lulus tahun 2003, S2 di UNINDRA Jakarta tahun 2014 dan menempuh S1 PGSD di STKIP Pelita Pratama Serang lulus 2019. Ikut PPG tahun 2021 angkatan 1 di UNTIRTA dan lulus UP sekali ujian.

Bergabung di kelas Belajar Menulis Bersama Om Jay mulai Juli hingga September dan Lulus dari gelombang 20.  Buku Solo terbit judulnya ; Jurus Jitu Menjadi Penulis Bermutu. Semasa ikut BM 20 diberi Amanah jadi ketua kelas, Wakil Mis Phia dan Sekjen Bu Helwiah.

Buku Antologi sudah ada 15 dengan judul :

1.     Writing is My Passion,

2.     Literasi Solusi di Tengah Pandemi,

3.     Belajar Daring OK Bersama Guru Millenial,

4.     Hikmah di Balik Pandemi,

5.     Jejak Pena Pengembala Aksara,

6.     Bangga Menjadi Bangsa Indonesia,

7.     Surat Cinta Untuk Guruku,

8.     Sinergi Dampingi Murid Raih Prestasi,

9.     Maulid Nabi Muhammad SAW di Nusantara,

10.  Perjalanan Haji dan Umrah ke Baitullah,

11.  Aku Bangga Menjadi Guru Indonesia,

12.  Inspirasi Menulis dan Menerbitkan Buku,

13.  Untaian Kasih Bunda Sepanjang Masa,

14.  Ibuku Wanita Terhebat,

15.  Surat Cinta Guru Untuk Pak Jokowi.

16.  Guru Hebat Bermartabat

Jilid 1 dan Jilid 2


Penulis dapat dihubungi di :  Hp/WA : 087871926678,  Email : dailmaruf@gmail.com   Blog : dailmaruf@blogspot.com



BAGI PEMBACA YANG BERMINAT MEMBACA 4O KISAH LAINNYA DARI PENULIS BUKU GURU HEBAT JILID 1, BISA MEMESAN KEPADA  SAYA DI NO. HP/ WA : 087871926678.

SALAM LITERASI, JAYALAH NKRI ... !!!

Selasa, 08 Februari 2022

HINGGA 2021 KENANGAN, SETELAH 2022 PENGHARAPAN


 


HINGGA 2021 KENANGAN, SETELAH 2022 PENGHARAPAN

Oleh : Dail Ma’ruf, M.Pd

“Bisa jadi engkau membenci sesuatu padahal itu baik bagimu (menurut Allah),

dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk (menurut Allah) ”.

 

 

Menghindari dunia mengajar, tetap mengajar.

               Saat ditawari masuk PMDK IKIP Jakarta tahun 1996dan pilihannya PGSD atau Bahasa Arab aku langsung pilih Bahasa Arab. Selain karena aku suka, juga karena aku merasa mampu mempelajarinya. Di luar alas an tersebut ada alasan aku tak memilih jurusan PGSD, karena aku tidak mau jadi guru SD. Kebayang harus mengurusi anak kecil yang menangis, ada yang ngompol atau buang air besar belum bisa cebok, dan sebagainya, alasan lain karena gaji guru kecil.

               Kujalani perkuliahan di IKIP Jakarta dengan penuh semangat dan bahagia, ibarat anak kampung merantau ke ibu kota, aku rasanya tak ingin cepat pulang lagi ke kampung, malah kalau bisa jadi orang Jakarta saja. Mungkin ini pengaruh dari bacaan novel atau sinetron yang bertema menaklukan ibu kota, atau anak kampung sukses di Jakarta.

