Kamis, 16 Juni 2022

ABAHKU INSPIRASIKU DALAM BERKARYA (PART 1)


 

Abahku Inspirasiku Dalam Berkarya

Oleh : Damar Yasalam

 

Tiap manusia tentu punya tokoh yang diidolakan, tokoh itu bisa orang terkenal semacam pahlawan, presiden, ulama, pengusaha, ilmuwan, professional atau malah kadang orang biasa. Demikian pula denganku yang mengidolakan Abahku sendiri. Memang di masa kecil aku sangat mengidolakan Pak Habibie, sosok jenius yang membuat pesawat dan dibanggakan bangsa Indonesia bahkan bangsa lain. Kekaguman pada sosok pak Habibie selain karena kejeniusannya, juga pada akhlak baiknya dan kesalehannya serta amalan sunnah yang rutin dilakukan seperti puasa senin – kamis dan tahajudnya. Dalam beberapa literasi tentang pak Habibie beliau sangat gemar membaca sehingga konsumsi otaknya sangat baik. Tiada hari tanpa membaca dan berkarya serta melakukan inovasi.

Di masa remaja, aku kagum dengan beberapa founding father NKRI seperti Bung Karno, Bung Hata, Bung Sahrir, Muhamad Nasir, Jendral Besar Soedirman, Buya Hamka dan sederet pahlawan lain yang banyak berjasa bagi bangsa dan negara. Pada masa kuliah aku mengenal HMI dan membaca Filsafat sehingga aku mengagumi beberapa tokoh pembaharuan pemikiran Islam seperti Muhamad Abduh, Sayid Husen Nasr, Al Maududi, Iqbal, Ali Syariati dan lainnya. Jika dari tokoh pembaharuan pemikiran Islam kagum dengan Harun Nasution, Nurcholis Majid, Gur Dur, Amien Rais, Dawam Raharjo, Deliar Noer, Aa Gym, Ustad Adi Hidayat dan lainnya.

Bukan tanpa alasan bagiku menjadkan abahku sebagai tokoh idola atau orang yang menginspirasi hidupku.  Siapa pun bisa menjadikan Ibu atau Bapaknya sebagai tokoh inspitarif baginya, dengan catatan ada alasan atau fakta keteladanan dari tokoh tersebut yang dapat dijadikan contoh bagi orang lain. Abahku  bernama Muhamad Nur yang lair tanggal 1 Februari  1945 lahir dari pasangan Pak. H. Samlawi dan Ibu Nurwah Almarhum. Lahir sebagai anak ke-6 dari 13 bersaudara. Kini dari semua saudara kandung abah Nur (sapaan kami dan warga), tinggal beliau yang masih ada. Dua bulan yang lalu adiknya bernama Sadiah yang tinggal dekat rumah abah meninggal dunia, semoga husnul khotimah.

Abah tanpa diminta jika sedang berkumpul dengan anak-anaknya suka bercerita tentang masa kecilnya yang kurang bahagia, kalau tak bisa membahasakan penuh derita. Punya kakak 6 dan adik 6, sebagai anak ketujuh merasa kecewa dengan Kakek yang tak mendukungnya masuk STM Negeri bahkan memarahinya. Lihat tuh, yang lain juga lulus SMP mereka pada kuli (kerja) ke Tanjung Priuk. Buat apa sekolah tak menghasilkan, mending kuli dapat duit dan bantu biaya sekolah adik-adikmu.

Dengan tekad tetap ingin sekolah ia menghadap ke Pak. Kiyai ditemani Nenek dan menyampaikan maksudnya untuk mondok sabil sekolah di Mualimin Nur El Falah Kubang pimpinan KH. Abdul kabier. Ponpes tempat abah tinggal ke Sekolah jaraknya sekitar  3 Km dan setiap hari abah jalan kaki, kadang tak sempat sarapan karena beres mengaji pagi sudah pukul 06.00 sedangkan sekolah masuk pukul 07.00 WIB. Tak sarapan, tak bawa bekal makanan, apalagi uang jajan.

Untunglah karena di kelasnya paling pintar beberapa temannya ada saja yang memberikan sebagian bekalnya ke abah sambil berbisik:

“ jangan lupa kalau ada soal ulangan yang aku gak bisa, nanti bantuin ya Nur?. Abahku hanya tersenyum dan menjawab :

“tenang saja”.

                Setelah kenaikan kelas abahku mendapatkan peringkat pertama, dan dikenal para guru serta kepala sekolahnya termasuk pimpinan Mualimin Nur El Falah Kubang bernama KH. Abdul Kabier. Saat pak Kiyai mengajar di kelas II, beliau menyampaikan tawarannya supaya abah pindah mondoknya di Kubang saja. Abah menolak karena tak punya biaya, karena do Popes tempat semula ia tak membayar bahkan ikut makan di dapur pak Kiyai dengan cara bekerja mengisi bak mandi, mencuci piring dan menyediakan kayu bakar untu memasak setiap harinya.

            Mendengar paparan dari abahku, tak terasa air mata Pak Kiyai membasahi pipinya, ia berjalan menghampiri abahku lalu berkata :

“ Nur di sini pun kamu bisa melakukan hal yang sama” ,  silahkan makan di dapur, nanti Bu Yai menyiapkannya.

Abahku menjawab :  “insya Allah pak Yai”.




            Bulan depannya abah pindah ke ponpes Nur El Falah Kubang, pamit dari Ponpes sebelumnya. Sebagai rasa terima kasih abahku mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan oleh office boy tanpa rasa malu atau gengsi. Baginya bisa sekolah dan tinggal serta dapat makan saja itu sudah karunia tak terhingga.

            Meski sibuk dengan kerja kebersihan ponpes dan mengisi bak mandi Pak Kiyai serta mencari kayu bakar untuk memasak, prestasi abah tak menurun tetap meraih juara 1 saat kenaikan kelas hingga lulus dari Mualimin ( setara SMA). Bahkan saat diumumkan oleh Kepala Sekolah tentang lulusan terbaik 1,2, dan 3 nama Muhamad Nur atau abahku pada urutan kesatu. Sebagai bentuk penghargaan dari sekolah maka abah langsung dimintakan kesediaan untuk mengajar di Mualimin dan diberikan SK PNS Guru agama merangkap bendahara Yayasan.

            Tahun 1970 gaji PNS hanya 50 rupiah saja sedangkan gaji kuli /buruh di Pelabuhan Tanjung Priuk sudah 2.500 rupiah. Tak heran jika banyak guru PNS yang menjual SK miliknya kepada temannya yang mau. Mereka memilih menjadi kuli di Pelabuhan. Abahku beruntung di sayang pak Kiyai bahkan dianggap anak angkatnya. Saking dipercaya langsung diangkat bendahara. Pesannya Pak Kiyai dari semua ang masuk, setelah dihitung tolong catat tiap akhir bulan dan sisihkan untukgaji semua guru dan karyawan serta belanja rutin. Sisanya ambil gaji bendahara 250 rupiah dan sisanya simpan. Jaman itu menyimpan uang ya di Kotak amal terbuat dari kayu paling dialasin kertas atau lipatan kain putih saja dan di kunci.

            Dinikahkan pun, jodohnya abah dipilihkan oleh Pak Kiyai, dan sebagai bentuk taatnya abah kepada Sang Kiyai makai ia tak berani menampik. Menikah untuk membentuk keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah tak menjadi nyata, yang ada malah prahara meski ikatan suci mahligai rumah tangga telah dikarunia 2 anak purta dan putri.

            Mau bercerai malu kepada pak Kiyai, abah pun minta cuti 2 tahun dari mengajar untuk mendalami kitab tafsir qur’an, hadits dan ilmu-ilmu agama di Ponpes khusus calon para Kiyai di Lebak, tepatnya di Cilisung, Desa Girilaya, Kecamatan Cipanas. Alasn yang disampaikan abah ditereima Pak Kiyai untuk mendalami kitab kuning supaya kapan saja Allah memanggil pak Kiyai, maka dirinya sudah siap melanjutkan estafet perjuangan.

            Padahal ia ingin titirah atau healing, untuk menenanngkan diri mencari kedamaian hati. Meninggalkan istri yang menurut pengakuan abah tak tahu diri dan tak bisa mengurus anak serta tak bisa memasak. Anak sering dititipkan di kakek dan nenek, padahal pulang mengajar duhur. Anak dijemput jelang magrib, istrinya abah malah asyik ngerumpi. Saat suami pulang tak siap lauk untuk makan dan meminta lauk dari nenek. Inilah yang membuat abah jengkel. Padahal uang gaji full diberikan dan sudah pulang dari duhur, suami pulang pukul 16.00 WIB, bahkan nasi pun nasi dingin yang dimasak tadi pagi tak dihangatkan.

            Setahun tak pulang meski uang gaji diberikan Full, namun tak diberi nafkah batin serta menjenguk ke Ponpes abah pun abah tak berkenan menemui istrinya. Membuat istrinya tak dipedulikan dan dibuang, sehingga ia mengajukan cerai ke pengadilan. Aha .., rupaya tujuan abah berhasil, ia dapat berpisah dari istri tanpa menceraikannya namun inisiatif dari istrinya dengan menggugat cerai. Kini abah pun menduda dan menikmatinya dengan menimba ilmu agama.

            Skenario atau jalan Allah SWT memang tak dapat diprediksi dan dipahami manusia, karena memang relasi kita dan diriNya adalah mahluk dan Khaliq artinya yang diciptakan dan pencipta. Baru cerai beberapa bulan saja, abah yang memang tampan rupawan bagaikan artis Reza Rahadian, dan dinobatkan sebagai Arjuna di Ponpes khusus calon para Kiyai, rupanya terpaut hatinya pada putrinya pak Kiyai. Namun cinta keduanya merupakan cinta terlarang, karena ia sudah bersuami bahkan punya 2 orang anak laki-laki. Kelak putri sang kiyai ini menjadi Ibuku .

            Rupanya putri sang Kiyai bernasib sama dengan abahku, dijodohkan sejak usia 9 tahun atau disebut dengan nikah gantung. Menikah tapi tak serumah dan menunggu sang gadis dewasa serta mau diajak berumah tangga. Suami dari putri Pak Kiyai ini sudah tua, saat menikah sudah 30 tahun, sehingga saat usia putri Pak Kiyai 20 tahun dan sudah dewasa, makai ia baru sadar bahwa ia jatuh cinta pada abahku. Tdak mencintai suaminya. Aneh ya, jaman dulu  tak cinta saja punya anak dua?. Bagaimana kalau saling mencinta?.  

            Karena tak nyaman menyaksikan cinta terlarang ini, pak Kiyai memanggil menantunya dan menyampaikan permasalah putrinya yang mangkir dan tak berkenan melanjutkan rumah tangga. Mantunya dinasihati bahwa dilanjutkan pun tak akan bahagia, karena itu dipaksakan, pasti akan ada korban. Bisa saja istri kamu atau anak saya bunuh diri.  Disampaikan gambaran demikian suami dari putri pak Kiyai menangis, dan dengan terisak ia menyampaikan. Demi kebaikan dan kebahagiaan istrinya maka ia ceraikan purti pak Kiyai hari ini juga talak tiga.

            Alhamdulillah kata Pak Kiyai, dan ia memeluk mantunya sambil minta maaf. Kamu orang soleh dan hebat , insya allah dapat ganti yang lebih baik. Sejak kejadian itu, besoknya pak Kiyai memanggil putrinya dan menanyakan :

“ Apalagi keinginanmu putriku, selain ingin pisah dengan suamimu?”

Dengan tertunduk malu, sambil tersipu putri kiyai menjawab :

“ semoga abahku kali ini tak menjodohkan dengan pria yang bukan pilihanku, dan aku sudah punya pilihan yaitu santri abah yang paling ganteng dan pintar”

            Sampai di sana, Pak Kiyai bertanya : “maksud kamu siapa?”

Putri Pak kiyau menjawab : “ ustad M. Nur” yang katanya juga duda abah !

            Pak Kiya tersenyum melihat tingkah dan keberanian putrinya. Dengan cintanya ia kini berani menyampaikan isi hatinya. Bagaimanakah kisah selanjutnya??. Tunggu di bagian kedua.  Sabar ya !!

TOBE CONTINUE ….

Senin, 13 Juni 2022

AIR MATA DARAH BU GURU

 




Air Mata Darah Bu Guru

Oleh : Damar Yasalam

 

Namaku Umi, aku seorang guru di SD Negeri di sebuah kota di Sumatra. Setelah mengabdi selama 15 tahun dan golongan kepangkatanku cukup serta hasil tes calon kepala Sekolah dinyatakan lulus aku pun mendapat tugas tambahan sebagai Kepala sekolah baca KS.  Mengemban amanah menjadi KS awalnya kurasakan sesuatu yang berat, seiring waktu aku mencoba merangkul semua guru dan mengajak mereka saling bertukar pendapat tentang bagaimana memajukan sekolah dan meningkatkan prestasi.

Keterbukaanku pada semua rekan guru menumbuhkan suasana kerja yang lebih hangat dan seperti keluarga. Beberapa kali aku sengaja membawakan beberapa bungkus nasi uduk dan gorengan dan aku simpan di meja ruang guru lalu diberi tulisan : “silahkan bagi yang guru yang belum sarapan di rumah untuk mengambil 1 bungkus dan sarapan dahulu”.  Ada salah satu guru yang bertanya :

“Ibu Umi Ultah Ya?” .