               Perkuliahan berjalan baik dan nilai juga aman masih di atas 3,35 dan alhamdulillah saat ujian skripsi diberi nilai A sehingga IPK genap menjadi 3,55. Ada hal indah yang tak akan kulupakan saat aku wisuda di tahun ke-7 atau semester ke-13. Aku dipilih Pak Rektor Universitas Negeri Jakarta, Prof. Dr. Sutjipto menjadi pembaca ikrar wisudawan tahun 2003. Entah ngerjain atau bagaimana, yang jelas ada 1001 kisah selama aku kuliah di IKIP Jakarta yang berubah nama menjadi UNJ.  Kisah itu akan kutulis menjadi sebuah novel berjudul Damar dan Dunia Aktifis.

               Selama kuliah aku pindah pindah tempat tinggal, karena memang cari yang gratisan, Abahku hanya mampu kirim uang untuk sebulan 250 ribu untuk semua kebutuhan. Kos, makan, transport harian, uang buku/ foto kopi dan lainnya. Awalnya aku tinggal di rumah saudaraku Pak Fuad  orang Pandeglang di Kayu Manis daerah Pulogadung.  Selanjutnya pindah ke Panti asuhan yatim piatu “putra mulia” di Kawasan kayu putih Pulogadung. Aku pindahan naik bajaj bayar 20 ribu saat itu tahun  1997. Temanku yang lain dikirim di atas 400 ribu.

               Tempat berikutnya adalah Asrama Sunan Gunung Jati ( ASGJ ) yang ada di Jl. Bunga No 21 Matraman Jakarta Timur. Ini adalah markas para aktifis muslim dari seluruh daerah di nusantara, yang ingin dapat tempat gratis dengan kewajiban harus aktif dalam pembinaan keislaman yang ada di asrama. Aku masuk akhir 1997 dan langsung diajak demo ke DPR/MPR oleh seniorku Bang Ubedillah Badrun, Bang Wakil, dan Bang Tohir.

               Kami semua yang tinggal di ASGJ wajib masuk HMI dan aku pun demikian, bahkan kairku di HMI lumayan. Pernah jadi Ketum Korkom UNJ, Kabid Kader dan Ketua KPC Cabang Jakarta, Sekum Badko Inbagbar, dan terakhir Kabid PTK PB. HMI  zaman ketumnya Mas Cahyo Pamungkas dari UGM Jogjakarta. Berkah aktif di HMI kepemimpinanku terbentuk dan terasah, tak bisa diam melihat sesuatu yang tidak pas, dan selalu jadi pelopor tak suka jadi pengekor. Juga bisa jalan-jalan ke berbagai pulau di Indonesia di acara Kongres HMI. Pernah ke Semarang dan Makasar.

 

Beberapa lembaga yang aku pernah mengajar selama 20 tahun .

               Karena punya relasi dengan alumni dari semua kampus  Se-Indonesia maka terbukti bahwa modal sosial itu juga membantu untuk dapat pekerjaan. Kerja pertamaku jadi operator rental dan rakit Komputer karena aku tinggal di ASGJ dan ikut Bang Jakfar orang Bugis Makasar. Berikutnya kerja di LP3ES Slipi, ikut Mba Tatak UGM, pernah jadi dosen di STAI Laa Raiba karena diajak Bang Mastur Toyib, dan pernah kerja di Masjid Bank Mandiri karena diajak almarhum Mas Tarjo urus bulletin masjid.

               Semua aku lakukan agar aku tak menjadi guru SD, dan Ketika pulang kampung pun tahun 2006, aku mengajar di MTs dan SMP Nur El Falah Kubang Petir Serang , pernah mengajar di SMAN 1 Tunjung Teja, mengajar pada Paket B dan C di Ponpes Bojong Menteng, survei Pilkada dan sebagainya. Namun rencana Allah juga yang akhirnya terjadi, tahun 2007 aku tes jadi guru di SDIT Al Izzah dan diterima.  Aku mengajar di sekolah punya PKS tersebut selama 1,5 tahun dan pamitan karena akan mencoba tes PNS. Ternyata gagal, namun Kembali rencana Allah terjadi, aku ikut tes jadi guru di SD Islam Al Azhar 10  Serang dan diterima. Kujalani hingga 12 tahun dari 2009 hingga tahun 2021. Hal menarik dari kisah di atas, adalah aku menghindari untuk jadi guru SD dan mengambil jurusan Bahasa Arab supaya ngajarnya di SMP/MTs atau SMA/ MA, namun Allah takdirkan aku mengajar di SD juga. Terbukti bahwa apa yang kita benci , bisa jadi baik menurut Allah.   