Saya jawab : “iya Bu, sambil melempar senyuman”.

Dia pun mendoakan :

 “ Barokallah fii umrik ya bunda ! “.  

“Terima kasih bun”.

Di lain waktu kadang aku membawa rebusan kacang tanah dipadu jagung manis, dan sesekali aku membawa pisang atau singkong rebus. Semua yang aku bawa alhamdulillah laris manis, para guru di sekolah menyukainya, entah karena enak rasanya, kelaparan atau karena gratisnya. Aku senang mereka tampak ceria menjalankan tugas mulianya mencerdaskan anak-anak bangsa. Semoga dengan suasana kerja yang kekeluargaan, murid-murid di sekolah menjadi nyaman dan senang.

Belum 1 tahun mengemban Amanah, ada bu guru rekan kerjaku yang mohon ijin minta waktu untuk menyampaikan sesuatu. Setelah aku persilahkan ia pun datang ke ruangan KS dan aku persilahkan untuk duduk dan minum air mineral yang ada di meja. Aku pun tak lupa menanyakan kabar bu Nia dan keluarganya. Tanpa kuduga ia menjawab :

“ Kabar saya lagi kurang baik Bu Umi, bahkan semakin memburuk”.  

Mendengar jawaban bu Nia yang menyampaikan hal demikaian sambil segukan dan menangis, aku pindah tempat duduk ke sampingnya dan memeluknya sambil berkata :

 “ Sabar ya Bu Nia, semoga Allah memberi kekuatan pada Ibu dan masalah keluarga ibu segera membaik”.

“ Ia bu Umi, terima kasih sudah berkenan mendengar cerita sedih saya dan keluarga”.

Setelah apa yang ingin disampaikannya padaku selesai, Bu Nia pamit karena jam dinding menunjukan pukul 13.00 WIB. Semua guru dan murid sudah pulang pada pukul 12.00 dan hanya kami berdua  serta penjaga sekolah yang masih di Sekolah.  Aku memanggil Pak Eman penjaga sekolah dan berpesan supaya semuanya dikunci dan jangan lupa pagar digembok. Aku langsung pulang menuju rumah. Sebelum tiba di rumah tak lupa aku mampir ke Warung Makan membeli lauk untuk makan siang keluarga. Maklum setelah lelah begini, enaknya tiba di rumah langsung makan bukan memasak. Hehehe…

Sepanjang jalan menuju rumah aku kepikiran dengan Bu Nia, dalam hatiku aku berdoa :

“ Ya Allah beri kekutan kepada Bu Nia untuk menghadapi cobaan berat dalam keluarganya” .  

Pikiranku menerawang jauh ke awan : “ andaikan cobaan itu menimpaku, belum tentu akau sekuat  Bu Nia”.  

Aku membaca hamdalah, bahwa keluargaku baik-baik saja, suamiku sangat menyayangiku dan anak-anaknya.

Luuar biasa derita bu Nia, ia bekerja keras mengajar dan mengurus anak, sementara suaminya selingkuh dengan Wanita lain. Yang paling membuat aku marah dan dadaku terasa sesak adalah ia menjual kebun karet yang selama ini menjadi tumpuan keluarga.  Uangnya tak sepeser pun di berikan pada bu Nia, dihabiskannya bersama Wanita selingkuhannya.

Sepekan setelah bu Nia curhat padaku, tampak fisiknya semakin kurus dan matanya tak berbinar lagi.  Sering aku dekati dan peluk sambil membiskan mantra ajaib:

“ sabar ya Bu Nia, insya Allah semua ada balasannya”.  Dan Ibu harus kuat demi anak-anak.

Bu Nia menjawab :

“Iya Bu Umi, terima kasih”.

Badan bu Nia sebulan berikutnya semakin ringkih dan terdengar batuk-batuk. Pernah suatu kali aku lihat ia tertidur di meja guru di kelasnya pada jam istirahat. Meski bel masuk sudah berdering, saking lelahnya Bu Nia tak mendengar bahkan anak-anak anak sudah masuk dan duduk pun beliau masih tampak tidur dengan posisi kepala seperti sujud mencium meja disanggak kedua tangannya yang dilipat ditempelkan ke jidatnya.

KM kelas menadatangi ruang guru dan kebetulan aku sedang ikut obrolan para guru dan akan segera bubar ke kelas masing-masing. Sang KM melaporkan bahwa Bu Nia ketiduran, dan kami tak berani membangunkan.  Sambil tersengum aku sampaikan ucapan terima kasih pada KM :

“ Terima kasih ya Irul, kamu KM yang bertanggung jawab, iya biar bu guru nanti ke kelas kamu”.

Dengan pelan aku usap usap punggung bu Nia sambil berbisik ke telinganya : “ Bunda, bunda bangun ..!!”.

Bu Nia perlahan bangun sambil matanya menatapku heran ia berkata : “ maaf ya Bu umi, saya ketiduran, semalam saya tak bisa tidur hingga subuh”. Ya sudah ibu istirahat saja pulang sekarang boleh”.  Biar anak-anak bersama saya sampai jam terakhir.

Dengan mengangguk Bu Nia pamitan pada ku dan pada anak-anak :

“anak-anak maafkan bu guru ya, ibu lagi kurang sehat, doakan bu guru ya?”.

Serempak anak-anak menjawab : “ Semoga lekas sehat ya bu guru !!”.

Aku dan bu Nia serempak menjawab : “ Aamiin”.

Sejak kejadian tersebut bu Nia, sering tak masuk. Kadang sepekan hanya 2 atau 3 hari dan biasanya saat tidak masuk sekolah anak putrinya yang kelas VIII SMP pagi-pagi sebelum ke sekolah mampir ke ruanganku menyampaikan permohonan maaf bahwa ibunya sakit dan tak kuat ke sekolah. Atas inisiatif kami para guru kami mendatangi rumah bu Nia, dan menyarakan supaya beliau dirawat inap agar cepat ditangani dan sembuh.

Bu Nia pun menuruti saran kami para sahabatnya, ia dilarikan ke IGD dan diperiksa intens. Setelah dirawat selama hampir 2 pekan, pada upacara hari senin berikutnya bu Nia tampak hadir, berdiri di barisan belakang dengan wajah yang agak segar.  Aku kebagian pembina upacara dan dalam amanatku sebagai pembina upacara aku berpesan  supaya kita tetap menjaga kekompakan dan sealu peduli dengan penderitaan teman.  Hari ini kita senang bu Nia sudah sehat dan bergabung lagi, semoga sehat terus !!”. Seluruh peserta upacara kompak menjawab : “aamiin”.

Setelah upacara kebetulan kelas bu Nia giliran pelajaran Olahraga dengan guru olahraga dan aku hampiri beliau lalu memapahnya, kuajak ke ruangan KS, dan aku segera persilahkan beliau duduk. Tak lupa aku ambilkan minum untuknya.  Setelah tenang, aku mulai bertanya : “ bagaimana hasil diagnosa dokternya Bu?”.

Bagaikan mendengar petir di siang bolong, aku hampir teriak :

“apa…??”, kanker servic !!.

Aku segera memeluk bu Nia dengan erat, kudekap dan kucoba rasakan apa yang ada dalam hati dan pikiran bu Nia, dan hatiku terpukul karena sahabatku bu Nia yang baik, menderita kanker service. Kata dokter biasanya karena sering gonta ganti pasangan. What??.

Tak mungkinlah bu Nia demikian, dan itu pasti dari suaminya yang bejat, berselingkuh dan bisa jadi sering gonta ganti pasangan. Karena masih menjadi istrinya maka bu Nia menanggung resiko tepapar dari suaminya. Ibarat kata pepatah “suami bejat  makan nangkanya, bu Nia yang kena getahnya”.

Kanker service yang diderita bu Nia, termasuk katagori ganas, sebulan sejak dirawat, aku dapat telepon dari putrinya bu Nia, bahwa beliau dilarikan ke IGD RS terdekat oleh para tetangga karena pingsan di rumah saat putrinya membeli bubur ayam pesanan bu Nia, karena tak selera makan. Biasanya kalau bubur ayam hangat ada kaldunya beliau mau, dan sekalian mau minum obat.

Aku hanya mendoakan bu Nia dari rumah karena memang prosedur RS di Riau tak ada jam kunjungan. Dan pasien hanya boleh ditunggu 1 orang yang memakai ID Card. Aku tanyakan pada purtinya Bu Nia gimana kabar beliau?.  Dari putrinya dapat balasan via WA bahwa kondisinya mankin drop bahkan sudah sulit berkata-kata di pindah ke ruang ICU.

Karena telah larut malam, aku bilang kepada putrinya bu Nia, yang sabar Ya Nak. Terus berdoa semoga Bu Nia segera diangkat penyakitnya. Putri bu Nia menjawab melalui Wa Chat : “aamiin”. Paginya aku datang agak siang biasa pukul 07.00 ini telat 20 menit karena  ada sedikit urusan membayar iuran kebersihan ke Bu RT.

Di ruang guru kulihat para guru berkumpul dan beberapa bu guru nangis ada yang segukan ada pula yang tesedu-sedu. Bu Kepsek , teman kita bu…. bu Nia telah tiada. Sepontan aku berucap :

“Inna lillahi wa Inna ilahi rooji’uuun”.  Ya Allah begitu sayang Engkau pada sahabat kami Bu Nia, dan tak kau relakan ia lama-lama menderita, lalu kau panggil dirinya, semoga engkau tempatkan di tempat terbaikMu. Para guru yang lain kompak menjawab : “aamiin”.

Sekolah kegiatan belajar hari ini hanya asampai istirahat pukul 09.30 dan anak-anak dinfokan bahwa bu Nia telah tiada, dan kita berduka, yang mau takziah ke rumah almarhum dipersilahkan. Dan kita pulang lebih awal pulang saat jam istirahat. Sepontan anak-anak menjawab : “assiikk, pulanmg cepat” . Hus kamu mah maunya pulang saja, mau cepat main game ya?. Sambil tersipu malu anak tesebut menjawab : “hehehe…, iya bu guru”.

Selamat jalan bu Nia, semoga deritamu di dunia di balas kebahagiaan di akhirat. Aamiin.



 

FARHAN HAFAL 5 JUZ MESKI KECANDUAN GAWAI.


Bagas / Farhan diapit aku dan istriku



 FARHAN HAFAL 5 JUZ MESKI KECANDUAN GAWAI.

Oleh : Dail Ma'ruf, M.Pd.

 

Anakku Farhan Ali Rido terlahir pada 10 Maret 2010. Pada tahun  2022 ini usianya genap 12 tahun. Sejak lahir kami beri nama Farhan artinya gembira. Yang menarik dari masa kehamilan Farhan adalah sampai usia 8 bulan dalam rahim ibunya, berat badannya belum mencapai angka ideal. Sehingga dokter Amar Sirajudin, SP.OG menyarankan untuk mengkonsumsi beberapa makanan untuk menaikan berat badan sang bayi.

Hal lain yang menarik adalah meski sudah lebih dari  9 bulan, namun belum ada pergerakan sehingga jalan satu-satunya adalah harus dilakukan operasi Sesar. Memang anak pertama kami Rida atau Kakaknya Farhan pun dulu lahir dengan operasi Sesar di RS. Karya Bhakti Bogor pada tanggal 11 Agustus 2005. Rupanya yang namanya operasi Sesar kedua itu lebih rumit dan lebih lama prosesnya daripada operasi pertama. Istriku  masuk ruangan pukul 20.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB  belum keluar.

Rasa cemas mulai merasuki hati dan pikiranku,  namun aku tetap berusaha tenang dengan banyak zikir dan baca sholawat serta berdo’a utk keselamatan anak dan istriku. Pukul 22.30 WIB alhamdulillah ada perawat yang mencariku dan meminta aku untuk mengadzani bayi yang digendongnya sambil berkata Suami Bu Ari. Saya langsung lari dan bilang iya Sus, saya suami bu Ari. Bagaimana keadaaannya ?.

Suster dengan ramah menjawab : "alhamdulillah semuanya selamat, silahkan bayinya diadzanin dahulu Pak!!. Siap Sus, akupun langsung mengambil bayiku dan mendekatkan telinganya ke dekat mulutku untuk diadzani. Setelah selesai mengumandangkan adzan di telinga anakku, aku berdoa “ semoga engkau menjadi anak yang sholeh”. Aku kembalikan bayiku  kepada perawat. Sus ini nitip Bayi saya. Suter dengan sigap mengambil kembali bayiku dan meletakannya di  tempat tidur khusus bayi yang bisa didorong.

Kala itu aku baru bekerja di SD Islam Al Azhar 10 masuk tahun kedua, dan pada acara akikah anakku, aku undang para guru untuk mendoakan anakku Farhan. Alhamdulillah hampir semuanya hadir, bahkan Bu Dewi Amar istrinya Dokter Amar pun hadir memberikan bingkisan untuk bayiku. Terima kasih Mami, terima kasih Pak Dokter Amar. Seharusnya kambing akikah untuk anak laki-laki 2 ekor, namun karena aku memilih kambing yang paling besar dan harganya cukup untuk beli 2 ekor kambing sedang, maka kewajibanku memotong kambing akikah untuk Farhan baru kutunaikan 1 ekor.  Insya Allah 1 ekor lagi untuk syukuran di momen istimewa yang penyembelihan kambingnya akan aku niatkan untuk menggenapkan  hewan qurban Farhan.