 

Mengajar di Al Azhar 10 Serang dan mempersembahkan banyak prestasi.

            Selama 12 tahun mengajar di SD Islam Al Azhar 10 Serang, alhamdulillah pimpinan sekolah menugaskan aku jadi wali kelas di kelas atas 4,5, dan 6 mengampu pelajaran IPA. Meski akau S1 bahasa Arab, aku otodidak dan berusaha maksimal mengajar pelajaran IPA. Man jadda wajada itu mantraku, alhamdulillah banyak prestasi di bidang IPA selama aku membina murid di SD Islam Al Azhar 10 Serang.

               Selain sebagai wali kelas,  aku dapat tugas tambahan sebagai koordinator lomba. Mulai dari lomba bidang studi hingga lomba marawis, melukis, paduan suara, dan robotik . Yang tidak aku urusi hanya lomba olahraga karena ada kordinator olahraga membawahi Futsal dan Basket. Selama 8 tahun menjadi kordinator lomba tak kurang dari 800 medali dan piala yang diberikan para murid SD Islam Al Azhar 10 Serang ke pihak sekolah dan itu tak lepas dari peranku sebagai kordinator lomba. Kadang orang tua murid seperti Pak Dokter Buchori malah memanggil aku “Presiden Lomba Alser”, singkatan dari Al Azhar Serang.

               Selama 8 tahun dampingI anak ke berbagai sekolah di Banten dan Jabodetabek, hingga ke Bali, Jogja, Menado, Riau dan lainnya terukir indah dalam ingatan yang tak akan terlupakan, mungkin kalau di buat novel bisa 1 buku solo berjudul Damar & Para Juara. Bisa tebal tuh novel mencapai 200 halaman, memuat kisahku damping lomba selama 8 tahun.

               Dalam kepanitiaan aku tercatat menjadi ketua lomba Best of the Best dengan hari full sepekan dari senin hingga sabtu. Dan alhamdulillah pesertanya lebih dari 5.000 orang dengan total hadiah lebih dari 40 juta rupiah. Dan mata lombanya hingga 12 mata lomba dari matematika, tahfidz, adzan, pashion show, mewarnai, rangking 1, lomba bacaan sholat dan juga futsal. Pembagian uang Lelah panitia pun paling lumayan, semua atas karunia dan pertolongan Allah SWT.

Berbekal “Bismillahirrohmanirrohiim” Aku pamit dari Al Azhar dan rintis sekolah

               Pada tanggal 27 Desember 2021 aku mengundurkan diri dan terhitung 1 Januari 2022 aku tak lagi  tercatat sebagai guru di SDI Al Azhar 10  Serang.

Terima kasih aku sampaikan kepada semua pengurus YPI muawanatusy syubban , para kepala sekolah, para TU, dan semua guru Alser, serta mamang OB/ JENITOR. Meski aku tak lagi bersama Bapak dan Ibu dalam tim Alser, persahabatan dan kekeluargaan yang kita jalin sekian lama, semoga tetap terjalin hingga nyawa berpisah dari raga.

Insya Allah, semua akan berjalan baik-baik saja, baik Al Azhar maupun aku yang saat ini mengawal program pengobatan gratis Klinik PKU Muhamadiyah bagi fakir miskin dan duafa Sekota Serang, dengan mencarikan donator dan menyampaikan kupon berobat gratis kepada yang berhak.  Setiap pekan ditargetkan 25 pasien bisa kami tolong, dengan sepehuh hati. Kami percaya untuk membantu Fakir, Miskin, dan Duafa, selalu akan Allah berikan jalan dan kemudahan. Semoga yang kami lakukan bermanfaat bagi mereka yang sakit dan butuh berobat namun tak punya kartu BPJS Kesehatan dan tak punya uang.