Entah mengapa sejak kelahiran hingga usia 1,5 tahun Farhan ini tidak mau diasuh oleh pengasuh lain, dan maunya kepada saudara kami teh Ni’ah atau mamah Dian. Kebetulan Dian juga belum punya adik sudah usia 4 tahun. Nah setelah 2 tahun mengasuh Farhan, Mamah Dian hamil dan otomatis kami harus mencari pengasuh pengganti. Qodarullah ada Teh Sum yang rumahnya dekat dari Kantor Kimia Farma tempat istriku kerja. Tiap pagi Farhan kecil ikut berangkat bareng mamahnya dan dititipkan di rumah Teh Sum di Sempu.

Satu tahun  diasuh Teh Sum, Farhan tumbuh sehat dan istriku tenang, karena saat senggang atau jam istrirahat lebih mudah melihat buah hatinya yang jaranknya hanya 50 meter saja dari kantor tempat bekerja. Di tahun kedua cobaan datang, Farhan sakit  panas hingga 3 hari setelah diberi obat penurun panas dari yang generic hingga patent namun tak membuahkan hasi. Akhirnya karena semakin tinggi bahkan step maka Farhan dilarikan ke RS Budi Asih. Dan langsung diberi pertolongan. Alhamdulillah di rawat dengan baik dan menunjukan perkembangan yang menggembirakan. Saking khawatirnya sampai-sampai Mbah kakung dari Klaten datang ke Serang untuk melihat cucunya.

Karena belum punya BPJS Kesehatan atau masuk pasien umum, maka biaya rawat inap Farhan selama 5 hari cukup besar untuk ukuranku waktu itu, sekitar 5 jutaan. Karena harus tetap tebus obat panas yang harga sebotonya mencapai harga 1 jutaan. Hingga 3 tahun berikutnya setelah Farhan dirawat dan sembuh, kondisi kesehatannya baik. Botol obat penurun panas yang mahal itupun expired dan terpaksa aku buang, ditumpahkan ke kamar mandi dan botolnya aku satukan dengan limbah botol lain dan diberikan kepada pemulung yang biasa lewat depan rumah.

Ganti Nama Panggilan

Sepulang dari RS Budi Asih, Mbah Kakung memanggil aku dan istri  lalu menyampaikan maksudnya supaya Farhan Ali Rido nama panggilan di rumah diganti Bagas saja. Bagas artinya waras atau sehat. Semoga dengan nama Bagas, ke depannya sehat terus. Kami pun mengiyakan usulan beliau dan mulai memanggil anak kami Farhan dengan panggilan Bagas. Sejak itulah nama Farhan kurang diketahui di lingkungan tetangga karena kami sering memanggil dengan panggilan Bagas. Hanya Uwa Ikoh, Uwa Bikah dan Uwa Nas serta Mama Dian saja yang tahun bahwa Bagas itu nama sebenarnya adalah Farhan.

Teman -teman dan guru di TK A dan TK B Al Kautsar Kota Serang memanggilnya Farhan. Nah kalau yang di SD Islam Al Azhar Serang, teman-temannya memanggil Bagas karena mengikuti panggilanku kepada putraku Farhan dengan panggilan Bagas. Nah pada saat beberapa rekan guru mengajar di kelas anakku, mereka heran kenapa anak Pak Dail tidak ada di absen. Dari absen nomor 1 hingga nomor 30 tak ada nama Bagasnya?. Barulah setelah dijelaskan bahwa nama resminya adalah Farhan Ali Rido menjadi faham dan menyadari bahwa Bagas hanya nama panggilan. Mereka komentar jauh amat ya nama asli dan panggilannya. Akupun hanya bilang iya begitulah anak antik.

Kebiasaan dilayani asisten rumah tangga bagi seorang anak memang tak bagus. Demikian pula dengan kebiasaan anakku Bagas. Karena sejak usia 4 bulan hingga TK B selalu ada asisten rumah tangga yang menjaga dan melayani kebutuhannya, maka sikap mandirinya belum tampak hingga ia kelas 4. Semuanya harus serna disiapkan Mamah. Memang ada yang bilang mengasuh atau mendidik anak laki-laki jauh lebih sulit daripada mengurus anak perempuan. Dan hal ini aku rasakan, betapa mudahnya mengurusi Rida anakku yang pertama karena anaknya shaleha dan penurut, beda dengan anakku yang kedua Bagas semua hal ditanggapi dan diprotes.

Sebagaimana anak kecil usia 3-12 tahun pada umumnya, anakku Farhan pun sudah kecanduan main game di gadjetnya, karena kadang kami pun seperti tak ada pilihan daripada rewel dan membuat kami terganggu saat kerja, main game selama yang tidak berbahaya kami cenderung  membolehkan namun dengan waktu yang dibatasi.

Beberapa Hal Unik dari Anakku Farhan.

Bagas anak kami yang nama aslinya Farhan Ali Rido pernah juga protes kenapa namanya Farhan Ali Rodo namun dipanggil Bagas?. Sempat karena kasihan dengannya kami bermaksud ubah akta kelahirannya ditambahkan Bagas di depan namanya. Hamun sekarang setelah kelas VI, mulai memahami bahwa hal tersebut biasa dan tak masalah. Di Sebelah rumah ada Omnya bernama Arif Aprijaliani dipanggil Aceng, ada pula Ade Agustian dipanggil Entong, dan aku sendiri Dail Ma’ruf di kampung halamanku dipanggil Ade. Demikian uniknya Indonesia dengan beragam budaya dan karakter warga negaranya.

Sejak TK B  Bagas sudah minta untuk dibelikan HP namun kami tak tanggapi, dan baru boleh pegang HP setelah aku atau mamahnya pulang kerja. Barulah pada saat kami mintakan agar ia bersedia dikhitan pada saat kelas IV SD, ia menangis dan menyatakan mau dikhitan namun harus dibelikan HP. Merengek dan merajuk cerita bahwa teman-temannya di kelas juga sudah pada punya HP. Kami jelaskan Bagas juga nanti punya tapi setelah SMP. Ia tidak mau dan minta dibelikan setelah dikhitan.

Dengan berat hati kami mengabulkan permintaannya dan itu pun kami sampaikan nanti uangnya punya Bagas dari hadiah dikhitan. Jadi memang Bagas beli HP dari uang hadiah ia dikhitan. Di Kelas V ada kejadian yang benar-benar membuat aku dan istri malu luar biasa. Rupaya sesama anak murid itu ada grup WA dan kami luput mengetahuinya. Suatu hari ada orang tua murid yang mengirimkan gambar kartun yang tidak patut ke istriku dan katanya dari grup wa anak-anak, pengirimnya anakku. Sejak itulah kami memutuskan supaya HP Bagas disita Sekolah, dan itu kami rahasiakan, diminta sekolah namun dikembalikan kepadaku.

Kelas VI Bagas minta dibelikan HP lagi dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan, dan ia bercerita bahwa ia pun mendapatkan gambar tak patut itu dari temannya. Sialnya ia yang kena apes mengirim ke grup WA. Kami tetap mengambil hikmah dari peristiwa tersebut, minimal selama 6 bulan sejak HP Bagas disita, main gamenya berkurang. Kami belikan HP kembali namun perjanjiannya harus  menghafalkan qur’an 5 Juz.

Meski kami sering kesal karena jika sudah main game bareng (MABAR) dengan temannya sering lupa waktu, lupa makan, mandi dan sholat dimana kami harus memintanya berulang kali, namun karena perjanjian maka ia tetap menghafal 5 Juz sebelum lulus SD. Bagas  termasuk yang beruntung  LULUS ujian tahfidz qur’an 5 juz disetor selama masa karantina 2 hari 1 malam bersama 21 orang lainnya dari kelas Tahfidz. Poinnya adalah Gawai itu sangat membuat kecanduan dan merusak, namun dengan ketegasan dan aturan yang disepakati, maka tetap bisa dijadikan motivasi bahwa anak tetap harus bertanggung jawab dengan kewajibannya yaitu belajar. Wassalam.


Rida, Bagas dan Aku


 

BIONARASI PENULIS

 

 Dail Ma’ruf adalah anak ke-6 dari 7 bersaudara dari pasangan Muhamad Nur dan Juhariyah, lahir di Serang pada 13 Mei 1977. Pendidikan SD dan SMP di tempuh di MI dan MTs Nur El Falah di Petir Serang. SMA di MAN 2 Serang lulus tahun 1996 melanjutkan S1 di IKIP Jakarta sekarang UNJ dan wisuda tahun 2003. Menikah dengan Ari Murwanti, SKM alumni UI Depok, dikaruniai 2 orang anak bernama Rida Naila kelas XI di MAN 2 Serang dan Farhan Ali Rido kelas VI di SD Islam Al Azhar 10 Serang. Tinggal di Cipocok Jaya Kota Serang – Banten.

Pernah mengajar di MTs dan SMP Nur El Falah Kubang Petir Serang, SDIT Al Izzah Serang dan SD Islam Al Azhar 10 Serang. Setelah 15 tahun menjadi guru tahun 2022 bersama teman-teman mendirikan Selokah dengan nama YASALAM atau Yayasan Semesta Alam Madani di Kota Serang. Tahun 2022 ini alhamdulillah sudah dimulai kelas Bimba CALISTUNG anak usia 3-6 tahun dan Bimbel Pelajaran SD.

Punya aktivitas menulis dengan komunitas Pegiat Literasi Nusantara dan telah menerbitkan buku solo berjudul : Jurus Jitu Menjadi Penulis Bermutu. Kini puluhan buku antologi ia telah hasilkan. Buku kren yang dibuat sampai jilid ke-4 adalah Guru Hebat yang terdiri dari Guru Hebat Bermartabat, Guru Hebat Millenial, Guru Hebat inspiratif, dan Guru Hebat Berprestasi.

Penulis bisa dihubungi di No HP : 087871926678, atau di email : dailmaruf@gmail.com

Atau di Blog : https://dailalser.blogspot.com/

 

Minggu, 12 Juni 2022

HAFLAH AKHIRU SANAH SDIA -10 KE-23




 HAFLAH AKHIRU SANAH…

 

Aku dan Istriku punya 2 amanah dari Allah

Rida dan Farhan kami berinama isya Allah

Rida lahiran tahun 2005 dan Farhan tahun 2010

Pada hari ini Farhan ada acara Haflah akhiru sanah

 

Bagi teman yang bingung apa maknanya

Acara itu sama saja dengan acara wisuda

Setelah beres sekolah enam tahun hari ini tiba

Anak kami Farhan bersama 100 temannya diwisuda

 

Bertempat di Hotel The Royal Cilegon kami menuju

Gunakan jasa Maxim Car kami pun Melaju

Tiba di lokasi wisuda di Cilegon tepat waktu

Jam tanganku menunjukan pukul tujuh di pagi itu

 

Farhan kecil yang dulu hanya setengah meter kini setinggi diriku

Berat badannya pun sudah hampir sama dengan beratku

Bahkan ukuran kaos dan baju sudah sama denganku

Maka tak heran jika bosan pakai kaosnya, kadang minta kaosku

 

Di wisuda ke 23 SD Islam Al Azhar ini aku bukan lagi guru

Karena aku sudah mengundurkan diri 5 bulan yang lalu

Kehadiranku kini sebagai ayahnya Farhan bersama Istriku

Namun demikian dengan semua guru aku tetap dekat seperti yang dulu

 

Rencana Allah selalu Indah jika dijalani dan disyukuri

Pagi ini pun demikian kurasakan tak dapat aku pungkiri

Duduk di hotel berpapasan wali murid tentu aku sedikit risi

Karena biasanya aku berada bersama anak-anak sambil mengawasi

 

Ada tamu dari Bandung ke Yasalam untuk ketemuan

Akupun meluncur dari Cilegon sebelum keduluan

Kembali ke acara wisuda di hotel The Royal sebelum sudahan

Didatangi Zaki naknya Dokter anam menyerahkan bingkisan


 

Hatiku terharu menerima hadiah dari muridku Zaki

Murid sewaktu kelas empat dan ketemu kelas enam sepekan sekali

Belajar sains dan sering kami tanya jawab pada setiap sesi

Rupanya bagi Zaki aku termasuk guru yang ia senangi

 

 

Kelas enam Zaki bukan di kelasku tapi di kelas bu Yuyun

Namun ketemu dalam pelajaran Ipa setiap pekan

Aku lihat dia begitu semangat bahkan soal di buku habis dia kerjakan

Aku beri tanda tangan dan bintang lima sebagai penghargaan

 

Rupanya apresiasi kecil membuat ia berkesan

Meski aku bukan lagi gurunya namun ia ingin berikan kenangan

Aku ucapkan alhamdulillah semoga zaki makin soleh dan makin beriman

Sehingga akan tumbuh jadi dokter yang senang bantu pasien yang kesulitan

 

Kepada semua muridku kelas 6 al Adzim aku mohon dimaafkan

Mengundurkan diri di semester 2 untuk sebuah tugas keummatan

Membangun Sekolah Yasalam untuk keselamatan insan

Agar kelak hidup bahagia dan terhindar dari kesengsaraan

Aamiin.

 

 Cipocok Jaya, 12 Juni 2022. 