Kita semua dapat berdonasi mulai dari 10.000 dan sebesar-besarnya dengan mentransfer ke LAZISMU di rekening BSI 7098989735 atas nama LAZISMU Kota Serang. Niatnya karena Allah untuk tabungan akhirat. Setelah TF mohon kirim bukti ke Wa saya di 087871926678. Untuk pendataan dan laporan bulanan serta penyampaian pertanggung jawaban kepada para donator pengobatan gratis. Bagi kami transparansi dan akuntabilitas menjadi prioritas.

Harapanku untuk tahun 2022 dan selanjutnya semoga Allah mudahkan dalam proses membuka sekolah dengan nama Yayasan Semesta Alam Madani atau YASALAM.        Insya Allah lebaga YASALAM akan lahir sebagai model Pendidikan alternatif  yang megah namun murah. Unggul dalam MIPA dan punya hafalan yang mutkin.

Titik terang mulai terlihat dengan adanya hamba Allah yang mewakafkan tanahnya seluas 8.000 M2 untuk dikelola oleh YASALAM menjadi pesantren atau Sekolah yang unggul dalam IPTEK dan IMTAK. Mari kita saling mendokan dan berkolaborasi untuk terus berikan layana pendidika terbaik. Ingat selalu mantra untuk kesuksesan bahwa “ Man Jadda Wajada”.

Salam literasi, Jayalah NKRI .

 

 

 PROFIL PENULIS


    Nama lengkap Dail Ma’ruf, M.Pd, lahir di Serang 13 Mei1 977 dari pasangan Muhamad Nur dan Juhariyah. MI dan MTs di Kabupaten Serang, melanjutkan  di MAN 2 di Kota Serang lulus tahun 1996. Kuliah S1 di IKIP Jakarta atau UNJ lulus tahun 2003, S2 di UNINDRA Jakarta tahun 2014 dan menempuh S1 PGSD di STKIP Pelita Pratama Serang lulus 2019. Ikut PPG tahun 2021 angkatan 1 di UNTIRTA dan lulus UP sekali ujian.

Bergabung di kelas Belajar Menulis Bersama Om Jay mulai Juli hingga September dan Lulus dari gelombang 20.  Buku Solo terbit judulnya ; Jurus Jitu Menjadi Penulis Bermutu. Semasa ikut BM 20 diberi Amanah jadi ketua kelas, Wakil Mis Phia dan Sekjen Bu Helwiah.

Buku Antologi sudah ada  16 dengan judul :

Writing is My Passion, Literasi Solusi di Tengah Pandemi, Belajar Daring OK Bersama Guru Millenial, Hikmah di Balik Pandemi, Jejak Pena Pengembala Aksara, Bangga Menjadi Bangsa Indonesia, Surat Cinta Untuk Guruku, Sinergi Dampingi Murid Raih Prestasi, Maulid Nabi Muhammad SAW di Nusantara, Perjalanan Haji dan Umrah ke Baitullah, Aku Bangga Menjadi Guru Indonesia, Inspirasi Menulis dan Menerbitkan Buku, Untaian Kasih Bunda Sepanjang Masa, Ibuku Wanita Terhebat, Surat Cinta Guru Untuk Pak Jokowi, Guru Hebat Bermartabat Jilid 1 dan Jilid 2.     

Penulis dapat dihubungi di :  Hp/WA : 087871926678, 

Email : dailmaruf@gmail.com  

Blog : dailmaruf@blogspot.com

 

            

DI STASIUN PONDOK CHINA JODOHKU BERSATU

Popular posts