Sabtu, 11 Juni 2022

ABAHKU, GURUKU DAN PAHLAWANKU


 


GURUKU, ABAHKU DAN PAHLAWANKU

Oleh : Dail Ma’ruf, M.Pd

 

Damar dilahirkan dari pasangan suami istri yang berjodoh dengan kondisi duda bertemu  janda. Masing-masing sudah punya 2 orang anak. Saat menikah kedua orang tua Damar sudah punya 4 anak. Kakek dan Nenek dari Abah dan Ibunya ingin merawat cucunya, maka Abah dan Ibunya Damar bisa menikmati bulan madu bersama. Sepekan sekali mereka menjenguk anak yang dititipkan di rumah Kakek dan Nenek.

Dari pernikahan kedua orang tuanya, diberikan 3 anak yang semuanya pria. Anak pertama diberi nama Encep Khotibul Umam sudah almarhum, kedua Damar dan ketiga Budi. Perjuangan Abah dan Ibu Damar dalam membesarkan dan mendidik ketujuh anaknya luar biasa berat. Dengan penghasilan perbulan sebagai guru PNS sebesar Rp. 500.000/ bulan harus bisa untuk makan 7 orang anak plus Abah dan Ibu. Belum lagi untuk biaya Pendidikan ketujuh anaknya.

Untunglah kedua orang tua Damar tinggal di kampung dengan hamparan tanah yang luas sehingga kebutuhan untuk sayuran, lalapan tak selalu membeli. Hal ini menjadi berkah tersendiri karena dapat menghemat anggaran belanja dapur.  Melinjo, papaya dan nangka tampaknya selalu ada di kebun belakang atau samping rumah. Saking tak adanya uang untuk membeli lauk makan sering Damar dan Kaka serta Adiknya makan nasi putih hanya dengan ikan asin, sayur asem dan sambel. Kadang ada lalapan namun seringnya tidak ada.

Abahnya Damar sejak lulus  PGA langsung diminta mengajar di Pesantren Gurunya di Ponpes Nur El Falah Kubang Petir Serang.  Sejak dapat SK PNS tahun 1973 hingga pensiun di usian 60-an tetap setia menjadi guru dan Kepala MTs di sekolahan milik keluarga besar KH. Abdul Kabier. Beberapa kali mendapat tawaran untuk menjadi pengawas (dulu penilik) di kantor Depag kecamatan, namun abahnya Damar tak bersedia. Alasan yang disampaikan karena beliau melamarnya menjadi guru dan ingin tetap mengajar hingga masa pensiunnya.

Abahnya Damar Bernama Muhamad Nur yang lahir pada 01-Februari-1945. Terlahir pada  tanggal dan bulan sebelum Indonesia Merdeka. Dalam menjalankan tugasnya sebagai guru ia selalu bersemangat tak pernah terlihat malas-malasan. Sangat disiplin jam datang dan pulang sehingga pada tahun 2000 MTs yang dipimpinnya akreditasinya DISAMAKAN.

Karena terkenal sebagai MTs yang disiplin dan para lulusannya banyak diterima di SMA unggulan di Serang, maka pada tahun 2000 nilai akreditasi MTs Nur El Falah Kubang pun mendapat nilai maksimal 92 atau A. Ulntuk ukuran sekolah swasta status itu istimewa. Murid di MTs Nur El Falah membludak, tiap level menerima hingga 4 kelas. Perkelas ada 30 murid, maka ada 120 murid perlevel atau 360 murid secara keseluruhan. Dengan demikian maka kesejahteraan guru pun berjalan baik. Meski tak sebesar gaji PNS untuk ukuran sekolah di kecamatan jauh dari kota Serang gaji guru di sekolah abahku tergolong besar sebulan Rp.600.000, tahun 2000,  jika ada PTS dan UAS serta kegiatan lain masih ada tambahan uang kepanitiaan bagi para guru dan pegawai TU.  

Meski jabatan Abahnya Damar  sebagai Kepala Sekolah, namun kesehariannya selalu mengajar Full di MTs, SMP, MA dan SMA Nur El Falah Kubang, entah karena gaji PNS yang minim supaya dapat tambahan atau karena hobi mengajar, namun sepengetahuan Damar sepulang mengajar pukul 14.00 pun, sepekan 2 kali abah pulangnya maghrib karena mengisi kajian kitab fiqih fathul qorib di MTs dan tafsir Jalalain di Aliyah dan SMA yang mondok.  Sekolahan tempat abah memang Pondok Pesantren yang menerima santri mondok dan siswa yang Full day.

Karena kedisiplinannya dalam masalah waktu, tugas /PR dan menerapkan aturan sekolah, maka saat jam pelajaran Fiqih yang diampu oleh abah, jarang ada murid yang terlambat masuk kelas, karena resikonya adalah pintu sudah ditutup dan dikunci dari dalam. Bila ada yang tak mengumpulkan PR, maka hukumannya mengerjakan PR di depan kelas dan tidak boleh masuk kelas sebelum selesai. Rupaya dengan ketegasan semacam ini bagi anak PINTAR dan suka dengan DISIPLIN menjadi penyemangat, dan bagi yang punya sifat SANTUY, menjadi efek jera. Meski demikian, karena abah mengajar sangat menguasai materi yang diajarkan dan dikaitkan dengan permasalahan kekinian, serta selalu ada sesi tanya jawab, maka nilai pelajaran Fiqih selalu tertinggi dari pelajaran lainnya. Abah termasuk guru pavorit di mata murid-muridnya termasuk aku anak sekaligus muridnya.

Ada keistimewaan abah sebagai kepala MTs Nur El Falah Kubang yang sangat peka terhadap kesejahteraan para guru dan karyawan Tata Usaha. Karena ia telah punya pendapatan dari gaji PNS dan Honor Yayasan, maka uang kepanitiaan tak pernah ia ambil dan disimpan rapih dilaci meja kerjanya. Saat menjelang lebaran maka dihitung dan dibagi rata kepada semua karyawan TU dan petugas kebersihan untuk beli daging atau bikin opor lebaran. Dengan perhatian ini, maka kedekatan para karyawan kepada abah seperti relasi Anak dengan Bapaknya saja. Hingga kini meski abah sudah pensiun, mereka tiap lebaran selalu datang mengunjungi abah sekedar untuk berlebaran dan minta didoakan.

Hal lain yang unik dari abah adalah ia tak mau pegang ATM atau buku tabungan uang BOS. Buku tabungan dan ATM dana Bos diberikan kepada bendahara sekolah. Hal unik lain  abah adalah ia tak suka pergi rapat ke kantor Depag Serang atau rapat dengan Kepala MTsN dan para kepala MTs Swasta lainnya. Memilih mengajar dan urusan rapat diwakilkan kepada kepala TU. Alasannya mengajar lebih penting dari lainnya. Bagi sebagaian orang termasuk istri dan anak-anak abah, tindakan tersebut merupakan sebuah kenaifan atau ironi. Namun bagi abah ini pilihan terbaik daripada nanti terjebak fitnah atau korupsi.

Meskipun dalam sepekan libur mengajar abah hanya 1 hari yaitu hari Jum’at, abah tidak mau menggunakan waktu libur ini untuk berleha-leha atau santai. Ia gunakan hari libur untuk bertani dengan menanam berbagai tanaman yang bermanfaat. Pisang, melinjo, manga, rambutan, nangka, kelapa, nanas, jeruk, sawo, singkong dan talas serta berberapa tanaman rempah seperti jahe, lengkuas, kunyit, dan kencur. Yang menarik tangan abah itu adem. Apa saja yang ditanam tumbuh, berbuah  dan kemakan. Suatu berkah dari Allah SWT untuk keluarga Damar yang meski dari gaji sebagai guru sekaligus Kepala Sekolah tak mencukupi kebutuhan, untuk menunjang bahan makanan keluarga terbantu dari hasil pertanian.

Di usianya genap 60 tahun, abahnya Damar pensiun dan uang pencairannya dibayarkan untuk daftar haji. Alhamdulillah karena termasuk pendaftar lansia, aturan antrian minimal 10-15 tahun untuk pemberangkatan haji, bagi abah dan ibunya Damar tidak berlaku. Dalam selang  3 tahun sejak daftar dan dapat nomor porsi, Abah dan Ibunya Damar sudah terpanggil untuk melengkapi brerkas dan pelunasan biaya. Tahun 2012 Abah dan Ibu berangkat haji ke tanah suci melalui KBIH Al Azhar Serang. Abah selama di Makkah tak enak makan, katanya akibat menu dan bumbunya berbeda dengan di Indonesia.

Subhanallah meski selama berada di Makah, Abahnya Damar kurang sehat, Amirul Haji dari KBIH Al Azhar Bernama H. Mahfud sangat peduli pada abah, bahkan saat wukuf di Arafah abah dibantunya didudukan di kursi roda dan didorong langsung olehnya. Semoga keberkahan terlimpahkan pada diri pak Haji Mahfud dan keluarganya. Kami yang jemput abah dan Ibu di Stadion Maulana Yusuf Serang, melihat kondisi abah yang kurus kering seperti kurang makan/gizi buruk sangar sedih. Berat badan abah yang biasanya 70 Kg saat pulang ke Serang hanya sisa 50 kg. Sungguh luar biasa cobaan haji bagi abahnya Damar.

Masih ada 2 keistimewaan dari Abahnya Damar yaitu : Ia tak suka menyimpan baju, atau peralatan pribadi termasuk yang brended  berlama-lama di lemari. Bila ada tamu datang baik dari tetangga kampung atau keluarga  atau sahabatnya ke rumah. Lalu matanya melihat apa yang abah pakai, biasanya abah tanya bagus ya?. Dan dipastikan pada saat tamu itu pulang, abah minta kepada tamunya agar menunggu dan abah ke kamar, lalu saat pamit sang tamu  diberi oleh – oleh baraang yang tadi dicuri-curi pandangnya.

Kadang baju kemeja atau Koko yang baru dipakai 1 kali, atau sandal yang malah kadang belum dipakai sama sekali, bila ada tamu datang dan matanya selalu tertuju pada sandal milik abah, dipastikan sandal baru itu akan abah berikan pada sang tamu. Damar pernah menanyakan dan protes. Dengan enteng abahnya damar menjawab : “Lan tanaalul birro, hatta tunfiquu mimma tuhibbun” artinya tidak akan mencapai derajat kesempurnaan bagi seseorang dalam berbuat kebaikan, sehinga ia memberikan apa yang paling ia cintai.

Ibu dan Adiknya  Damar yang rajin membelikan baju kemeja, koko atau sarung dan sandal untuk sehari-hari di rumah sampai memutuskan beli yang murah meriah saja. Karena dibelikan yang brendeed pun habis dikasih-kasihkan pada tamu yang datang. Pada tiga  tahun terakhir sejak Pandemi Covid 19 mengguncang Dunia termasuk Indonesia, abahnya Damar tak dibelikan kemeja, Koko dan sandal yang mahal Cukup merek bisa saja. Karena semahal apapun  jika datang tamu dan bahasa tubuhnya mupeng (muka pengen), maka barang-barang abah yang baru dibelikan itu akan diberikannya kepada tamu yang datang. 

Abah sangat kuat sholat dan zikirnya. Bacaan ayat kursinya dalam sehari lebih dari 1.000 kali baca. Bacaan sholawat juga ribuan. Wajar saja jika di hari tuanya, maka makin berkah, banyak tamu datang sekedar ingin bertemu abah sekaligus minta doa dan pulangnya bisa  memberikan  tali kasih dari alumni pada sang guru. Biiznillah dari 13 anak Kakek -Nenek dari abahnya Damar, tersisa hanya 1 orang yang masih hidup yaitu H. Muhammad Nur abahnya Damar. Semuanya sudah dipanggil Allah SWT  kembali kepadanya. Semoga kisah tentang Abahnya Damar bisa menginspirasi kita semua.

 

BIONARASI PENULIS


 

Penulis bernama lengkap Dail Ma’ruf pun bukan orang hebat namun terus berusaha untuk belajar dan belajar. Pendidikan SD dan SMP di tempuh di MI dan MTs Nur El Falah di Petir Serang. SMA di MAN 2 Serang lulus tahun 1996 melanjutkan S1 di IKIP Jakarta sekarang UNJ dan wisuda tahun 2003. Menikah dengan Ari Murwanti, SKM alumni UI Depok, dikaruniai 2 orang anak bernama Rida Naila kelas XI di MAN 2 Serang dan Farhan Ali Rido kelas VI di SD Islam Al Azhar 10 Serang. Tinggal di Cipocok Jaya Kota Serang – Banten.

Pernah mengajar di MTs dan SMP Nur El Falah Kubang Petir Serang, SDIT Al Izzah Serang dan SD Islam Al Azhar 10 Serang. Setelah 15 tahun menjadi guru, pada tahun 2022 bersama teman-teman mendirikan Sekolah dengan nama YASALAM atau Yayasan Semesta Alam Madani di Kota Serang. Tahun 2022 ini alhamdulillah sudah dimulai kelas Bimba CALISTUNG anak usia 3-6 tahun dan Bimbel Pelajaran SD.

Punya aktivitas menulis dengan komunitas Pegiat Literasi Nusantara dan telah menerbitkan buku solo berjudul : Jurus Jitu Menjadi Penulis Bermutu dan Puluhan buku antologi lainnya. Buku kren hingga dibuat jilid ke-4 adalah Guru Hebat (Guru Hebat Bermartabat, Guru Hebat Millenial, Guru Hebat inspiratif, dan Guru Hebat Berprestasi).

Penulis bisa dihubungi di No HP : 087871926678, atau di email : dailmaruf@gmail.com

Atau di Blog : https://dailalser.blogspot.com/

DI STASIUN PONDOK CHINA JODOHKU BERSATU

Popular posts